cersex perawan

Posted on

Cerita Mesum Dengan Paman Perawan Ku Hilang

– Saya telah mulai bisa melupakan peristiwa yang kulihat antara Mbak Ningsih dengan Pakdheku sebab kesibukanku mempersiapkan EBTA. Begitu EBTA berakhir saya memperoleh liburan sembari menunggu pengumuman. Dikala itu waktuku lebih banyak kuluangkan di rumah mensterilkan rumah serta menyetrika dan menolong Mbak Ningsih memasak. Sesuatu hari, saya wajib terletak sendirian di rumah dengan Pakdhe.

Mbak Ningsih menjajaki kegiatan darma wisata ke Selecta yang diadakan sekolahnya selaku kegiatan perpisahan. Mbak Ningsih telah berangkat dikala pagi- pagi buta. Saya yang lagi libur wajib mengambil alih Mbak Ningsih mempersiapkan makan pagi buat Pakdhe. Sehabis membuat minuman teh untukku serta satu cawan spesial buat Pakdhe saya lekas menyapu taman. Saya menyempatkan diri meminum tehku saat sebelum berangkat ke kamar mandi. Teh yang kuminum rasanya agak lain, tetapi saya tidak begitu curiga. Dikala mandi seperti itu saya merasa terdapat yang agak aneh dengan tubuhku. Tubuhku terasa panas serta jantungku berdebar- debar. Rasa aneh menyergapku. Vaginaku terasa berdenyut- denyut serta terdapat rasa aneh menyerbu diriku. Tubuhku terasa gerah sekali.

Kusiram segala tubuhku dengan air dingin supaya rasa gerahku lenyap. Apa yang kulakukan nyatanya lumayan membantu. Tubuhku merasa fresh sekali. Kemudian kigosok segala tubuhku dengan sabun. Rasa aneh itu kembali melanda diriku, terlebih dikala saya menyabuni wilayah selangkanganku yang baru mulai ditumbuhi rambut satu- satu. Saya merasa terdapat dorongan birahi yang begitu kencang. Saya tidak ketahui kenapa ini terjalin. Seketika anganku melayang pada apa yang kulihat sebagian hari yang kemudian dikala Mbak Ningsih serta Pakdhe Marto bergumul di kamarku. Cepat- cepat kubuang benak itu jauh- jauh serta lekas menuntaskan kegiatan mandi pagiku. Cuma dengan badan terbalut handuk, saya lari masuk kamarku. Saya senantiasa berubah baju di kamarku sembari mematut- matut diriku di depan kaca sembari mengamati segala tubuhku yang mulai berganti. Bulu- bulu kemaluan telah mulai berkembang di gundukan bukit kemaluanku. Dadaku yang dahulu rata saat ini mulai berkembang dengan puting yang sebesar kacang kedelai dengan warna merah muda. Pinggulku mulai berkembang membengkak.

Kata orang saya seksi serta menarik. Terlebih besar badanku telah menggapai 160 centimeter. Saya sendiri senantiasa betah berlama- lama di depan kaca dengan melenggak- lenggokkan tubuhku memandang dari seluruh sisi serta mengagumi tubuhku. Saya sangat bangga dengan tubuhku. Baru saja saya mengunci pintu kamarku saya diguncang dengan dekapan tangan yang kuat menyergapku. Saya tidak pernah menjerit sebab seketika wujud yang memelukku langsung membekap mulutku dengan tangannya yang kuat. Belum lenyap terkejutku, handuk yang melilit tubuhku ditarik seorang serta jatuh teronggok ke lantai. Saya betul- betul bugil tanpa sehelai kainpun menutupi tubuhku. Kembali rasa aneh yang menyerangku terus menjadi menggelora. Terdapat dorongan hasrat yang menggebu- gebu dalam diriku. Saya tidak sanggup meronta serta menjerit! Tangan yang kuat serta berbulu senantiasa membekap mulutku sedangkan tangan satu lagi memeluk badan telanjangku. Mataku terus menjadi nanar menerima perlakuan semacam itu. Terlebih kurasakan sentuhan kulit badan telanjang melekat hangat di punggungku. Pantatku yang telanjang terasa memencet sesuatu barang panjang melingkar serta keras di balik kain tipis. Saya terus menjadi tidak sanggup menahan gejolak liar yang mulai bangkit dalam diriku dikala sapuan- sapuan lidah panas mulai menyerbu tengkukku. Saya menggelinjang kegelian serta melenguh. Lidah itu terus menjadi liar bergerak menyusuri leherku.. pundakku.. Kemudian turun ke dasar ke selama tulang punggungku.

Saya terus menjadi menggelinjang. Lidah itu terus merayap ke dasar serta pinggangku mulai dijilati. Kakiku serasa lemah tidak bertenaga. Saya cuma pasrah dikala tubuhku didorong ke tempat tidurku serta dijatuhkan sampai saya tengkurap di tempat tidurku. Tubuhku kemudian ditindih oleh sesosok badan yang sangat berat. Kakiku mulai memberontak liar sebab geli. Terlebih lidah itu dengan rakus mulai menjilati pinggulku. Pantatku terangkat dikala mulut berkumis itu mulai menggigiti buah pantatku dengan gemas. Pantatku terangkat- angkat liar dikala lidah panas itu mulai menyusup ke dalam celah- celah bongkahan pantatku serta mulai menjilati lubang anusku. Saya betul- betul semacam terbang mengawang. Saya belum ketahui siapa yang memelukku dari balik serta menggerayangi segala tubuhku. Saya cuma dapat merasakan dengusan nafas panas yang menghembus di bongkahan pantatku dikala lidah itu mulai menjilati lubang anusku. Saya tercekik kaget dikala tubuhku dibalik sampai telentang telanjang bundar di kasurku. Nyatanya orang yang sedari tadi menggumuliku merupakan Pakdhe Mitro, orang yang sepanjang ini kuanggap selaku pengganti orang tuaku. Saya tidak tidak sanggup berteriak sebab mulutku langsung dibekap dengan bibirnya. Lidahku didorong dorong serta digelitik. Saya terangsang hebat. Terlebih semenjak minum teh tadi tubuhku terasa agak aneh. Seolah- olah terdapat dorongan menghentak- hentak yang menuntut pemenuhan. Tubuhku menggelinjang dikala tangan perkasa serta agak agresif mulai meraba serta meremas kedua payudaraku yang baru mulai berkembang.

Kemudian kedua kakiku dipentangkan oleh Pakdhe Mitro lebar- lebar, kemudian Pakdhe menindih tubuhku yang telah telanjang bundar di antara kedua pahaku yang terkangkang. Saya merasa terdapat barang keras semacam tongkat yang memencet ketat ke bukit kemaluanku di balik kain sarung yang dikenakan Pakdhe. Mulut serta lidah Pakdhe tidak henti- hentinya menjilat serta melumat tiap jengkal bagian tubuhku. Dari mulutku, bibir Pakdhe beralih menjilati segala batang leherku, setelah itu turun ke 2 belah payudaraku. Tubuhku terus menjadi menggerinjal dikala lidah serta mulut Pakdhe dengan rakusnya melumat kedua puting payudaraku yang baru sebesar kacang kedelai. Disedotnya payudaraku sampai nyaris sepenuhnya masuk ke dalam mulut Pakdhe Mitro. Saya sangat terangsang serta telah tidak sanggup berpikir jernih. Terdapat suatu yang mulai menggelora serta mendesak- desak di perut bagian bawahku. Lidah Pakdhe terus merayap terus menjadi ke dasar. Perutku jadi sasaran jilatan lidahnya. Tubuhku terus menjadi menggelinjang hebat. Ide sehatku telah betul- betul lenyap. Kobaran napsu telah menjeratku. Pantatku terangkat tanpa bisa kucegah dikala lidah Pakdhe terus merayap serta menjliati gundukan bukit kemaluan di selangkanganku yang mulai ditumbuhi rambut- rambut halus. Saya merasa kegelian yang amat sangat menggelitik selangkanganku.

Tubuhku serasa mengawang di antara tempat kosong dikala lidah Pakdhe mulai menyelusup ke dalam bukit kemaluanku serta menggelitik kelentitku. Lubang kemaluanku terus menjadi berdenyut- denyut tergesek gesek lidahnya yang panas. Saya cuma sanggup menggigit bibirku sendiri menahan rasa geli yang menggelitik selangkanganku. Tubuhku terus menjadi melayang serta semacam terserang aliran listrik yang maha dahsyat. Saya tidak sanggup lagi menahan gelora napsu yang terus menjadi menekan di dalam perutku. Pantatku terangkat semacam menyambut wajah Pakdhe yang memencet bukit kemaluanku. Kemudian tubuhku semacam terhempas ke tempat kosong. Saya merasakan terdapat suatu yang meledak di dalam perut bagian bawahku. Tubuhku menggelepar serta tanpa sadar kujepit kepala Pakdhe dengan kedua kakiku buat menekannya lebih ketat melekat selangkanganku. Belum pernah saya mengendalikan nafas seketika mulutku telah disodori batang kemaluan Pakdhe Mitro yang tanpa kutahu semenjak kapan telah melepas sarungnya serta telah telanjang bundar mengangkangi wajahku. Batang kemaluannya yang besar, gelap panjang serta nampak mengkilat mengacung di depan wajahku semacam hendak menggebukku jika saya menolak menciuminya. Dengan rasa jijik saya terpaksa menjulurkan lidahku serta mulai menjilati ujung topi bajanya yang mengkilat. Saya nyaris muntah dikala lidahku memegang cairan lendir yang sedikit keluar dari lubang kemaluan Pakdhe.

 

Tetapi jepitan kedua paha Pakdhe di sisi wajahku tidak memberiku peluang lain. Saya cuma sanggup pasrah dengan senantiasa menjilati batang kemaluan Pakdhe. Kemudian dengan paksa Pakdhe membuka mulutku serta menjejalkan batang kemaluannya ke dalam mulutku. Saya jadi gelagapan sebab sulit bernapas. Batang kemaluannya yang besar penuhi mulutku yang masih kecil. Kudengar Pakdhe menggumam tanpa jelas apa yang diucapkannya. Pantatnya digerak- gerakannya sampai batang kemaluannya yang masuk ke dalam mulutku mulai bergerak keluar masuk di dalam mulutku. Saya nyaris tersedak dikala ujung kemaluan Pakdhe menyentuh- nyentuh kerongkonganku. Saya cuma sanggup melotot sebab nyaris tersedak. Tanpa sadar kedua tanganku mencengkeram pantat Pakdhe Mitro. Sehabis puas“ mengerjai” mulutku dengan batang kemaluannya, Pakdhe menggeser badannya serta menindihku lagi dengan posisi sejajar. Kedua pahaku dikuaknya serta dengan tangannya, dicucukannya batang kemaluannya ke arah bukit kemaluanku. Saya merasa geli dikala ujung kemaluan Pakdhe mulai menggesek- gesek pintu lubang kemaluanku yang telah basah. Dari rasa geli serta nikmat, seketika saya merasa nyeri di selangkanganku dikala Pakdhe mulai merendahkan pantatnya sehingga batang kemaluannya mulai menerobos ke dalam lubang kemaluanku yang masih perawan.

Saya merintih kesakitan serta air mataku mulai mengalir. Saya tersadar hendak bahaya! Tetapi terlambat. Pakdhe yang telah sangat bernafsu telah tidak bisa jadi ingin menyudahi. Dia cuma sejenak menghentikan gerakannya. Dia merayuku serta berkata jika sakitku cuma sebentar serta berubah rasa nikmat yang tidak terkira. Pakdhe menarik pantatnya ke atas sampai batang kemaluannya yang terjepit di dalam lubang kemaluanku tertarik keluar. Gesekan batang kemaluannya yang besar di dalam bilik lubang kemaluanku memunculkan rasa nikmat semacam apa yang dikatakannya. Saya mulai bisa menikmati rasa nikmat itu. Ini bisa jadi sebab pengaruh teh yang kuminum sehingga saya betul- betul belum sadar hendak bahaya yang kuhadapi. Yang kuinginkan cuma satu ialah menuntaskan gejolak yang meledak- ledak dalam diriku. Saya kembali merintih kesakitan dikala Pakdhe mulai memencet pantatnya lagi yang membuat batang kemaluannya menerobos lebih dalam ke dalam lubang kemaluanku.

Lagi- lagi Pakdhe membisikiku jika rasa sakit itu hendak lenyap dengan sendirinya. Dia menarik lagi pantatnya. Benar.. Rasa sakit itu berubah nikmat dikala batang kemaluannya ditarik keluar sampai cuma ujung kepalanya saja yang masih terjepit dalam lubang kemaluanku. Lubang kemaluanku yang telah sangat licin sangat menolong pergerakan batang kemaluan Pakdhe dalam jepitan lubang kemaluanku. Detik- detik lalu serta sedikit- demi sedikit batang kemaluan Pakdhe meneronos terus menjadi dalam ke dalam lubang kemaluanku. Pakdhe terus menarik serta mendesak pantatnya dengan pelan serta tertib. Sampai sesuatu dikala saya menggigit bibirku keras- keras dikala selangkanganku terasa nyeri sekali. Selangkanganku terasa robek dikala Pakdhe memencet pantatnya sampai batang kemaluannya nyaris masuk setengah ke dalam lubang kemaluanku. Saya pernah menjerit menahan sakit yang amat sangat di selangkanganku. Pakdhe lekas menghentikan gerakannya serta memberiku peluang buat bernapas. Saya merasa lega dikala Pakdhe menghentikan gerakannya. Saat ini saya bisa merasakan lubang kemaluanku semacam terganjal barang keras serta hangat. Barang itu berdenyut- denyut dalam jepitan lubang kemaluanku. Kembali rasa sakit yang tadi menyentakku berangsur mulai lenyap tergantikan rasa nikmat dikala batang kemaluan Pakdhe yang terus menjadi mudah mulai bergerak lagi keluar masuk dalam jepitan lubang kemaluanku. Rasa nikmat terus bertambah sehingga tanpa sadar saya menggoyangkan pantatku buat lekas mencapai kenikmatan yang lebih banyak lagi.

Saya semacam edan. Rasa sakit itu telah betul- betul lenyap tergantikan rasa nikmat yang betul- betul memabukkan. Pakdhe terus menjadi bergairah mengayunkan pantatnya menghunjamkan batang kemaluannya. 4 kali mendesak kemudian didiamkan serta diputar setelah itu ditarik lagi. Tanpa sadar pantatku terangkat dikala Pakdhe menarik pantatnya. Berulang kali Pakdhe mengulang gerakannya sampai perutku terasa kejang. Tubuhku mulai melayang. Tanganku terus menjadi kokoh mencengkeram punggung Pakdhe buat berupaya menahan kenikmatan yang mulai menerjangku. Pakdhe terus menjadi kokoh mengayunkan pantatnya diiringi geramannya yang kudengar bergemuruh di telingaku. Mataku terus menjadi membeliak menahan desakan yang makin dahsyat di perut bagian bawahku. Saya nyaris menjerit dikala terdapat suatu yang kurasa rusak di dalam situ. Tetapi bibir Pakdhe yang seketika melumat bibirku menghentikan teriakanku. Pakdhe melumat dengan rakus kedua belah bibirku. Saya merasa tubuhku seolah- olah terhempas di awan. Tubuhku mengejat- ngejat dikala saya menggapai puncak pendakian yang meletihkan. Pakdhe yang bibirnya masih melumat bibirku juga mulai berkelojotan di atas perutku. Kemudian dia menggeram dengan dahsyat.. Serta kesimpulannya kurasakan terdapat semburan cairan hangat yang memancar dari batang kemaluan Pakdhe yang terjepit dalam lubang kemaluanku. Batang kemaluannya berkedut- kedut dalam jepitan lubang kemaluanku. Badan Pakdhe masih bergerak dengan liar sepanjang sebagian dikala kemudian ambruk menindihku. Nafas ku cuma tinggal satu- satu. Nafas Pakdhe juga kudengar menggemuruh di telingaku. Air mataku mengalir dikala kusadari segalanya sudah terlambat bagiku. Kegadisanku sudah terenggut oleh Pakdhe. Orang yang sepanjang ini kuanggap selaku pengganti ayahku. Kemudian dengan lembut Pakdhe mengusap air mataku serta berjanji hendak menyayangiku selama sisa hidupnya. Saya jadi agak terhibur dengan perkataannya.

Semenjak kegadisanku lenyap, saya jadi pendiam. Keceriaan yang sepanjang ini jadi karakteristik khasku seolah- olah lenyap lenyap. Saya jadi sangat berganti. Selangkanganku masih terasa sakit sampai sebagian hari sehabis peristiwa itu. Mbak Ningsih yang sepanjang ini sangat memperhatikanku sangat heran memandang pergantian yang terjalin pada diriku. Kesimpulannya saya mengaku terus cerah kepada Mbak Ningsih tentang peristiwa yang menimpaku. Dia cuma menghela nafas merasa prihatin hendak bencana yang kualami. Kira- kira satu bulan semenjak saya dinodai Pakdheku, Mbak Ningsih memohon pamit kepadaku serta pula Pakdheku. Mbak Ningsih sehabis lulus Sekolah Menengah Kejuruan(SMK) diterima bekerja di suatu industri swasta di wilayah Malang serta pindah ke Malang. Sehingga semenjak dikala itu saya yang baru masuk SMU wajib tinggal berdua saja dengan Pakdhe. Sesuatu hari, kira- kira seminggu semenjak kepergian Mbak Ningsih, dikala itu saya lagi cuci pakaianku serta baju Pakdhe. Hari itu sekolahku libur sebab bertepatan pada merah jadi saya bersih- bersih rumah. Pakdhe semacam umumnya merapikan tumbuhan di taman depan yang telah mulai berkembang tidak tertib. Sehabis kuselesaikan cucianku serta kujemur, saya bernazar mandi. Baru saja ingin menutup pintu kamar mandi, seketika tangan Pakdhe mengganjal pintu kamar mandi serta menyerobot masuk. Saya tidak pernah berteriak sebab seketika Pakdhe telah memelukku. Badannya yang cuma tertutup celana kolor serta telah basah penuh keringat memelukku erat- erat.

Saya tidak berani berteriak sebab diancam jika tidak ingin melayani nafsunya saya hendak diusir dari rumah itu serta tidak dibiayai sekolahku. Saya merasa khawatir sekali dengan ancamannya sampai dengan air mata yang kutahan saya pasrah hendak apa yang dicoba Pakdhe padaku. Tangan Pakdhe dengan cekatan melucuti dasterku, bra- ku kemudian celana dalamku sampai saya betul- betul bugil. Tanpa membuang waktu Pakdhe lekas melepas kolornya serta telanjang bundar. Batang kemaluannya yang bercorak gelap kecoklatan masih berkerut serta menggantung lunglai. Setelah itu Pakdhe duduk di tepi bak mandi keramik dengan kaki yang terbuka. Ditariknya badan telanjangku ke dalam pelukannya serta dilumatnya bibirku dengan rakusnya. Mulutku masih tertutup dikala lidah Pakdhe mulai berupaya menerobos masuk ke dalam mulutku. Sebab tidak tahan dengan sapuan- sapuan lidahnya yang mendesak- desak bibirku, kesimpulannya bibirku juga terbuka. Pakdhe lekas menyusupkan lidahnya ke dalam mulutku serta mendorong- dorong lidahku.

Mula- mula saya diam saja, tetapi lama- kelamaan saya jadi terangsang pula. Terlebih batang kemaluan Pakdhe yang sebelumnya berkerut lambat- laun mulai mengembang serta mengganjal perutku. Saya mulai bereaksi. Lidahku tanpa sadar membalas dorongan lidah Pakdhe. Tubuhku mulai menggerinjal dalam dekapan Pakdhe dikala tangan Pakdhe mulai menggerayangi buah pantatku. Tangan Pakdhe dengan gemas meremas serta memijat buah pantatku kemudian ditariknya tubuhku sampai terus menjadi ketat lengket dalam pelukannya. Sehabis puas memainkan lidahnya dalam mulutku, tangan Pakdhe memencet kepalaku sampai saya disuruhnya berlutut di depan selangkangannya. Batang kemaluannya yang telah keras terlihat mengacung tegak di depan wajahku. Ditariknya wajahku ke selangkangannya serta disuruhnya mulutku menciumi batang kemaluannya itu. Dengan agak risi saya terpaksa membuka mulutku serta mulai menciumi batang kemaluannya yang telah menghasilkan sedikit cairan. Kepalaku didorong maju mundur oleh tangan Pakdhe yang mencengkeram rambutku sampai batang kemaluannya mulai beralih keluar masuk dalam mulutku. Kerongkonganku tersodok- sodok ujung kepala kemaluan Pakdhe yang keluar masuk dalam mulutku.

Kudengar nafas Pakdhe mulai menggebu. Batang kemaluannya terus menjadi membeku dalam kuluman mulutku. Bisa jadi sebab tidak tahan, Pakdhe lekas menarik tubuhku supaya berdiri kemudian mendudukanku di sisi bak mandi. Mulutnya lekas mencecar payudaraku kanan serta kiri silih berubah. Saya menggelinjang hebat manakala mulut Pakdhe dengan rakusnya mempermainkan kedua puting payudaraku. Tangan Pakdhe juga tidak tinggal diam. Tangannya mulai merayap ke selangkanganku yang terbuka lebar serta mulai meremas gundukan bukit kemaluanku. Saya hingga megap- megap menemukan rangsangan semacam itu. Saya terus menjadi tersiksa oleh gejolak nafsu. Mulut Pakdhe kemudian merayap menyusuri perutku serta mulai menjilati gundukan bukit kemaluanku. Dikuakkanya kedua bibir kemaluanku dengan jari- jarinya kemudian disusupkannya lidahnya ke dalam lubang kemaluanku. Tubuhku yang duduk di sisi bak mandi nyaris saja terjatuh sebab menggelinjang dikala lidah Pakdhe mulai menggesek- gesek bilik lubang kemaluanku. Tanpa sadar tanganku mencengkeram rambut Pakdhe serta menekankan kepalanya supaya lebih ketat memencet bukit kemaluanku. Saya terus menjadi blingsatan menahan rangsangan yang diberikan Pakdhe di selangkanganku. Tanpa sadar mulutku mendesis- desis serta dudukku beralih tidak karuan. Perutku mulai mengejang menahan desakan gejolak yang meledak- ledak.

Tubuhku terasa mulai mengawang serta pemikiran mataku nanar. Kesimpulannya dengan diiringi rintihan panjang saya menggapai orgasmeku. Belum pernah saya mengendalikan nafas seketika Pakdhe telah berdiri di hadapanku. Batang kemaluannya yang keras dicocokkan ke bibir kemaluanku serta digesek- gesekkannya ujung kepala kemaluannya ke bibir kemaluanku yang telah basah serta licin. Saya menggelinjang lagi dikala barang hangat itu mulai menerobos masuk ke dalam bibir kemaluanku. Bibir Pakdhe Mitro dengan rakusnya mulai melumat bibirku sembari mendesak pantatnya sampai batang kemaluannya terus menjadi melesak ke dalam jepitan bibir kemaluanku. Saya masih duduk di bibir bak mandi sedangkan Pakdhe Mitro menggenjot lubang kemaluanku sembari berdiri. Bisa jadi sebab kesusahan bergerak, dicabutnya batang kemaluannya dari jepitan bibir kemaluanku. Tubuhku kemudian diturunkan dari bibir bak mandi serta dibaliknya sampai saya berdiri dengan tangan bertumpu bak mandi. Kemudian Pakdhe menempatkan diri di belakangku serta mulai berupaya memasukan batang kemaluannya ke dalam bibir kemaluanku dari celah bongkahan pantatku. Punggungku didorong Pakdhe supaya sedikit membungkuk sampai separuh menungging. Dipentangkanya kedua kakiku lebar- lebar kemudian dicucukannya batang kemaluannya ke gundukan bukit kemaluanku. Sehabis arahnya pas, Pakdhe mulai mendesak pantatnya sampai kembali batang kemaluannya menerobos masuk dalam jepitan bibir kemaluanku. Kembali saya mulai merasa terdapat sesuatu barang hangat menyeruak ke dalam lubang kemaluanku.

Dinding- dinding lubang kemaluanka serasa dikilik- kilik. Batang kemaluan Pakdhe yang terjepit ketat dalam lubang kemaluanku berdenyut- denyut. Pakdhe yang napasnya mulai memburu terus menjadi kokoh mengayunkan pantatnya maju mundur sampai gesekan batang kemaluannya pada bilik lubang kemaluanku terus menjadi kilat. Pinggulku yang dipegang Pakdhe terasa agak sakit sebab jari- jari Pakdhe mulai mencengkeram. Pinggulku ditarik serta didorong oleh tangan kokoh Pakdhe bersamaan dengan ayunan pantatnya. Tubuhku mulai terhentak serta saya mulai limbung. Kembali saya merasa melayang sebab desakan gejolak yang meledak- ledak. Pakdhe terus menjadi kokoh mengayunkan pantatnya serta napasnya terus menjadi menderu. Pantatku yang ditarik serta didorong Pakdhe maju mundur terus menjadi kilat bergerak. Cengkeraman jari- jari Pakdhe terus menjadi terasa di pinggulku. Gerakan ayunan pantat Pakdhe terus menjadi tidak terkontrol. Tidak lama setelah itu saya kembali menggapai orgasmeku. Pakdhe juga kukira menggapai puncak kenikmatannya sebab saya merasa terdapat semburan cairan hangat yang menyemprot dari batang kemaluan Pakdhe ke dalam lubang kemaluanku dengan diiringi geraman yang keluar dari mulut Pakdhe. Pakdhe senantiasa membiarkan batang kemaluannya terjepit dalam lubang kemaluanku sepanjang sebagian dikala. Napasnya yang mulai tertib terasa hangat menerpa kulit pipiku. Tulang kemaluannya memencet kokoh di bukit buah pantatku. Saya merasa sedikit geli sebab rambut kemaluan Pakdhe melekat ketat serta menggesek buah pantatku. Batang kemaluan Pakdhe yang masih keras terasa berdenyut- denyut dalam jepitan lubang kemaluanku. Sehabis menyemprotkan sisa- sisa air maninya batang itu mulai mengendur serta terlepas dengan sendirinya. Tubuhku telah terasa lemas tidak bertenaga. Saya cuma memejamkan mata sebab lemas serta malu sebab buat kedua kalinya saya sukses digagahi Pakdheku sendiri. Saya membiarkan saja dikala Pakdhe memandikanku semacam balita. Tangannya yang kuat menyabuni segala lekuk tubuhku.

Tubuhku kembali menggerinjal dikala tangannya yang kuat mulai menyabuni payudaraku yang baru mulai berkembang. Putingku yang mencuat dipermainkannya dengan gemas. Tubuhku terus menjadi menggelinjang dikala tangannya mulai memegang perutku kemudian meluncur turun serta mulai menyabuni gundukan bukit kemaluanku yang baru mulai ditumbuhi rambut satu- satu. Jari- jarinya menyisir celah kecil di tengah gundukan bukit kemaluanku serta berlama- lama menyabuni wilayah itu. Saya tidak berani memandang Pakdhe dikala dia mengangsurkan sabun ke tanganku serta menyuruhku menyabuninya. Dengan agak kaku tanganku mulai menyabuni punggung Pakdhe yang perkasa. Tanganku bergerak sampai segala punggung Pakdhe kugosok menyeluruh dengan sabun. Kemudian Pakdhe membalikkan badannya menghadapku. Tangannya mengelus- elus kedua payudaraku sedangkan saya disuruhnya menyabuni badan bagian depannya. Tanganku bergerak dari dada terus turun ke arah perut. Nafas Pakdhe mulai memburu dikala tanganku yang dilumuri busa sabun mulai menyikat bagian dasar perutnya. Batang kemaluannya yang tadi kendur telah mulai mengembang. Tanganku yang agak ragu dipegang Pakdhe serta ditunjukan buat menyabuni wilayah kemaluan Pakdhe. Rambut kemaluannya sangat rimbun berkembang di pangkal batang kemaluannya yang mulai berdiri separuh tegak serta membeku. Lucu sekali kelihatannya semacam pistol tetapi“ gombyok”. Ya!! Kelihatannya semacam pistol gombyok!! Semacam pistol tetapi rimbun ditumbuhi rambut ataupun gombyok!!

Pakdhe yang telah mulai terangsang lekas menyuruhku menuntaskan kegiatan silih memandikan. Cuma dengan berbalut handuk, tubuhku yang masih agak basah ditariknya dari kamar mandi serta diseret masuk ke kamar Pakdhe. Pakdhe juga cuma menggunakan kolornya yang tadi dipakainya sampai batang kemaluannya yang telah separuh keras nampak membusung di balik kolor seragamnya. Baru saja pintu ditutup, tubuhku telah langsung disergapnya. Diloloskannya handuk yang melilit tubuhku sampai saya telanjang bundar. Pakdhe lekas melepas kolornya serta bugil dihadapanku. Mulut Pakdhe lekas menyergap bibirku serta melumatnya dengan rakus. Kedua payudaraku lekas jadi bulan- bulanan remasan tangannya sampai tubuhku menggelinjang dalam dekapannya. Tanganku lekas dibimbing Pakdhe serta dipegangkannya ke batang kemaluannya yang telah terus menjadi mengembang. Bibir Pakdhe yang rakus meulai beralih turun dari bibirku ke dagu, lidahnya menjilat- jilat daguku terus turun ke leherku sampai saya terus menjadi menggelinjang sebab kumisnya yang pendek serta agresif menggaruk- garuk batang leherku. Saya terus menjadi mendesis sebab saat ini bibir Pakdhe telah mulai melumat kedua puting payudaraku kanan serta kiri secara bergantian. Tanganku secara tidak sadar bergerak mengurut serta meremas“ pistol gombyok” Pakdhe. Nafas Pakdhe juga terus menjadi menderu serta terus menjadi keras menghembus di kedua payudaraku. Jilatannya terus menjadi liar di segala bukit payudaraku tanpa terlewatkan sejengkalpun. Batang kemaluan Pakdhe yang terus menjadi keras mulai berdenyut- denyut dalam genggaman tanganku. Sedangkan tangan Pakdhe mulai bergerak liar menyusuri penggungku serta turun ke dasar kemudian menyudahi di kedua pantatku serta meremas- remas kedua buah pantatku dengan gemasnya. Saya sangat terangsang. Ya.. Bisa jadi wilayah kelemahanku merupakan pada buah pantatku serta pada kedua puting payudaraku. Tubuhku telah mulai mengawang serta telah pasrah bersandar dalam dekapan Pakdhe. Mengenali jika tubuhku telah tersandar seluruhnya dalam pelukannya, Pakdhe lekas mendesak tubuhku ke kasurnya sampai saya tiduran telentang. Ditindihnya badan telanjangku oleh badan perkasa Pakdhe. Dibentangkannya kedua kakiku lebar- lebar serta saya kembali digumuli Pakdheku. Lidah Pakdhe kembali menyerbu bibirku kemudian beralih ke leherku.“ Pistol gombyok” Pakdhe yang telah sangat keras mengganjal di perut bagian bawahku. Rambut kemaluannya yang gombyok sangat terasa menggesek- gesek perutku memunculkan rasa geli. Lidah Pakdhe menjilat- jilat segala batang leherku sampai saya mendesis- desis kegelian.

Tubuhku terus menjadi menggelinjang menahan geli dikala lidahnya mulai beralih turun serta menyapu- nyapu sekitar bukit payudaraku di dekat putingku. Tubuhku terus menjadi menggerinjal dikala lidah Pakdhe yang panas mulai menyapu- nyapu puting payudaraku. Tubuhku serasa terus menjadi melayang. Lidah Pakdhe terus beralih ke dasar. Pusarku dijilatnya dengan rakus kemudian lidahnya mulai bergerak turun ke perut bagian bawahku. Otot- otot perutku terasa semacam ditarik- tarik dikala bibir Pakdhe menyedot- nyedot wilayah dekat perut bagian bawahku di atas pangkal pahaku. Geli sekali rasanya, terlebih kumisnya yang pendek serta agresif menyeruduk- nyeruduk kulit perutku yang halus. Pakdhe kemudian membalik badannya. Mukanya menghadap selangkanganku sedangkan“ pistol gombyok” nya dihadapkan ke wajahku. Diturunkannya pantatnya sampai batang kemaluannya melekat bibirku. Dibimbingnya“ pistol gombyok” nya ke mulutku. Saya ketahui saya wajib membuka mulutku menyongsong“ pistol gombyok” Pakdhe yang dijejalkan ke dalam mulutku. Dengan terpaksa saya mulai mengulum“ pistol gombyok” Pakdhe serta menjilati segala ujung topi bajanya yang mengkilat. Tubuhku terhentak dikala mulut Pakdhe mulai melumat bibir kemaluanku. Kedua tangannya menarik kedua bibir lubang kemaluanku serta membukanya lebar- lebar kemudian lidahnya yang panas didorong keluar masuk kedalam lubang kemaluanku. Saya terus menjadi mendesis- desis menahan nikmat. Nafas Pakdhe yang terus menjadi menggebu sangat terasa meniup- niup lubang kemaluanku yang terbuka lebar. Tanpa sadar pantatku terangkat ke atas seakan menyongsong dorongan lidah Pakdhe yang menggesek- gesek kelentitku. Gerakan lidahnya yang liar seakan membuatku terus menjadi edan. Tanpa bisa kucegah lagi, mulutku merintih serta mendesis menahan gejolak kenikmatan yang meledak- ledak.

Batang kemaluan Pakdhe yang menyumpal mulutku tidak sanggup menahan desisan yang keluar dari mulutku. Mataku kembali nanar. Perutku terasa kejang.. Dorongan gejolak liar yang menekan di perut bagian bawahku telah nyaris tidak bisa kutahan lagi. Kemudian dengan diiringi rintihan panjang tubuhku menggelepar serta berkelojotan semacam ayam disembelih. Tubuhku kemudian melayang serta terhempas di tempat kosong. Kesimpulannya tubuhku terdiam sebagian dikala. Saya sudah menggapai orgasme yang ke sekian di pagi itu. Tubuhku terasa lemas tidak bertenaga. Saya cuma pasrah dikala Pakdhe yang sudah mencabut batang kemaluannya dari kuluman mulutku bangkit serta duduk di sisi pembaringan mengangkut tubuhku serta mendudukanku di pangkuannya. Tubuhku dihadapkannya ke dirinya serta kakiku dipentangkannya sampai saya terduduk mengangkang dipangkuannya dengan silih berhadapan. Setelah itu tangan Pakdhe memusatkan batang kemaluannya ke celah bukit kemaluan di selangkanganku. Bless!! Saya terhenyak dikala pantatku diturunkan serta terdapat sesuatu barang keras serta hangat mengganjal di lubang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Segala bilik lubang kemaluanku terasa berdenyut- denyut. Kelentitiku yang telah membesar tergesek nikmat pada pangkal batang kemaluan Pakdhe. Lain sekali rasanya bersetubuh dengan posisi begini. Saya merasa sangat terangsang! Kelentitku serasa tergesek penuh pada batang kemaluan Pakdhe. Dengan dibantu kedua tangan Pakdhe yang menyangga kedua buah pantatku tubuhku bergerak naik turun di pangkuan Pakdhe. Payudaraku yang baru berkembang bergetar bergoyang- goyang bersamaan dengan naik turunnya tubuhku di pangkuan Pakdhe. Batang kemaluan Pakdhe yang menancap ketat dalam jepitan lubang kemaluanku terasa menggesek nikmat segala bilik lubang kemaluanku yang terus berdenyut- denyut meremas apa saja yang menyumpalnya. Tubuhku terasa menggigil bergetar dikala mulut Pakdhe tidak tinggal diam. Mulut Pakdhe dengan rakusnya melumat kedua puting payudaraku bergantian. Mulutnya menyedot buah dadaku seluruhnya. Gerakanku jadi makin liar. Desakan gejolak birahi terus menjadi menekan. Saya memesatkan gerakanku naik turun dengan diselingi sedikit memutar dikala segala batang kemaluan Pakdhe masuk sampai ke pangkalnya ke dalam jepitan lubang kemaluanku. Sebab tidak tahan lagi tanpa sadar kudorong badan Pakdhe sampai terbaring telentang di kasur dengan kedua kaki menjuntai ke lantai. Tubuhku yang tadi di pangku Pakdhe jadi duduk semacam seseorang joki yang lagi naik kuda balap berpacu dalam birahi dengan menduduki Pakdhe yang tiduran telentang. Gerakanku makin leluasa. Dengan tangan bertumpu pada dada Pakdhe yang bidang saya terus menggerakan pantatku memutar serta maju mundur.

Kelentitiku makin ketat tergesek batang kemaluan Pakdhe. Tanga Pakdhe yang memegang kedua pantatku terus menjadi ketat mencengkeram serta menolong memesatkan gerakanku. Saya merasa tubuhku kembali mulai mengawang. Gerakanku makin tidak terkontrol. Mataku mulai membeliak serta mulutku menceracau tidak karuan. Puncak pendakian makin dekat.. Makin dekat.. Serta kesimpulannya dengan merintih panjang tubuhku berkejat- kejat semacam lagi terserang aliran listrik. Lubang kemaluanku berdenyut- denyut dikala terdapat suatu yang rusak di dalam situ.. Tubuhku berkejat- kejat sebagian dikala kemudian ambruk di atas perut Pakdhe. Saya betul- betul tidak bertenaga. Ya akibat pistol gombyok Pakdhe saya menggapai orgasme yang berulang kalinya. Luar biasa Pakdhe ku ini. Meski telah tua tetapi sanggup membuat saya yang masih ABG begini bertekuk lutut. Pakdhe yang warnanya belum menggapai orgasme lekas membalikkan tubuhku dengan tanpa membebaskan batang kemaluannya yang masih menancap dalam jepitan lubang kemaluanku. Saat ini tubuhku yang telentang gantian digenjot Pakdhe. Saya yang telah tidak bertenaga cuma pasrah. Pakdhe dengan semangat juang terus menggenjot selangkanganku dengan tusukan- tusukan batang kemaluannya. Pistol gombyoknya tanpa ampun menghajar lubang kemaluanku. Lambat- laun napsuku mulai bangkit lagi menerima tusukan- tusukan pistol gombyok Pakdhe. Dengan sisa- sisa tenaga yang masih terdapat saya berupaya menyongsong tiap tusukan pistol gombyok dengan menggoyangkan pantatku ke kanan serta kiri. Nafas Pakdhe terus menjadi memburu serta terdengar menggemuruh menghembus ke payudaraku yang dilumat bibir rakus Pakdhe. Genjotan Pakdhe terus menjadi kokoh serta bertubi- tubi. Desakan gejolak yang menekan dalam tubuhku terus menjadi menguat. Saya telah nyaris tidak kokoh lagi menahan desakan itu.

Tubuhku kembali mengejang. Pantatku terangkat serta dengan merintih panjang saya menggapai puncak pendakian yang sangat meletihkan. Tubuhku terhempas di tempat kosong serta pemikiran mataku kian nanar. Saya merasa betapa di saat- saat itu badan Pakdhe yang menindih perutku mulai bergetar. Mulutnya menggeram dahsyat serta pantatnya memencet kuat- kuat menghunjamkan pistol gombyoknya ke dalam jepitan lubang kemaluanku. Badan Pakdhe berkejat- kejat kemudian saya merasa terdapat semprotan cairan hangat menyiram di dalam lubang kemaluanku. Terdapat rasa berdesir menyergapku dikala semprotan itu menyembur ke liang rahimku. Badan Pakdhe tersentak- sentak kemudian ambruk di atas perutku. Sangat meletihkan pergumulan di pagi itu. Kesimpulannya saya tertidur sebab sangat letih. Pagi itu Pakdhe betul- betul melampiaskan segala hasratnya pada tubuhku. Dari pagi sampai malam saya tidak dibiarkannya menggunakan baju utuh. Saya disetubuhi berulang kali hari itu sampai selangkanganku terasa ngilu sebab digenjot Pakdhe. Semenjak kepergian Mbak Ningsih saya jadi pelampiasan napsu Pakdhe.

Minimun satu kali dalam satu pekan Pakdhe tentu memohon jatah dariku. Sepanjang 3 tahun saya jadi budak napsu pistol gombyok Pakdhe sampai saya lulus SMU. 3 tahun saya wajib menempuh kehidupan selaku sasaran tembak“ pistol gombyok” Pakdhe. Nyatanya perihal semacam itu dirasakan pula oleh Mbak Ningsih. Ia menceritakan jika dahulu awal kali diperawani Pakdhe dirinya tidak sadar. Buat berikutnya dia pula diancam tidak hendak dibiayai sekolah serta diusir jika tidak ingin penuhi kemauan Pakdhe. Kemudian sehabis saya lulus, atas kebaikan Mbak Ningsih saya kuliah di salah satu PTS di kota Solo. Buat menaikkan bayaran sebab tidak mau sangat memberatkan Mbak Ningsih saya terjun ke dunia prostitusi. Ya.. Kesimpulannya saya jadi pelacur buat membiayai kuliahku. Saya berjanji hendak menyudahi dari dunia ini sehabis saya memiliki lumayan bekal. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Cerita Seks Abg-December 24, 2022