SEQUEL-5 – Persahabatan Dua Cowok Straight
HATI PANJI GUNDAH
CERITA SEX GAY,,,,,,,
Pulang ke rumahnya, dengan kesal Panji menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi. Panji termenung menatap langit-langit kamar. Ada sesal yang mengendap dihatinya karena telah secara sukarela membiarkan dirinya terbujuk melakukan percintaan sejenis dengan Reno Panji merasa dirinya telah tenggelam dalam percintaan yang tak wajar dengan Reno yang baru pertama kali dia rasakan, kecuali untuk adegan syuting dulu. Keperkasaan batang kejantanan Reno yang sudah Panji rasakan, dan sari pati kejantanan tubuh Reno yang sudah tertanam kedalam tubuhnya dan menyatu bersama aliran darahknya. Semua itu membuat Panji semakin terkekang oleh bayangan Reno. Panji berada di persimpangan. Bimbang, bingung, marah, takut, menyesal dan segala macam rasa datang silih berganti. Hati dan akal sehatnya terpecah dan menyeret dia ke dua arah yang berlawanan. Pergumulan batin terjadi membuatnya limbung. Panji memejamkan matanya berharap bayangan itu sirna, tapi nyatanya justru makin menggila ”Tuhan, Kenapa aku harus tersiksa seperti ini?” Panji berbisik lirih Panji meremas erat rambutnya, menahan emosi yang semakin membuncah. Tak ada lagi yang bisa dia pikirkan selain Reno, Reno dan Reno. Sementara Panji juga teramat paham itu adalah hal mustahil. Dia benar-benar tak kuat lagi. Reno seperti sebuah penjara yang mengekang pikiran dan mengekang semua akal sehat Panji. Di tempat kerjanya pun, Panji tidak bisa bekerja dan sulit konsentrasi. Wajah tampan Reno terus saja hilir mudik di depannya. Senyumnya, tatapannya… Reno…Reno…Reno… Kenapa aku terus mengingat nama itu?. Kenapa aku harus membayangkan wajah tampan itu? Kenapa aku harus jatuh cinta kepada Reno? Kenapa? Sepertinya Panji sudah gila!. Dia menggores-goreskan ballpont di kertas yang akhirnya membentuk sebuah nama “R.E.N.O”. Gila!. Panji mendesis sambil mencoret nama itu, segera dia buang kertasnya.
————————————–
PANJI MENGHINDARI RENO
Bahkan seminggu sejak kejadian itu rasa sesal masih mendera Panji. Dadanya sering berdebar-debar setiap kali teringat kenikmatan luar biasa yang telah diberikan Reno. Panji selalu terbayang keperkasaan Reno diatas ranjang, yang itu semua tidak pernah dirasakan dari cewek- cewek yang pernah dia gauli. Semakin Panji coba melupakan, ternyata semakin terbayang seluruh kejadian pada malam jahanam itu. Panji seolah masih merasakan tubuh telanjang Reno berkeringat menindih tubuhnya dengan gagah dan tikaman2 kontolnya yang menggempur dengan deru nafas yang mendengus2. Panji heran, padahal setelah disodomi oleh Reno untuk pertama kalinya waktu melakukan adegan syuting film porno, dia tidak terlalu terpengaruh dan tidak terlalu memikirkan hal tesebut, tapi yang kedua kemarin ternyata membuat bathinnya tergetar begitu hebatnya. Apakah penyebabnya karena hal itu dilakukan atas dasar sukarela?, dan bukan karena pekerjaan syuting? Ataukah persahabatanku dengan Reno, karena aku sejak dulu menyukai atau mencintai dia?. Atau jangan2 karena di alam bawah sadar, aku memang punya bakat homoseksual? Demikian pertanyaan di dalam hati Panji datang bertubi tubi. Perasaan Panji bingung, campur aduk. Dia penasaran ingin mengeksplorasi perasaannya, tapi dia juga takut kalau hal ini akan membuatnya masuk ke dalam sesuatu yang dianggapnya sebagai perilaku yang tak wajar. Betapapun kerasnya Panji berusaha menjalani kehidupan sehari hari dengan biasa, tapi kenyataannya dia tak bisa melupakan pengalaman pertama bercinta dengan dengan Reno, sahabatnya, lelaki pertama dan satu2nya yang pernah bercinta dengan dirinya.
======================== ====
BAGIAN-17
MENYERAH
Penyesalan yang bercampur aduk dengan kerinduan itu terus menerus membuat hati Panji bimbang sehingga awalnya Panji terus menerus berusaha MENGHINDARI pertemuan dengan Reno. Tapi percuma!, Reno begitu GIGIH dan terus berusaha MENDEKATI Panji. Akhirnya Panji menyerah…. Saat mereka bertemu, Panji tak bisa berkelit waktu Reno mengajaknya menginap di tempat kostnya. Panji tak berani menolak saat Reno merayunya dan menggumuli dirinya. Panji tak mampu melawan saat Reno menelanjangi dan menyergap tubuhnya Dia takluk sampai bertekuk lutut pada Reno. Aura kelelakian dan karisma Reno terlalu hebat menguasai Panji. Dan Panji menyerah pada kegagahan dan keperkasaan diri Reno. Akhirnya…, Mereka kembali melakukan percintaan sejenis yang tak wajar antar sesama lelaki straight… Bukan hanya sekali, tapi berulang dan berkali kali … Panji dan Reno sama-sama masuk kedalam KUBANGAN KASIH SAYANG. Cinta, nafsu dan birahi yang begitu dalam dan pekat membuat mereka tak lagi mampu menyingkapkan tabir baik ataupun tabu dalam bahasa manusia kebanyakan. Yang ada hanyalah hasrat, gairah, nafsu dan birahi serta kenikmatan yang bergelora. Kenikmatan yang telah meluluh lantahkan semua keimanan dan batas-batas kewajaran.
————————————–
Akhirya percumbuan mereka semakin hari semakin panas. Tidak pernah ada yang curiga melihat kedekatan antara Reno dengan Panji karena sejak awal mereka berdua memang bersahabat dekat, apalagi orang2, teman2 dan keluarganya tahu persis bahwa Reno dan Panji adalah dua laki laki straight yang sama sama normal. Setiap kali bercinta bibir Reno selalu menelusuri leher Panji dan melahap ketiaknya yang begitu seksi dan indah dengan bulu-bulu yang lebat. Dan terus Reno menelusuri hingga ke dada. Reno memainkan puting tetek didada bidang Panji dengan bergantian, menghisap dan menyedot serta sesekali digigitnya dengan mesra dan penuh nafsu. Panji bangga dan sangat senang melihat Reno merayap dan menghiba-hiba kepengen ngentot, bahkan merayu Panji dengan menjilati telapak kakinya, mengemut jari jemari kakinya sebelum berakhir dengan jilatannya pada lobang pantat Panji. Reno juga bangga bahwa sekarang dia telah memiliki Panji dan bisa membahagiakan dia dengan kasih sayang dan kontolnya. Pada puncaknya, Reno memasuki tubuh Panji sampai keduanya tersambung sempurna jadi satu, lalu Reno mereguk kenikmatan dan kepuasan bathin dari tubuh Panji dengan batang kelelakian jantannya.
————————————–
Terkadang mereka bercinta di kamar kost Reno. Terkadang mereka melakukannya di rumah Panji. Yang jelas, hampir setiap ada kesempatan bertemu berdua, Reno menggiring Panji menjelajahi samudara percintaan sejenis yang liar dan panas. Apalagi Reno pada dasarnya adalah seorang laki laki MANIAK yang GILA SEKS dan GEDE NAFSU sehingga hampir setiap bertemu, Reno selalu mendesak Panji untuk bercinta. Tanpa rasa kasihan sedikitpun, dia MENGENTOTI Panji untuk memuaskan gairah dan nafsu birahinya. Rasanya tak ada hari yang terlewatkan tanpa adanya percintaan antara Panji dan Reno. Dan itu semua membuat hidup mereka berdua menjadi teramat berbahagia!. Ooooh… alangkah indahnya kehidupan ini…. alangkah berwarna warni.
————————————–
Suatu hari, Reno datang untuk MENGINAP DI RUMAH PANJI. Reno merebahkan dirinya disamping Panji yang sudah lebih dulu berbaring diatas ranjang.. Panji diam, wajahnya menghadap langit-langit kamar. Pandangannya menerawang jauh. Reno melirik Panji. “Panji, kenapa Ji…? Kok diam aja?” Tak ada sahutan dari mulut Panji. “Panji…!” Reno memanggil sambil mengguncang tubuh Panji. Panji menoleh, kemudian memandangi wajah Reno lekat. “Kenapa sih elu?” tanya Reno bingung melihat reaksi Panji. “Gue cowok normal, elu juga cowok normal!. Lagian kita udah lama jadi sobat Ren” Panji bicara sambil memandang Reno lekat-lekat, “Kalau kita cowok normal emangnya kenapa?” Tanya Reno “Ren…, Kita gak boleh begini terus Ren…,!. Gua GAK mau jadi HOMO…” kata Panji lirih. Reno kaget..!. Dia kemudian bangkit dari tidur. Dipandanginya Panji yang kini rebah telentang sambil menyilangkan kedua lengannya dibawah kepalanya. “Siapa yang bilang elo Homo?” tanya Reno. “Waktu gue nginep di rumah Bimo, gue melihat THOMAS dan BIMO juga nge-seks.” Reno terkejut!. “Serius Ji?” tanyanya “Ya, mereka ngaku terus terang kalau mereka berdua udah doyan maen seks. Mereka udah jadi pasangan Homo sekarang” jawab Panji.. “Gue kagak mau jadi Homo kayak mereka” sambungnya “Elu kan beda dengan Bimo dan Thomas, Ji…” ujar Reno Panji tidak langsung mengomentari ucapan Reno, ditariknya napas panjang, kemudian sambil masih memandang langit-langit Panji menjawab, “Tapi kenapa gua menikmati banget setiap kali ngeseks dengan elu, Reno??.” “Gua juga sangat menikmatinya Ji…,” jawab Reno lirih. “Gua udah sering ngentotin Donna dan cewek cewek lain, tapi gak ada yang segitu memuaskan seperti dengan elu, Ji.” Sambung Reno “Masalahnya GUE jadi pihak yang DIKENTOT oleh elu Ren..” Panji seperti belum rela jadi Bottomnya Reno. “Jadi karena elu menikmati dientot kontol gue, terus artinya elu HOMO?” tanya Reno. “Apalagi namanya?” pertanyaan itu dijawab Panji dengan pertanyaan juga. “Gak tau juga deh Ji. Emang asik juga sih ngentotin cewek,” Reno cengengesan. “Tapi GUE juga LEBIH PUAS sama elu, Ji…” sambungnya. Heran!. Panji merasa tersanjung saat Reno bilang dia “PUAS” “Bener elu puas nge-seks sama gue Ren?” “Iya puas banget sayang. Jepitan pantat lu dahsyat. Goyangan elu hebat banget” jawab Reno untuk meyakinkan Panji “Trus gua harus ngapain Ren?” “Terserah deh, mau Homo atau bukan. Gak usah mikirin itu lagi deh Ji…. Mending sekarang kita……,” Reno tidak melanjutkan kalimatnya. Sambil senyum mesum ke Panji, tangannya mulai meraba selangkangan Panji. “Eh mau ngapain lu?”, tanya Panji melotot, tangannya menahan jari Reno. “Gua horny lagi Ji…,” jawab Reno cuek, Selanjutnya bibir Reno menyerbu bibir tipis Panji. Panji berusaha mengelak dari lumatan Reno, namun tak lama karena kemudian akhirnya Panji membiarkan, malah membalas lumatan itu dengan tak kalah bernafsunya. Hasrat homoseksual mempengaruhi keduanya. Dalam sekejap kedua berusaha untuk menelanjangi satu sama lain.
————————————–
Panji melihat Reno melepas celananya. ”Perasaan tambah GEDE ya?” Panji keceplosan. ”Apanya yang tambah gede?” Reno pura2 tidak mengerti. ”Errr…. Itu….” Panji gelagapan, salah tingkah ”Kontol gua?” Reno minta ketegasan ”Iya…” “Ini buat elu, Ji…!” jawab Reno bangga. “Kenapa nggak dikasih ke cewek aja?” pancing Panji. “Bosan…” ringan Reno menjawab. “Padahal kalo dikasih ke tante-tante, bisa dibayar mahal Ren!. Gede dan panjang lagi!” puji Panji sambil menatap kontol Reno. “Iya sih, harganya minimal sejuta perak nih!” nada suara Reno terdengar bangga. Panji percaya. Tante-tante berduit yang bersuamikan laki-laki loyo atau berkontol kecil pasti sangat bernafsu dengan kontol Reno. “Kok nggak dikasih ke mereka?, Lumayan buat bayar kost-an.” kata Panji polos. ”Gue maunya sama elu!” kata Reno tegas. ”Elu juga doyan kan, Ji..?” tanya Reno lagi ”Elu pengen lagi kan?” Lalu Reno membaringkan tubuh Panji yang telah telanjang :, dan menindihnya.
————————————–
Dan Panji tak kuasa menahan nikmat ketika Reno mulai menjarah puting tetek di dada bidangnya. Reno melumat puting tetek Panji bagai sedang menyusu. Reno menjilati dan menggigiti puting tetek itu dengan kelembutan yang tak pernah terbayangkan, belaian tangannya juga kokoh, tapi begitu mesra, tak sedikitpun Reno melecehkan Panji. Dan akhirnya Reno menancapkan lagi kontol gedenya kedalam liang dubur Panji dan mulai mengentoti Panji dengan bernafsu… “Aaah… eeengghh… Renooo…”, Panji melenguh keenakan ketika ujung kontol Reno menggesek Kelenjar Prostat dan syaraf2 sensitif didalam saluran anus Panji. Kepala Panji terpental ke kanan dan ke kiri, dia menggeliat hebat. Pergesekkan dengan daging kontol Reno yang keras itu terasa seperti batang pipa besar yang panas, keluar masuk…. Hal itu benar benar membuat Panji tergetar hebat dan menggigil dalam kenikmatan. Reno semakin bringas melihat Panji terengah-engah dengan mata sayu seperti menjelang ajal…! puas ! nikmat !. “Arrgghh.. Reno sshh ahh, kontol elo gede banget Ren, duh sakit.. tapi enak… entotin gue terus Ren … sshh aaaahhhh… enaaak… oohh fuck me Ren… fuck me harder… oh shit ! aarrgghh…” Panji menggeliat menggelinjang meringis ketika Reno menghunjam lubang pantatnya dengan kontolnya yang tanpa pelumas sedikitpun sehingga anusnya robek berdarah “Ho-oh memek elo juga enak banget Ji.. lebih enak dari memek cewek sshh aaahh sshh aaahh…” Reno terus2an menghunjamkan kontolnya berulang kali sedalam mungkin kedalam liang sanggama Panji Reno menatap Panji yang bernafas tersengal-sengal lalu Reno menarik leher panji dan melumat-lumat bibir Panji sejadi jadinya. Ya, Panji hanya mampu menggelepar menikmati semua tindak tanduk Reno yang bejat itu. Panji ingin Reno terus memperkosa dirinya. Panji ingin menyerahkan tubuhnya untuk dipakai oleh Reno agar Reno dapat memuaskan hasrat seksualnya. Panji merasa dia terlahir untuk kesenangan Reno. 30 menit. Reno sendiri keadaannya juga sudah tidak karuan, nafasnya mendengus-dengus seperti orang yang lari marathon. Tapi ia cukup perkasa untuk mengantar Panji orgasme duluan. “Renooooo… Aaaagghhh…”, Panji melenguh panjang. Dia klimaks… CROOOOTTT…. CROOOOTTT…. CROOOOTTT… Orgasme Panji luar biasa… Tubuhnya menggelepar, rasanya seluruh otot di tubuh nya mengejang. Dia sempat sampai setengah tak sadar, rasanya begitu nikmat, seakan rohnya terlepas dari tubuhnya.
======================== ====
BAGIAN-18
Setelah setelah pergumulan dan mereka berdua mengatur nafas… Reno menatap tajam pada Panji yang sudah terpuaskan. “Kenapa ngeliatin gitu Ren?” tanya Panji sambil tersenyum malu. “Gua suka liat tampang lu yang lagi keenakan,” jawab Reno sambil meremas dada Panji yang berotot. Panji tersenyum malu. Wajahnya merah. “Hh.. hh.. Ji…, coba dari dulu gue jadi pacar elu….“ Kata Reno. “ Gue kan jadi bisa ngentotin elu tiap hari, jadi gue gak perlu nyari cewek.” Sambung Reno lagi. Panji hanya tersenyum. Dia merasa bangga mendengar kata-kata Reno. “Lu juga doyan dikentotin kontol gue yang gede kan?” Panji mengangguk. “Ji, Lu goyang pantat lu lagi buat gue…, gue belum muncrat nih….” kata Reno sambil kembali menggerakkan kontolnya keluar masuk….. Bagai pelacur binal, Panji mengimbangi dengan goyangan pantat untuk menyenangkan Reno. Goyangan pantat Panji, itu menimbulkan sensasi jepitan, geli, nikmat, yang membuat Reno semakin meringis-ringis.. Akhirnya jadilah cowok ganteng itu mengerang-erang keenakan. Dan tiba-tiba Reno berubah menjadi sangat ‘ganas’. Dia memagut dan melumat-lumat bibir Panji, kemudian dengan penuh nafsu ciuman Reno beralih ke leher Panji, menjilatinya, menyedot dan menghisap dengan kuat. “Reno…,, jangan disedot Ren.. aahhh.. leher gue..ahhhh.. Ren… ntar ada cupangnya.. aahhh” desah Panji sambil merancau kegelian. Tapi tetap saja mulut Reno menyedoti leher dan dada Panji sambil terus mengentotkan kontolnya dengan penuh gairah. Dia terus menghisap leher yang membuat Panji semakin gelagapan terbang melayang. “Aahhh.. Renooo.. aahhh..” desah Panji dan cupang2 berwarna merah berjejer di leher dan dadanya. “Aaahh.. Reno.. jangan buat cupang.. uuhh.. takut ketahuan.. aahhh..” bisik Panji ditelinga Reno “Hhmm.. gue suka leher elu Ji.. sexy banget.. hmmm..” kata Reno sambil terus menyedot leher Panji dan menambahkan cupang2. Dalam tambahan 15 menit pergumulan ini, yang timbul di hati Panji adalah rasa sayang dan keinginan untuk memuaskan Reno. Genjotan kontol Reno-pun semakin keras, cepat, namun dengan penuh perasaan. Dan akhirnya Reno mencapai klimaks kepuasan… Aaaarrrggghhhh… JROOOTTT…. JROOOTTT… JROOOTTT… Semburan pejuh yang panas dia tembakkan jauh kedalam saluran anus Panji, membanjiri perut Panji dengan benih-benih Sperma dari Reno…. Tubuh Reno meregang dan kejang2 seolah-olah dia sedang meregang nyawa…. Dan akhirnya Reno ambruk diatas tubuh Panji dalam keadaan sama2 bercucuran keringat yang membasahi telanjang telanjang mereka berdua
————————————–
TIBA TIBA…. KRIETT….!!!! SUARA PINTU TERBUKA..!!!. ASTAGA….!!!!. DIKHA…!. Adiknya Panji, berdiri di ambang pintu!!. Masih menyandang tas kuliah. Dikha mematung tatkala melihat adegan 2 lelaki telanjang bulat di depannya sedang bertindihan dalam posisi sedang GANCET. Panji lupa mengunci pintu kamarnya… Panji hanya bisa terpaku….!!!! Sekilas Dikha menatap kakaknya SAKING TERKEJUTNYA, Dikha langsung BALIK BADAN dan berlalu KELUAR rmenuju kamarnya sendiri tanpa bicara apa pun.
————————————–
“Adik elu tuh” kata Reno agak gugup, tapi tidak terdengar nada kekhawatiran dalam suaranya. Panji mengangguk. Wajahnya pucat. Badannya gemeteran Dasar bandel, Ehh…, biar udah kepergok Dikha, Reno tetap saja membiarkan batang kontolnya tetap tertanam didalam liang anus Panji dan sambil terus menindih tubuh telanjang Panji sambil mengatur nafas . “Lu gak usah pikirin adik lu… Lu puasin gue dulu ya…” Mendadak Reno mencabut kontolnya dan langsung naik keatas dada Panji sambil menyodorkan kontolnya.. Yang lebih gila..!. Entah karena lagi LINGLUNG atau hilang akal gara2 kepergok Dikha, tanpa bertanya…, Panji langsung patuh melahap kontol Reno yang masih basah berlepotan cairan anus dan lendir sperma itu. Bagai orang BEGO, Panji tanpa protes membuka bibirnya dan membiarkan Reno menjebloskan kontolnya ke dalam tenggorokan Panji. Dan Panji secara otomatis menciumi, menjilat dan melahap kontol gede Reno bagai sedang memuja muja sebuah benda pusaka!. Dengan penuh penghayatan dan dengan seluruh haribaan mulutnya Panji membersihkan kontol gede Reno yang sudah membuat dirinya ditaklukkan.
————————————–
Aduh…!!!. Lagi lagi pintu terbuka!!, dan Dikha kembali nongol masuk ke dalam kamar sekali lagi. Mungkin maksudnya, Dhika MAU MARAH atau MENGHENTIKAN aktifitas homoseks kakaknya dengan Reno. Tentu saja Dikha makin SHOCK!, Dengan mata kepalanya sendiri, Dikha melotot melihat kakaknya, sedang begitu rakus melahap batang kontol Reno. Sementara, kedua tangan Reno memegang dan mendorong2 kepala Panji supaya batang kontolnya melesak semakin dalam ke tenggorokan Panji. Panji segera melepaskan kontol Reno. Dia buru2 menyeka bibir dan wajahnya yang basah berlepotan lendir Sperma Reno, tapi tetap saja Dikha juga melihat itu semua dan juga banyak cupang2 bewarna merah yang penuh menghias leher dan dadanya kakaknya, bukti keganasan Reno. Dengan perasaan gusar dan jijik Dikha kembali berbalik dan keluar kamar sambil membanting pintu!!!.
————————————–
“Lanjut? Atau gue pulang aja?” Reno bertanya pada Panji. Panji segera berdiri panik, memasukan kontolnya yang sudah lemas itu ke dalam celana dalamnya lalu dia berpakaian.. Gila, kalau gue masih melanjutkan aktivitas homo tersebut setelah dipergoki adik gue!. Demikian pikir Panji “Oke… Oke…Jangan panik berlebihan!. Beri pengertian ke adik elu, Ji…” hibur Reno. Panji tak bereaksi. Akhirnya Reno pulang…!.
————————————–
PANJI MENYESAL
“Dikha…” Panji menyebut nama adiknya dengan suara serak dari depan pintu kamarnya. Tak ada jawaban. “Dikha, gue … mau … jelaskan …” suara Panji semakin sesak. Lagi-lagi tak ada jawaban. Panji membuka pintu kamar Dikha yang memang tidak dikunci itu. “Gue boleh masuk ya, Dik!..” Tak ada reaksi. Panji masuk dengan perlahan. Bersiap diri untuk ditolak. Bahkan, untuk diusir sekali pun!. Dikha berdiri membelakangi Panji. Tubuhnya menghadap jendela kamarnya. Namun, jelas bukan untuk menikmati pemandangan di luar kamar yang hanya berupa tempat menjemur pakaian. “Dikha, ijinkan gue bicara…” nyaris tak bersuara. Pita suara Panji serasa dicekik dengan hebat. Dikha membalikkan badannya. Tetap tiada berbicara. Matanya menatap tajam ke arah kakaknya. Ada berbagai nuansa yang terlihat disana. Marah. Kecewa. Kasihan. Sedih. Jijik. Panji tak dapat melanjutkan ucapannya. Semua yang sudah dia pikirkan untuk dijelaskan pada adiknya buyar sudah. Sorot mata Dikha yang tajam benar-benar membungkam mulut Panji. Bahkan, Panji pun tak lagi berani menatapnya. Dia merasa begitu hina di hadapan adiknya sendiri. Sangat hina. Tak ada pembicaraan di antara mereka berdua. Dikha tak bersuara sedikitpun. Panji rasanya ingin menangis. Dia berharap air matanya mampu menjelaskan semua. Sesal. Sedih. Sesak. Malu. Hina. Nista. Panji keluar dari kamar Dikha setelah dia memastikan tak akan ada reaksi, baik ucapan maupun tindakan, dari adiknya itu. ”Maafin gue, Dikha!” ======================== ====
BAGIAN-19
DIKHA FRUSTASI
Memergoki Panji, kakaknya bergumul telanjang melakukan percintaan sejenis dengan si Reno, membuat Dikha frustasi setengah mati, bingung dan tak percaya!. Dikha sebenarnya memuja Panji, kakaknya.. Panji adalah sumber kehidupan keluarga mereka. Panji adalah seorang kakak yang bertanggung jawab. Bagi Dikha, Panji adalah sosok kakak yang berwibawa dan amat dia segani. Dikha tidak akan kaget kalau banyak cewek yang tertarik pada Panji dan ingin disunting sebagai istri Panji. Dikha maklum kalau Panji harus meluapkan hasrat sex-nya pada cewek2, Tapi … Kenapa sekarang harus dengan laki-laki?. Kenapa harus dengan si Reno, sahabat lama Panji????!!!. Yang amat mengherankan, kenapa si Reno kelihatan mendominasi dan agresif sampai dia mampu menguasai Panji??. Apakah si Reno sudah sering melakukan itu dengan lelaki lain?? Ataukan si Reno itu tipe cowok hiperseks yang sering melampiaskan kebutuhan biologis secara rutin kepada semua jenis kelamin, cewek dan sesama cowok?. Apakah si Reno yang memperdaya Panji? lalu menjerumuskan Panji kedalam pecintaan sejenis?. Waktu melihat si Reno saat memaksakan kontolnya kedalam mulut Panji, Dikha rasanya jijik sekali!. Dikha tak menyangka si Reno yang dikira anak baik-baik itu ternyata bejat dan tega memperbudak dan memperlakukan kakaknya seperti seekor hewan!. Wueekkkks!!!. Dalam kebingungannya, Dikha membayangkan dan mengingat-ingat sikap Panji dan si Reno sehari hari… Rasanya sepanjang yang Dikha ingat, Ranji dan si Reno selalu bersikap gallant, gagah dan maskulin. Tadinya Dikha mengira cowok yang suka sama cowok pastinya genit dan centil kayak cewek atau sikapnya lembut dan lemah gemulai. Ternyata mereka TIDAK!.
————————————–
PANJI SAKIT DEMAM TINGGI
Kepergok oleh Dikha itu benar- benar membuat Panji shock. Suhu tubuhnya langsung melonjak. Panas. Sudah 2 hari Panji tidak dapat bekerja. Tidak keluar kamar. Ibunya dan Dimas, adik bungsu Panji, yang tidak tahu apa2 menjadi prihatin melihat Panji. Mereka bedua menatapi Panji bergantian. Panji demam. Temperatur tubuhnya sangat tinggi. Tidurnya semalam hanya terisi dengan penyesalah “Abangmu sakit?” suara ibu terdengar dari ruang makan. Tidak ada suara balasan. Yang jelas, ia pasti berbicara kepada adik Panji, Dikha. “Apa ada masalah lagi dengan kamu Dikha?” kembali suara ibu. “ Tidak terdengar suara jawaban Dikha “Lalu apa penyebabnya? Kalau kamu nggak membuat ulah, abangmu pasti nggak akan seperti itu!” ibu masih penasaran rupanya. “Mungkin dia capek aja, sehabis kerja lembur ” suara Dimas datar. Adik bungsu Panji. “Ya sudah! Kamu antar makanan ke kamar Panji!” perintah ibu pada Dikha. “Nanti juga keluar, Mah!…” suara Dikha terdengar juga meski dengan malas. “Hmm… pasti ada masalah dengan kamu!. Panggil, suruh dia makan atau kamu antar ini ke kamarnya!” tegas ibu pada Dikha. “Saya saja yang mengantarkan Mah” Dimas menawarkan diri. “Tidak, Mamah ingin melihat Dikha yang mengantarkan makanan ini!” tambah ibunya menekan. … dia sangat mengkhawatirkan keadaan putera sulungnya
————————————–
Panji terbangun merasakan kompres di keningnya ada yang mengangkat. Dikha!. Sorot mata mereka saling bertumbukan. Tatapan kemarahan di mata Dikha belum juga berubah… “Makan!. Mamah bilang sepagian elu nggak mau makan… jangan menyusahkan Mamah!” ucapan Dikha yang terpanjang semenjak insiden dua hari yang lalu. Namun, nadanya masih datar. “Gue… lemes…” Panji beralasan. “Gue suapin…” kata Dikha kaku. Mata Panji hangat. Berat Panji rasakan cobaan kali ini….. Teramat berat sekali. Apalagi buat Dikha….., Abangnya seorang Homo….??? Dipicu oleh penyesalan dan rasa malu yang luar biasa… mendadak air mata Panji membasah.. “Maafkan … gue … Dikha…” tersendat Panji mengucap kata tersebut. Dikha hanya diam. “Gue sangat menjijikkan…” ratap Panji. Dikha menatap balik kepada kakaknya. Tajam. “Gue nggak nyangka elo separah itu, Kak!” tegas Dikha. Air mata Panji kembali mengalir. “Kenapa sih Kak Panji bisa jadi begitu?” tanya Dikha penasaran. “Dikha…, gua juga gak tau kenapa jadi begini…” kata Panji lirih. “Kakak ini Homo?” tanya Dikha. “Gak!, gue BUKAN Homo Dik” elak Panji. “Apalagi namanya?” kata Dikha. “Lobang pantat Kakak dientotin oleh kontol si Reno” Sambungnya “Bukan Dik…!” tukas Panji. “Kak Panji segitu nafsu banget nyelomotin kontol si Reno” “Gua gak mampu menjelaskan Dik…” kata Panji “Ya, itu artinya kakak Homo…!!!” jawab Dikha. Dikha bicara: ”Gue maklum seandainya Kak Panji ini emang Homo”. ”Tapi Kak, gue benar-benar nggak siap buat menyaksikan Kakak gue dikentotin kayak cewek dan bertekuk lutut di selangkangan cowok”. ”Memuja-muja kontol cowok sampai merelakan mulut Kakak jadi tempat pelampiasan nafsu si Reno!” Dikha mengungkapkan semuanya. Hampir satu jam. “Sorry, kalau omongan gue menyakitkan…” Dikha mereda. Panji sadar, semua ucapan Dikha benar adanya. Dikha tidak salah. ”Elu bener Dik. Gue emang salah” Dikha meneruskan ucapannya: “Terserah kakak deh, mau Homo atau bukan”. “Terserah kalau kakak mau pacaran sama si Reno”. “Tapi JANGAN SAMPAI Mamah dan Dimas TAHU. Jangan sampai orang2 lain tahu…”. “Kasihan Mamah dan Dimas.. Elu tuh harapan Mamah dan Dimas. Elu juga kakak kebanggan gue.” Dikha menumpahkan segala isi kekecewaannya. Tak ada nada penghinaan di dalamnya ucapannya. “Trus gua harus ngapain?” Tanya Panji “Sekarang elu makan deh…” Dikha menyodorkan suapannya ke mulut Panji. “Gue makan sendiri saja…” ucap Panji malu. Dikha menyerahkan sendok dan mendekatkan piring ke arah Panji. Namun, Dikha tidak beranjak. Dia tetap duduk di tempat tidur Panji. Sesekali Dikha mengambilkan gelas jika Panji terlihat kesulitan menelan. Makan Panji pun selesai. ”Maafin gue Dik” kata lagi Panji lemah. ”Awas Kak…!. Jangan sampai Mamah dan Dimas tahu, Kak” kata Dikha Lalu Dikha menyuapkan obat ke mulut Panji. Tak berapa lama, Panji tertidur. Dikha ikut berbaring dan tidur. Di samping Panji, kakaknya. Dikha tidur menemani Panji. Dikha memang mengasihi Panji, kakak sulungnya. ======================== ====
BAGIAN-20
DIKHA RELA
Dikha mungkin sulit menerima kenyataan itu. Tapi biar bagaimanapun Panji adalah kakaknya. Dikha tetap bangga memiliki kakak seperti Panji. Akhirnya Dikha rela!. APABILA Panji bisa lebih bahagia karena dia mencintai dan dicintai Reno, maka gue pun akan menerima si Reno sebagai pasangan Panji dan akan ikut berbahagia untuk Kak Panji. Demikian kata hati Dikha. Dikha memaafkan Panji. ”Iya Kak, gue rela, kalau itu membuat Kak Panji bahagia” bisik Dikha lagi di dalam hati. Lama lama perasaan Dikha jadi tenang dan akhirnya kemarahan dan perasaan bencinya perlahan menghilang dan sikapnya berubah jadi lebih positif terhadap Panji dan Reno. Setahap demi setahap, Dikha mulai bisa menerima kenyataan bahwa Panji dan Reno memang saling menyukai, saling membutuhkan dan saling menyayangi. ~Biarlah mereka berbahagia berdua!~. Tapi itu cuma berani Dikha ucapkan didalam hati. Dikha tidak ingin kakaknya menyesali perbuatannya seumur hidupnya. Dikha tidak ingin menyesal punya kakak seperti Panji.
————————————–
MAKIN GELAP SEMUANYA…!!!!.
Pagi itu Panji sedang membereskan arsip-arsip di kantor belakang di hotel tempatnya bekerja. Mood Panji sedang bagus dan hatinya sedang senang, mungkin karena tadi malam dia dan Reno habis bercinta habis- habisan dan meraih kepuasan bersama. Panji masih ingat Reno yang semalam begitu bernapsu bagai SEEKOR KUDA JANTAN sehingga Panji benar benar menyerahkan seluruh tubuh, jiwa dan raganya sepenuhnya kedalam kekuasaan Reno. Lalu Reno menyenggamai Panji, dan mengombang ambingkan dirinya dilautan kenikmatan dengan tikaman tikaman kejantanannya yang gagah perkasa, sampai seluruh tubuh Panji bergelinjang liar tanpa bisa dikendalikan dan kenikmatan gairah itu meledak dalam seluruh tubuhnya.
————————————–
Baru saja Panji membayangkan percintaan semalam, tiba-tiba si JACK, satu teman Resepsionis memanggil Panji. “Panji, tuh ada tamu yang nungguin kamu. Di kursi lobby,” kata temannya. “Siapa?” tanya Panji. ”Gue gak nanya namanya, ada 2 cowok tuh” Ia jadi penasaran pengen tahu siapa yang mencarinya. Segera ia keluar dari kantor belakang menuju lobby hotel. Temannya mengintil mengikut Panji dari belakang. Suasana lobby sedang sepi. “Mana Jack, orang yang nyari gue?” tanya Panji “Itu tuh. Yang duduk di meja pojok,” sahut si Jack sambil menunjuk ke sebuah meja yang diduduki oleh dua orang tamu.
————————————–
Panji tidak kenal mereka….!. Mereka memperkenalkan diri: “Saya BRAM,” kata salah satu diantara berdua sambil menunjuk temannya “Dia HENRY” Setelah sedikit berbasa basi, mereka langsung bicara to-the- point: ”Kami berdua adalah PRODUSER dan SUTRADARA film. Kami rencana akan memproduksi FILM” lanjut Bram. Panji mengangguk: “Mau bikin film apa Pak?” tanya Panji. “Begini…. Kami mengajak anda untuk ikut jadi AKTOR pada PRODUKSI FILM kami,” terang Bram lagi. “FILM PORNO,” sahut Henry temannya dengan terus terang. “APPAAAA…?…” Panji kaget. “Ya, Ini film porno GAY,” kata Bram. “HAAAHHH??!, Beneran pak??!!” Panji semakin kaget. Mereka berdua hanya mengangguk angguk.
————————————–
”Apa maksud kalian..??. Kenapa saya…??” tanya Panji dengan berdebar. BRAM tidak menjawab, tapi langsung mengambil beberapa buah foto lalu menunjukkannya pada Panji dengan bangga. WHATTTTTT???? PANJI KAGET SETENGAH MATI….!!!. Dalam foto-foto terlihat jelas Panji dan seorang lelaki sedang dalam pose bergumul dalam keadaan sama2 telanjang bulat. Di foto yang lain: Ada adegan Panji sedang ”ngisep” kontol lelaki. Juga foto Panji sedang disodomi oleh Reno. Dan ada beberapa foto seks sejenis lainnya. Panji tahu persis, itu adalah foto2 yang diambil dari adegan film porno yang dulu dibuat oleh produser dari CEKO. Panji berpikir: Kok bisa?. Bukankah film itu tidak di edarkan di Indonesia? Ia mulai marah. Jantungnya mulai berdegup kencang. Panji khawatir jangan-jangan film itu memang di edarkan di Indonesia. “Wah, kok dapat foto2 itu dari mana???” suara Panji gemetar dan keringat dingin bercucuran. ”Ya, “Tentu saja dari INTERNET. Darimana lagi?”. ”Film kalian kan dipromosikan melalui internet. Disitu ada clip video dan foto-foto anda dalam berbagai adegan homoseks”. Bram menjelaskan dengan gamblang . Mendadak Panji terbayang wajah ibunya, Dikha dan Dimas. ”Disitu ada juga profil anda dengan lengkap, karena itu kami tertarik untuk menawari anda” sambung Henry menyambung sambil menyeringai. “Hah?!!!!” Panji semakin kaget.
————————————–
Panji terlihat gusar dan sangat, sangat.. marah!, tapi dia tak bisa berbicara sepatah kalimatpun lagi. Pikirannya tiba-tiba kacau, dia tahu sekarang dia dalam masalah besar. Panji ketakutan dan panik. Kembali terbayang wajah Ibu dan adik-adiknya yang bersedih…. Terfikir bagaimana orang orang dan teman-temannya akan menertawakan dia: “Panji homo, ha.. ha.. ha.. Panji homo, homo, ha.. ha.. ha..” Panji ingat jelas kata-kata adiknya, Dikha: “Terserah kakak deh, mau Homo atau bukan. Terserah kalau kakak mau pacaran sama si Reno. Tapi JANGAN SAMPAI Mamah dan Dimas TAHU. Jangan sampai orang2 lain tahu…”. “Kasihan Mamah dan Dimas.. Elu tuh harapan Mamah dan Dimas. Elu juga kakak kebanggan gue.” Panji kehabisan kata-kata lagi, sepertinya rohnya sudah berpindah tempat, sepertinya dia sudah tidak berdiri di atas kakinya lagi karena ketakutan. Kepalanya terasa berkunang- kunang. Pengen pingsan saat itu juga. Bergumpal awan hitam menggulung ke arah diri Panji. Gelap semuanya!,,,,,,,,,,,,,,,,,
====================
TAMAT