Sopir TOHIR dan Kernetnya – Bagian 2

Posted on

Sopir TOHIR dan Kernetnya – Bagian 2

Ada ANAK PAMAN Tohir yang bernama BANDI, dia anak yang putus sekolah di kelas 2 SMP. Waktu BANDI masih berumur 3 tahun, kakak lelakinya meninggal karena sakit DB, akhirnya para pemuda di kampung itu dia anggap sebagai kakaknya sendiri. Yang paling dia anggap kakak, ya.., TOHIR. Malah mungkin Tohir jadi yang paling dekat dengan Bandi dari semua para pemuda itu. Bandi sebetulnya KEPONAKAN Tohir karena Bapaknya Bandi adalah Pamannya Tohir.

Tohir menyayangi BANDI sebagai Paman pada Keponakan, atau Kakak kepada Adik. Tohir menganggap Bandi anak baik-baik, Tohir tidak tega kalau melihat Bandi susah. Kalau ada uang lebih Tohir terkadang membelikannya buku bacaan atau uang jajan karena Bapaknya (pamannya Tohir) orang yang kurang mampu.

Bandi memang bocah yang cakep. Kulitnya mulus, lumayan putih seperti jarang terbakar sinar matahari. Tapi yang membuat Tohir gemas adalah paras Bandi… lucu, imut sekali… tampan… seperti anak-anak juragan dari Bandung. Kalau Bandi sedang sedang tidur lelap, dia terlihat seperti malaikat kecil yang selalu membahagiakan Tohir.

Dalam hati Tohir sih dia pingin supaya Bandi meneruskan sekolahnya dengan bener, tapi ya itulah, gara2 pernah baca di Koran Lampu Merah tentang lelaki dewasa yang suka mensodomi bocah lelaki, kadang2 Tohir juga ngiler ngelihat paha Bandi yang ranum kalau lagi pakai celana pendek. Ingin rasanya Tohir mencubit bokong Bandi (pantatnya) yang kenyal dan bundar itu.

Akhirnya Tohir membujuk2 pamannya dan bilang apabila Bandi gak bisa terusin sekolah, sebaiknya mendingan ikut Tohir saja jadi KERNET TRUK antar kota. Bokap Bandi sebenarnya gak tega putera cowoknya yang masih bocah jadi kernet truk tapi karena percaya Tohir akan menjaga Bandi, akhirnya terpaksa Bokapnya setuju.

Kalau numpang ditruknya Bandi suka disuruh duduk disamping Tohir, dan kalau Tohir ngomong2 selalu sambil tangan kirinya mengelus paha si Bandi.
Bagi Bandi itu semua dirasakan sebagai kedekatan kasih sayang seorang “Kakak” kepada “Adiknya” sehingga akhirnya mereka saling menyebut AKANG dan ADEK.

Gak tau kenapa sejak baca Koran tentang bocah2 jalanan yang suka disodomi oleh preman, Tohir jadi bernafsu pada Bandi yang tampangnya lugu banget. Khas anak kampung tapi tetep aja enak buat diliat.Badan Bandi juga model badan anak sekolahan, ramping tapi juga gak kurus dan masih keliatan ‘boyish’ banget. Cakep juga nih anak, pikir Tohir.

Tohir pernah liat Bandi pas lagi nyopotin celana pendeknya. Langsung keliatan celana dalemnya model cawat warna biru muda dan Tohir juga sempet ngelirik jendolan di depan cawat mungilnya Bandi. Mungil, tapi napsuin.

“Udah punya pacar belom Dek?” goda Tohir.

“Ya belom lah…wong masih kecil kok Kang!” sahut Bandi polos.

“Wah ini sih kecil-kecil udah bisa bikin anak kecil,” serang Tohir sambil iseng aja menyenggol jendolan alat kelaminnya.

“Adek udah jembutan?” selidik Tohir.

“Udaaah…tapi baru dikit banget, Kang,” jawab Bandi sambil senyum imut tapi tidak mengerti apa2. Dia tetap menganggap perhatian Tohir cuma bentuk kasih sayang antara dua bersaudara.

Sebagai Kakak dan pria dewasa yang sudah matang seharusnya Tohir bersikap sebagai pelindung pada Bandi yang “dititipkan” oleh Bokapnya untuk bekerja dengan Tohir, tapi yang terjadi justru malapetaka langsung kepada diri Bandi.

———————

Pernah Bandi sedang tidur-tiduran di kamar Tohir. Anak yang sekolah cuma sampai kelas 2 SMP itu telentang dan cuma pake celana kolor.

Tampang ngantuknya bikin anak itu tambah cakep.Trus mata Tohir kepentok jendolan yang nonjol di kolor Bandi. Tohir terangsang ngeliat badan mulus Bandi yang setengah telanjang itu. Biar masih kecil tapi udah menonjol urat-urat jantan anak itu!

Gak tau iseng kenapa, Tohir pegang bungkusan titit Bandi dan langsung dia elus-elus, terus dia singkap kolor Bandi ke bawah, buah-buah zakarnya yang masih mungil gundul hanya ada sedikit bulu2 halus. Terus Tohir remes2 pantat Bandi dengan gemas. Buah pantatnya yang putih mulus itu bunder banget kayak semangka.

Tangan kiri Bandi nutupin tititnya sendiri karena malu. Kayaknya sih masih lemes dan mungkin panjangnya sekitar 11cm-an gitu. Ukuran yang gak malu-maluin untuk anak seumuran Bandi!..

“Aaah??? Malu atuh Kang” Bandi langsung tertegun heran sambil ngeliatin wajah Tohir.

Tohir deg-degan abis, takut Bandi langsung kabur dari rumah dan lapor Bokapnya kalo gue udah nelanjangin dia. Tapi Bandi tetep diem aja, dia gak ada perasaan curiga apa2. Dia kira ‘kakaknya’ cuma iseng aja gangguin dia.

Langsung aja Tohir pelorotin kolor Bandi sampe itu bocah telbul (telanjang bulet, maksudnya)

Pake tangan kanan Tohir tarik kulit kulup titit Bandi ke arah pangkal batang penisnya sampe palkon (pala kontol)nya yang keunguan keluar dari balik pembungkusnya gitu.

“Nyeeehhhhhh…neeyyyyhhhhh…….geli Kang, geliiiiiii…nyeehhhhhhh!”
Blingsatan abis lah tuh anak lelaki kelas 2 SMP dan kontolnya pelan-pelan mulai tegang.

Tohir tambah iseng aja megang-megang jendolan batang dan biji peler Bandi yang akhirnya keras maksimal ditangan Tohir.Ngaceng sekaku-kakunya.

Meskipun Tohir nafsu berahi pada Bandi tapi Tohir masih bisa menggunakan akal sehatnya. Tohir tidak pengen keburu nafsu karena biar bagaimanapun dia tahu Bandi berbeda dari Bang jalal. Bandi kelihatannya berbakat jadi cowok normal seperti Tohir sendiri. Lagi pula Bandi adalah putera pamannya, bahaya kalau sampai Bandi melapor pada Bokap dia.

Oleh karena itu Tohir sengaja melakukan pendekatan secara hati-hati, perlahan, setahap-demi setahap dan penuh kesabaran.

———————

Pada suatu hari, Tohir minta ijin pamannya untuk ngajak Bandi naik truk ke CILEGON, sekalian bantuin Tohir jadi KERNET TRUK. Sampai di Cilegon langsung ke pasar nganterin barang, kelapa dan nenas dan malemnya Tohir mengajak Bandi nginep di losmen dekat pasar.

Berbaring berdua dengan Bandi, tangan Tohir mengelus kulit dan tubuh Bandi yang masih mulus banget, hangat lembut dan membangkitkan gairah Tohir.

Pelan2 Tohir menarik tangan Bandi dan di telusupkan ke balik kain sarung Tohir sehingga tersentuhlah kontol Tohir oleh Bandi.
“Pegang Dek” perintah Tohir.

Bandi agak heran disuruh pegang kontol Akangnya. Seumur hidupnya belum pernah dia pegang kontol siapapun kecuali miliknya sendiri.

Dengan agak takut dan segan, tapi digenggam juga oleh Bandi selonjoran daging kenyal hangat di selangkangan Tohir, Akang kesayangannya. Bandi malu, tapi memegangnya juga sambil menikmati kekenyalan batangan hitam kemerahan itu.

“ Hih, gede amat sih Kang…” serunya jujur.

“Hehmm ya ….. yang gede gitu yang bagus. Enaq !.Kalau kecil mah … cewek pada gak suka “

“Punyaku kecil gimana nih …?” Bandi gelisah.

“ Mau digedein?” kata si Tohir sambil menyingkap sarung si Bandi.
“Harus sering diterapi kepala dan batangnya“ Sangat gombal tipuan Tohir supaya bocah ini bisa dirayunya.

“Hmm …cara terapinya gimana Kang supaya bisa gede ?” Bandi berminat, dia begitu percaya pada Akangnya

Tanpa menjawab pertanyaan, tangan Tohir menghampiri dan menjamah kain sarung Bandi dan merasakan tonjolan empuk yang cukup besar.

Dasar darah muda, begitu tersentuh, darah mulai mengaliri barang Bandi dengan cepat sehingga bergerak naik dan mengeras. Awalnya Bandi berusaha menghindar malu.

“Gak apa Dek. Gak ada siapa-siapa kok”, kata Tohir memberi jaminan keamanan pada Bandi. Lalu kedua tangannya menurunkan kain sarung Bandi dan tersembulah titit Bandi yang ternyata mulai menegang.

Titit Bandi sebetulnya tidak kecil amat, biarpun masih bocah tapi ukurannya kalau ngaceng sudah sekitar 15 cm panjangnya (maklum Bandi dan Tohir punya darah keturunan yang sama). Tapi memang jauh lebih kecil dibanding punya si Tohir yang hampir 2 jengkal lebih.

Ah…. anak ini memiliki tubuh yang sempurna dan peralatan lelaki yang lumayan, pikir Tohir sambil mengendalikan diri untuk tidak langsung menjarah tubuh Bandi.

“Wah, kontolmu lumayan juga Dek”, kata Tohir sambil memandangnya. Bandipun membuka matanya yang tadi sempat terpejam menahan geli dan rasa enak yang belum pernah dirasakannya.

“Ah Akang bisa saja. Punya Akang lebih besar”, kata Bandi seadanya sambil malu-malu.
“Aduh Kang geli… stop Kang…. geli…….”, katanya sambil agak menarik tubuhnya mundur.

Tangan Tohir tidak memberi kesempatan dan mulai mengocok perlahan, meremas dan mengocok lebih cepat, memuntirnya, mengelus kepala penis Bandi. Tangan Tohir yang satunya lagi bahkan nekat merambah perut Bandi yang seksi itu sampai ke dadanya dan berhenti pada puting tetek Bandi di dadanya. Ah….. warnanya merah muda dan sudah mengeras karena terangsang.

“Ah….”, Bandi tidak menyadari dirinya telah mengerang lembut. Tohirpun menambah kegiatan tangannya.
“Ah….”, erang Bandi masih tidak sadar.

Tohir terus merabanya. Mengelusnya. Dia lihat mata Bandi kembali terpejam. Tohir tambah bersemangat melihat Bandi begitu terangsang. Sambil sekali sekali meremas dan memuntirnya, Tohir mengocok bagian paling vitalnya sehingga ……..,

”Ah… Kang….Aduh… Kang… Aduh” erangnya. Auduh…..ah….

CROOOTT…. CROOOOTTT….. CROTTTT…….

Lahar perjaka panas menyembur keluar dari lubang penis Bandi menyemprot ke dadanya, meleleh ke perut dan pahanya. Sebagian keluar membasahi paha Tohir dan telapak tangannya.

Sejauh ini, Tohir tetap menahan diri untuk tidak berbuat lebih jauh. Dia harus jaga image agar tidak terlihat belangku, pikirnya. Saat ini Tohir harus puas dengan membuat Bandi mencapai puncak kenikmatan. Wajah Bandi yang merah padam dihiasi beberapa butir peluh.

“Sudah Kang..sudah Kang, aku tidak tahan lagi”, kata Bandi dengan tatapan matanya yang memelas.

Tohirpun menghentikan kegiatan tangannya.

Setelah beberapa saat berhasil menenangkan detak jantungnya, “Maaf Kang, aku jadi mengotori Akang. Aku benar-benar tidak sengaja. Aku tidak menyangka bisa keluar begituan”, katanya dengan gugup dan rasa penyesalan bercampur segalanya.

“Masak Adek belum pernah ngeloco sendiri Dek?”, tanya Tohir sedikit tak percaya.

“Betul Kang, belum. Ini pengalaman baru bagi aku. Aku belum pernah, aku cuma pernah mengalami mimpi basah saja”,

Sedikit rasa menyesal dirasakan oleh Tohir, karena ternyata dia telah membuat Bandi melepaskan keperjakaan dengan cara yang tak wajar.

“Wah, kamu bisa punya anak banyak tuh Dek”, kata Tohir. “Spermamu banyak dan kental”, katanya lanjut.

“Ah, Akang bisa saja. Maafkan aku tadi membuat Akang kotor. Aku jadi tidak enak”, katanya.

“Tidak apa Dek”, kata Tohir dengan kepuasan tersendiri tanpa diketahui Bandi.

Dengan segera Tohir menyuruh Bandi membersihkan diri..
Bandi pun bergegas bangkit menuju kamar mandi meninggalkan Tohir yang masih duduk terpaku melihatnya berjalan telanjang dengan pinggul yang sangat menggairahkan itu.

———————

Sejak kejadian pertama itulah, Tohir setahap demi setahap bertahap memasang perangkap untuk menjerat Bandi kedalam dunia orang dewasa. Dunia sejenis yang pada awalnya juga bukan dunia Tohir kalau dia tidak diajari oleh Bang jalal.

Mula-mula Tohir membiasakan diri kalau mandi, pintu kamar mandinya tidak dia tutup, sehingga Bandi bisa melihat, dengan sengaja atau tidak, waktu Tohir mandi dalam keadaan telanjang bulat. Selanjutnya Tohir juga membiasakan ganti pakaian, termasuk waktu ganti kolor dihadapan Bandi. Sekali-sekali,waktu Tohir mandi telanjang bulat, dia minta Bandi membantu menyabuni tubuhnya.

Waktu pertama kalinya Tohir dengan nyata2 memperlihatkan kemaluannya pada Bandi, jantung Tohir berdegup kencang dan hawa ruangan itu berubah: Aroma lelaki yang pekat terpancar dari pangkal paha Tohir yang rimbun.

Satu setengah meter dihadapannya Bandi menatap dengan pandangan terbelalak pada kemaluan Tohir yang panjang terkulai. Buah lelaki kembarnya seakan bersarang di atas bebuluan yang hitam dan lebat. Zakarnyapun terlihat kokoh bersemayam diatas buah kembar tersebut. Jamur besar yang membentuk kepala kemaluan itu berwarna kemerah mudaan dan terbalut oleh kulit bernuansa sawo matang.

“Bagaimana, bagus tidak?” tanya Tohir “Ayo pegang” katanya lagi

Bandi mendekat dan Tohir membiarkan jari-jari Bandi bermain di sekujur kemaluannya. “Wah… besar sekali Kang, empuk ya…” katanya

“Iya kalau dipegang terus nanti akan jadi keras dan tidak empuk lagi Dek…” Lama-lama Bandi makin terbiasa melihat Tohir dalam keadaan telanjang bulat – termasuk bisa melihat biji peler, jembut, dan terutama kontol raksasa Tohir, yang merupakan bagian tubuh kebanggan Tohir yang sangat pribadi itu.

Setelah Tohir anggap cukup terbiasa bagi Bandi melihat dia dalam keadaan telanjang bulat, maka Tohir mulai sering tidur dalam keadaan telanjang bulat, seperti yang biasanya dilakukan oleh cowok-cowok homosex.

Selanjutya Tohir juga menyuruh Bandi agar ikut tidur sama sama dalam telanjang bulat. “Supaya praktis” kilah Tohir.

Tohir menanamkan pada Bandi bahwa tidur telanjang bulat itu bagi seorang lelaki adalah hal yang wajar, normal dan lazim dilakukan oleh semua lelaki dewasa!

Entah karena lugu, polos atau masih bodoh, Bandi percaya saja pada semua tipuan Akangnya tersayang.

Kalau sedang tidur, kepala bocah itu Tohir sandarkan pada dadanya yang berbulu lebat, dan rambut bocah itu ia belai dengan sayang. Sedangkan Bandi menikmati saja gesekan pipinya pada bebuluan kasar Akangnya sambil menghirup bau khas lelaki sejati yang tersebar dari ketiak Tohir yang penuh rambut itu.

Setelah Bandi juga terbiasa telanjang bulat di depan Tohir, maka Tohir mulai melakukan membiasakan memegang atau meraba-raba bagian tubuh Bandi secara sepintas lalu, dengan sikap seakan-akan seperti tidak sengaja atau tidak ada niat cabul.

Sebetulnya kalau mau, Tohir bisa saja main paksa dan langsung memperkosa Bandi, tapi Tohir tidak ingin Bandi menjadi ketakutan atau kapok. Tohir ingin menanamkan pada benak bocah itu bahwa hubungan mereka berdua adalah hal yang wajar, apalagi mereka adalah saudara sedarah.

Tohir ingin meyakinkan pada Bandi bahwa hubungan seksual sejenis adalah hal yang sah-sah saja, wajar, normal dan lazim dilakukan oleh semua lelaki dewasa!. Bahkan Tohir berharap agar rasa penasaran Bandi bangkit dengan sendirinya untuk mengetahui bagaimana rasanya berhubungan seks sejenis dengan sesama lelaki.

Setelah Tohir yakin bahwa Bandi tidak bersikap negatif, tidak curiga atas kelakuannya dan tidak menolak, maka Tohir mulai dengan jurus perangkap barunya. Antara lain Tohir mengajari Bandi cara mencium di bibir, dan akhirnya Tohir mulai mengenyot dam melumat mulut Bandi dengan intens sambil dan menyedot ludah Bandi yang gurih dan nikmat luar biasa.

———————

Waktu akan mengantar muatan buah kelapa ke BOGOR, Tohir kembali minta ijin pamannya untuk mengajak Bandi sebagai KERNET Truknya. Saat malam, waktu baru saja mereka masuk ke kamar losmen Tohir langsung melancarkan tipuannya.

“Gimana Dek?, udah makin gede gak kontol Adek?“ tanya Tohir.

“Rasanya belum Kang“ jawab Bandi.

“Ooh gini, pantat adalah tempat kedudukan kontol, jadi lubang pantat Adek harus dibikin lentur supaya darahnya mengalir lancar“ kata Tohir dengan licik
“Mau Akang ajarin??“ sambungnya.

”Mau Kang… Mau banget… Apa aja mau deh” Bandi bodoh ketipu jebakan musang yang satu ini

Maka Bandi pun ditarik baju dan celananya dan ditelanjangin oleh Tohir, lalu diusap dan diremas2 mulai dari punggung, perut, pantat, paha.

Ternyata Bandi tidak melawan; entah karena lugu, atau bodoh, atau pasrah.

Tohir kemudian menarik wajah bocah itu dan menciumnya. Ia dapat merasakan air liur yang segar di mulut anak itu menyerbak dari gigi geligi kecilnya. Mereka terjebak dalam ciuman mesra itu cukup lama.

Kemudian hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya menjadi kenyataan!.

Tohir menciumi sekujur tubuh mulus bocah itu dengan lembut. Mereka berbaring sebelah-menyebelah. Lidah Tohir tertanam dalam mulut Bandi. Tangan kirinya membelai pinggang lembut Bandi dan tangan kanannya merebak kedua belah kaki bocah itu dan membelai-belai kedua belahan pantat yang kenyal itu.

Ketika lidah Tohir mulai membasahi dan menghangatkan puting kecil Bandi, bocah tadi mengerang. Apalagi tangan kanannya kini mulai menjelajah menyisir daerah lubang kenikmatan Bandi.

Tubuh mulus Bandi mulai berkeringat. Tohir sudah beranjak berada di bawahnya. Ia merasakan kedua tangan kekar Tohir mulai menggiring kedua belahan pahanya naik.

Punggung Bandi berkeringat dan bertumpu pada kasur. Ia kini memegang kedua kakinya sendiri yang diangkat ke awang-awang sehingga kemaluan dan liang anusnya terbuka lebar dengan jelas memancarkan keindahan tepat di depan wajah Tohir.

Perlahan Tohir mulai menjilati paha Bandi yang empuk. Kemudian menciumi dan menjilati garis pemisah paha dan pantat anak itu.

“Kang …” suara Bandi terdengar terengah-engah.
“ Haaahhh…, geli banget kalo yang itu” cercahnya bodoh.

“ Biar santai dan darahnya gampang mengalir, biar cepet gede batangan Adek “
“Akang minyakin dulu ya… harus dipijet sebelah dalemnya.”

Sedikit demi sedikit lidah Tohir kini dia sisirkan di atas anus bocah itu. Wewangian yang indah itu mulai tercium. Ia menjilatinya dengan mesra. Dan seperti bibir yang sedang dicium, bibir bawah itupun membuka dan mengatup dengan nikmatnya. Dengan paksa Tohir mencoba memasukkan lidahnya kedalam liang yang membara itu. Bandi mengalami kenikmatan yang luar biasa.

“Dek, enak ndak?”

“Uhhmmmm…” Sepertinya bocah itu sedang terserang musim birahi.

Tohir kembali menusuk-nusukkan lidahnya kedalam bibir hangat di lubang pantat perawan yang sempit itu.

“Benar-benar membuatku bernapsu…” pikir Tohir. “Bocah ini masih perawan dan tak satu helai rambutpun kutemukan di sekitar kelamin dan duburnya…”

Kemudian Tohir membasahi jari tengahnya dengan ludahnya. Perlahan ia masukkan ke dalam dubur manis Bandi. Tohir mengerti dengan pasti bagaimana ia harus memainkan jarinya di sana.

Hal itu membuat Bandi terguncang-guncang sembari mengerang dengan penuh birahi.
“ Hihhh takut…..” Bandi mendesah.

Sambil bermain dengan jemarinya di dalam lubang sempit itu, Tohir menjilati buah zakar polos anak itu. Keduanya dengan mudahnya dia hangatkan di dalam rongga mulutnya. Lidahnya bermain dengan terampil membasahi seluruh kantung zakar anak itu.

Bandi makin mengerang ketika dengan mudahnya Tohir memasukkan seluruh batang kelamin bocah itu di dalam mulutnya. Sedotan-sedotan mesra mulai ia lakukan bertubi-tubi pada penis kecil itu. Jarinya mulai menggeliat di dalam anus panas Bandi kembali.

Kontol Bandi juga ngaceng. Kadang kedengaran dia merintih bila remasan Tohir terkena bagian vitalnya. Maka timbang kepalang dipeluk habis tubuh telanjang Bandi oleh Tohir sambil diremas seantero pantatnya. Bahkan lobang pantat Bandi diraba, dikilik dan didorong dengan jemari Tohir.

Tohir sudah tidak sabar lagi, ditindihnya tubuh telanjang Bandi, dan digosokkannya kontolnya sendiri ke kontol Bandi.
“ Biar ketularan jadi gede …” bisik Tohir menipu.

Kedua kontol bergesekan, sama kerasnya, tapi yang gede melindas yang kecilan.
“ Biar cepet gede, juga di dalam darah Adek harus dicampur dengan pejuh Akang supaya meresap..” nipu lagi.

“Masak sih..?” tanya Bandi.

“ Eee gak percaya ….. coba sekali aja dulu, besok langsung kelihatan buktinya. Batangan Adek akan langsung jadi lebih gede dan mengkilat. Itu tandanya omongan Akang bener.

“Bener gak sih, Akang jangan bo’ong “ kata si culun tapi imuuuutthh banget

”Tadi kan sudah dipijat ama jari, tapi kan jari Akang gak sampai kedalem”.
”Dasar akar batangan Adek itu masih kuncup kempes, mesti di kembangin biar darahnya bisa ngalir”.
”Harusnya pijetan itu harus lebih dalam lagi. “ tipuannya makin menjadi.
“Sekarang ngangkang lebih lebar deh, supaya bisa dipijat pakai kontol Akang sebelah dalemnya“

Bandi pun mengangkangkan kakinya percaya gak percaya, sambil ingin lihat buktinya besok, siapa tahu benar langsung jadi gede seperti kata akangnya itu.

Benar saja lubang anus si Bandi masih saja berdenyut ketika kepala kontol Tohir di tempelkan ke lubang perawan itu.

Lalu Tohir mulai membelai-belai putting Bandi. Ia kembali menciumi leher dan pundak bocah itu dengan manja. Tangannya mempermainkan kedua puting Bandi dengan ganas.

Untuk menjaga segala kemungkinan berontak atau lainnya karena pasti akan sakit, maka Tohir menelungkupkan kedua tangannya mendekap ketiak, tangan dan leher Bandi sekaligus, dan kedua paha dan betisnya menindih paha Bandi yang sudah ketekuk ke atas, sehingga Bandi tak bisa lagi menggerakkan badannya.

Dialihkannya perhatian si Bandi supaya terlena, dengan todongan kepala kontol dilubangnya, Tohir banyak menciumi leher dan muka serta mulut Bandi.

Memperoleh pengalaman baru Bandi diam saja bahkan seperti menikmati cumbuan si Tohir. Tidak lupa Tohir meraba pentil tetek Bandi sampai kegelian.

“ Enak gak..? “ tanya si Tohir

“ hehmmm.. eerhhggg” tanpa kata dikeluarkanya.

Sekarang Tohir tahu persis korbannya sudah siap dientot, maka dikencangkannya pelukan kedua tangan dan kedua kakinya, Bandi tak bisa lagi bergerak. Maka dengan pelan didorongkannya kepala kontol raksasa ke dalam lobang anus si Bandi.

“ haaarrrgghh…sakiiit Kang …. Jangan……” sergah Bandi.

“Gak apapa..sebentar juga gak sakit lagi …..malahan enak.” Tipu si Tohir

Dari gerakan badan Bandi kelihatan dia menggeliat meronta mau menghindar tapi tidak kuasa, sudah kejepit semua anggauta badannya. Lalu ditusukkannya oleh Tohir dan tembus senjata laras panjang yang kepalanya jendol itu ke liang sanggama si Bandi.

“ Haaaargghhhh…Kang…” Bandi terkejut dan kembali coba meronta, tapi tak berhasil.

Tohir menimpali dengan kata2:
“ Ini sebabnya kontol Adek gak bisa besar. Urat2nya belum kebuka”.
”Tunggu deh nanti kalau Adek bisa tahan pijetan pakai kontol Akang ini, setelah longgar aliran darahnya pasti kontol Adek langsung jadi gede”.
”Bisa lebih gede dari punya Akang.” Kibulan tanpa henti dari si Tohir.

Bandi mulai berkeringat, menahan nafas dan rasa takut. Tetapi Tohir mulai memainkan kontolnya maju mundur sedikit dan perlahan.

Waktu itu Bandi meringis, mendesah. Matanya membelalak. Kelihatan dia kesakitan meronta ronta.
Baru kepala kontol dan sedikit batang yang masuk. Belum lagi separo tertanam batang si Tohir, Bandi keliahatan sudah tersiksa, dan keringatnya sudah basah kuyup.

“ Ampun Kang ….. Gak mau kalau sakit…”” rintihnya.

Makin kencang penetrasi, makin sering dan cepat, dan juga mulai terasa oleh Tohir dari dinding lubang si Bandi terasa ada lendir yang memperlicin dan jadi nikmat banget.

“Sakiiiiittt Kang ….”

Tohir hanya senyum, sadar korbannya sudah siap dengan serangan lanjutan. Maka sekali lagi dikencengin pelukannya, baik kaki maupun kedua tangannya. Sambil dicium dan digamit leher dan bibirnya, dipererat pelukan kedua tangan, saat itu juga didesakkan lebih lanjut kontolnya yang baru sepucuk masuk, menjadi lebih dalam.

“ Blessseehhtthh..”

“Haaghhh …hahaaaghh ..haghaahh ….ampunnnn..ampunnn…”
Bandi berteriak kesakitan. Nafasnya terengah2, matanya membalik, tangannya menggapai gapai dan tubuhnya menggelepar.

Tohir hampir ketakutan kalau Bandi sampai pingsan …

Dalam keadaan begitu, Tohir memeluk Bandi dengan erat, kedua kakinya terpentang ke atas, kedua tangannya mentindih Bandi dengan kedua telapak tangannya.
Tohir menciumi Bandi, pipinya, mulutnya, kupingnya sampai Bandi menggelinjang.

Tohir mengunci selangkangan Bandi dengan kedua pahanya sehingga tiada daya dan tenaga lagi untuk Bandi berontak. Bersamaan dengan itu Tohir menjejalkan lagi kontolnya!, seluruh batangannya. Mantab dan langsung nembus sampai ke dasar.

“ Haaaarrgggghhh …. , ….ampun Kang…takut…” rintih Bandi dan sekali lagi usahanya untuk berontak tak berhasil lepas.

Bandi makin mendesah takut kehabisan nafas. Mukanya penuh dengan keringat, demikian juga sekujur tubuhnya. Dia meronta, mengaduh, napasnya tersengal2, keringat mengucur basah kuyub. Jeritannya tidak kedengaran, karena seluruh mulut dan kedua bibir dan lidahnya dipagut oleh mulut Tohir yang mencengkeram dan menghisapnya.

Lalu Tohir mulai menarik dan metenggelamkan batang kontolnya terus menerus dan makin cepat. Bandi menggeliat dan kembali berusaha berontak tapi kembali Tohir mempererat cengkramannya sambil membekap mulut Bandi.

Tohir terus mengggojlok lagi lubang Bandi dengan batang kontolnya, si lontong mentah. Terlihat Bandi lemah dan melemah, memejamkan matanya dan tidak lagi melawan. Hanya gigitan cincin anusnya yang kuat mencengkeram dan terdesak habis hingga ke dalam perut.

“ Nah ini Dek, dasar yang harus dipijet, untuk membikin urat darah yang ke kontol Adek jadi lancar” bicara gitu sambil mendesak2kan kepala kontolnya kedasar anus si Bandi.

Terasa seperti ada lubang peranakan pas di ujung menutupi lubang kepala kontolnya. Maka dia makin nafsu. Pasti itu bukan lobang peranakan karena Bandi adalah anak lelaki yang tak punya peranakan. Yang terasa seperti cincin kecil melingkar itu pastilah perbatasan lubang uterus dengan ujung usus halus dua belas jari.

Diberinya kesempatan Bandi agar bernafas agak tenang setelah dari tadi terus terengah-engah.
“ Sekarang sudah ketemu uratnya yang bikin darah jadi lancar “ Tohir ngibul lagi.
“ Nih dia…… terasa kan ?? “ sambil Tohir menyodok-nyodokkan batangannya ke dasar anus si Bandi

“ Serem Kang …. “ suaranya mengiba.

“ Nah nih rasain ….. pijetannya “ sambil dia mendorongkan ujung kepala kontolnya ke cincin kecil yang lembut dan kenyal itu. Cincin itu terasa sekali elastis dan lebih lembut.

“ Haargghhh…” Bandi sudah tak tahan lagi merasakan penderitaan kesakitan. Nafasnya tersengal2, keringat mengalir meleleh disekujur tubuhnya, pantat dan pahanya. Hanya mendesah dan kepalanya tergolek kekiri dan kekanan, matanya setengah terbuka setengah tertutup.
Akhirnya tertembus juga cincin itu dengan kepala kontol yang jendol segede telor bebek itu, dan cincin itu mengigit dengan kencang tetapi lembut dan terasa kulit kepala kontol menyentuh dinding yang sangat hangat, lembut dan lunak tetapi kencang menggigit bahkan mencengkeram.

Inilah kenikmatan luar biasa yang tidak dimiliki pada Bang jalal. Pikir Tohir.
Tohir memeluk erat tubuh mungil Bandi, kenikmatan luar biasa, napasnya tinggal terengah-engah.

“ Akang …. Akaaaaaannnnggg …..haaaagggghh…..” desahnya.

“Sabar sayang …. Mau dipompa nih …. sabar dulu…nikmat banget koq !”

“Ammpuuuunnnn …” mata Bandi tak dapat lagi membuka.

Merasa sudah mantap penetrasinya, dan Bandi pun sudah tak berdaya, maka dihabiskanlah seluruh batang kontol Tohir yang sejengkal lebih itu ambles kedalam celah selangkangan Bandi. Bandipun sudah tak bergerak lagi, lemas, pasrah, nafasnya pelan, matanya terpejam.

“ Akaaaannggg …..” sebentar matanya terbuka sedikit hanya untuk melihat wajah si Tohir akangnya tersayang itu.

Tohir makin menjadi memompa memasukkan dan menarik kemabili dari cincin kecil dan lembut itu. Setiap kali kepala kontolnya melewati jepitan cincin nikmat tersebut,

Bandi mbelalak dan mendesis kesakitan.
“ Akaaanng …… takuut …..sakiiiitt sekali Kang ……” Bandi menghiba. Makin sering digojlok, dan makin cepat Bandi merasakan siksaan duniawi.

Yang semula satu persatu dilakukan Tohir dengan hati2, sekarang semakin cepat gak dihitung lagi. Setiap tiga empat kali berhenti, tapi sekarang sogok terus gak dihitung lagi.

Ah… wajah Bandi ketakutan, ekspresi wajahnya menampakkan penderitaan yan gluar biasa. Ekspresi wajah bocah cakep yang sedang diperawani untuk pertama kalinya.

Wajah cakep yang tidak akan pernah Tohir lupakan seumur hidupnya. Bayangan tubuh muda belia yang tidak pernah akan pergi meninggalkan benak Tohir seumur hidupnya

Sementara itu wajah Tohir justru menyeringai seram, tanda puas karena berhasil merengut keperawanan seorang bocah perjaka. Tohir mempermainkan, merobek dan menjarah tubuh mungil Bandi dengan kasar.

“Hmm, ini… Akang mau menanamkan benih-benih keturunan Akang di dalam tubuh Adek… Emmhh… boleh ya…?”

“Ya Kang … …” bocah itu tak mengerti. Rongga anus bocah pria itu terasa nyeri dan lelah karena Tohir sudah menggagahinya hampir 1 jam. Tapi ia akan melakukan apa saja untuk membahagiakan Akangnya. Air matanya menetes. Tapi tentu saja Tohir tidak menyadari hal ini.

Sedangkan Tohir merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa. Seluruh tubuh ular besar itu bergerak dengan kasar di dalam dubur Bandi. Berkali-kali kepala jamur raksasa itu menyentuh titik kenikmatan jauh di dalam anus Bandi.

Setelah seratus kali tusukan lebih Tohir berubah wajah, uratnya menonjol. Dia merasa sudah waktunya dia akan membuahi peranakan Bandi.

Ditekuknya sekali lagi kaki kanan Bandi ke badannya sendiri, tetapi kaki kirinya diangkat tinggi ke atas, lalu disogokkannya kontol Tohir menyamping badan, sehingga pantat mulut Bandi tidak lagi menghalangi masuknya seluruh batangan kontol Tohir.

Bandi pun tinggal pasrah saja sambil tersengal2.
Dan pada saat itu oleh Tohir disahutnya dengan mulutnya, telinga kiri Bandi oleh mulut Tohir seperti elang menyambar anak ayam. Digigit dan dilumat kuping Bandi itu sehingga dia yang pasrah luar biasa, badannya menggelinjang menggelepar luar biasa.

Dan saat itulah tanpa dapat dikontrol, dari kontol Bandi yang ngaceng dari tadi muncrat air pejuh perjakanya yang putih.
CREEEETTTTT …. CREEETTTT…. CRREEETTTTT….

“Aaaaahhhhhhhhhhhh……..” Bandi mengalami klimaks. Saat cipratan demi cipratan air mani perjakanya mengucur keluar, otot-otot anus Bandi pun bereaksi dengan memijat, menyusu dan mencengkeranm alat vital Tohir lebih erat lagi.

Jepitan kencang itu dengan semena-mena telah memaksa Tohir menuju nirwana ke tujuh malam itu. Tetes keringat mulai bercucuran dari peningnya. Ia mempercepat gerakannya, menurunkan tubuhnya sehingga bersatu dengan tubuh Bandi.

Bersamaan dengan itu disogok habis lubangnya dengan seluruh batang kontol Tohir sahingga menembus cincin dalam, dan kenikmatan luar biasa itu menjadikan Tohir tak sanggup lagi menahan diri dan muncrat hangat dan keras sampai di dalam lubang si Bandi.

JROOOTT… JROOOTTT… JROOOTTT….

“Nah nihh Dek …. Akang salurkan kepada Adek …hahhh…hahhh… darah daging Akang kecampur sama darah Adek, hahahhhh…haahh…”
”Jjuga kasih sayang Akang. Hahhh …hahhh..”
” Kita udah jadi satu, hahhhh ….hahh…sehingga kita gak bisa pisah lagi. Dalam diri Adek ada diri Akang. “
Rayuan Tohir sambil terengah-engah diiyakan saja oleh Bandi yang culun itu.

“ Ampun Kang.. . Ampuuunnnn …”
Kehangatan yang luar biasa Bandi rasakan di dalam perutnya. Burung yang besar itu telah menamkan benih cintanya pada diri Bandi. Dirinya terasa sangat penuh. Baru saja cinta mempersatukan mereka!.

Bandi lemes dan Tohir pun rebah di samping Bandi kelelahan. Hujan gerimis di luar tidak terasa, Keringat tetap bercucuran.

Dari tadi tengah malam sampai jam 3 subuh, dua jam lebih si Bandi kehilangan keperawanannya dilalap habis sama Tohir si jahanam.

———————

Bersambung ke bagian-3,,,,,,,,,,,,,,,,,,