CERITA GAY ” MONTIR MONTIR NAKAL ”
CERITA SEX GAY,,,,,,,,
Siang itu, saya menyetir mobilku ke sebuah bengkel. Terus terang, bengkel itu bukan bengkel langgananku. Ayahku yang mengusulkan bengkel itu. Katanya, para pekerja bengkel itu amat cermat dan servisnya memuaskan. Jadi, kupikir tak ada salahnya untuk mencoba. Dari luar, bengkel itu nampak tak jauh berbeda dengan bengkel lainnya. Tanpa kesulitan, saya menyetir mobilku masuk dan berhenti di dalam garasi bengkel itu. Begitu saya keluar dari mobilku, tiga montir pria mendatangiku.
Tampang mereka ramah, berwajah tampan bak cover model. Seragam montir mereka berlumuran oli dan berbau keringat. Tangan mereka terlihat besar dan kokoh. Dengan ramah, seorang dari mereka menyalamiku dan berkata,
“Saya Adi. Kepala montir di sini. Dan mereka ini Rudi, dan Parjo. Anda anaknya Tuan Lamlo?” Saya mengangguk.
Entah kenapa, senyuman Adi berubah menjadi sedikit mesum, seolah dia ingin mneggodaku. Astaga, jangan-jangan si Adi homo.
“Anda tak usah khawatir, kami akan memperbaiki mobil Anda dalam sekejab,” tambah Adi, berdiri semakin dekat denganku.
“Palingan knalpotnya butuh disedot, kemudian disodok. Cairan olinya akan kami kuras sampai kering, dan menggantinya dengan yang baru,” kata Rudi, mendekatiku.
Entah kenapa, omongannya, meskipun tentang mobil, berbau seks. Sepintas Adi, Rudi, dan Parjo kelihatan hampir sama. Tubuh mereka semua tegap dan kekar, mungkin akibat kerja keras mereka selama di bengkel. Di antara mereka semua Adi-lah yang paling tampan. Kulit mereka mmemang sedikit gelap. Saya terlihat kontras sekali berdiri di sana sebagai seorang Chinese, berhubung warna kulitku putih mulus. Satu-satunya hal aneh tentang mereka yaitu mereka kelihatan sangat homoseksual. Mereka gemar saling meraba. Pria straight takkan suka meraba-raba tubuh pria lain!
“Papa Anda tadi telepon dan mengabarkan bahwa Anda akan datang. Beliau berpesan agar kami menyediakan servis yang paling memuaskan,” tambah Adi, kini telah berdiri tepat di hadapanku. Napasnya yang panas terasa sekali di kulit wajahku.
“Anda takkan menyesal dengan servis kami.” Para montir itu mengelilingiku dan mengepungku.
Tiba-tiba Parjo memegangi kedua tanganku dari belakang. Terkejut, saya berusaha untuk melepaskan diri, namun tangannya terlalu kuat. Kemudian, Adi maju dan mulai membuka paksa kemejaku. Sekali tarik, kancing kemejaku lepas dan jatuh ke lantai. Sementara itu, Rudi berjongkok dan sibuk melucuti celana panjangku. Saya ingin berteriak minta tolong, namun entah kenapa saya tidak melakukannya. Celana panjangku sudah terbuka, meski belum jatuh ke lantai. Adi menyisipkan tangannya ke dalam celana dalamku. Kontolku bereaksi dan mulai menegang.
“.. Aaahh.. Hhoohh.. Uuuhh..” desahku ketika Adi memain-mainkan kepala kontolku.
Rasa nikmat mulai menyerang diriku. Saya tahu saya takkan dapat kabur dari mereka, maka saya lebih memilih untuk bekerja sama. Lagipula, saya sendiri juga akan kebagian rasa nikmat itu.
Mengetahui bahwa saya tak lagi meronta-ronta, Parjo melonggarkan pegangannya. Setelah kemeja dan celana panjangku lepas semua, keempat montir bejat itu mulai terangsang. Kontolku sendiri masih terperangkap dalam celana dalamku karena Adi memutuskan akan lebih seksi untuk membiarkanku memakai celana dalamku. Bergantian, montir-montir itu menurunkan restleting seragam mereka. Tubuh-tubuh indah yang dihiasi otot pun mulai bermunculan. Dalam sekejab, di sekelilingku terdapat tiga pria macho telanjang, masing-masing dengan kontol ngaceng.
Adi mendekatiku dan mulai meraba-raba sekujur tubuhku. Kontolku diremas-remas dan bibirku dicium-cium. Sementara Parjo, dari belakang, mengelus-ngelus punggung dan belahan pantatku. Rudi, tak mau ketinggalan, mencium-cium kakiku sambil mencoli kontolnya sendiri. Suasana di dalam bengkel itu menjadi sangat panas dan bergairah. Saya pun terbawa nafsu dan mulai menikmati seks sejenis itu. Dari dulu saya memang telah menduga-duga bahwa saya adalah seorang homoseksual, tapi saya tidak yakin. Kejadian di bengkel itu mengubah semuanya, meyakinkanku akan homoseksualitasku.
“Cowok Cina ini milikku seorang. Kalian main dengan berdua saja,” perintah Adi dengan nada penuh kekuasaan.
Teman-temannya menurut dan meninggalkanku. Rudi dan Parjo kemudian sibuk bercinta di hadapanku. Tanpa malu, mereka saling berciuman mesra bak sepasang kekasih. Tangan mereka saling meraba dan erangan nikmat pun terdengar. Kontolku semakin ngaceng melihat perbuatan mesum mereka. Adi yang sudah tak sabar langsung memalingkan wajahku dan menciuminya dnegan bernafsu. Bibirnya terkunci dengan bibirku dan kami mulai saling menjelajahi isi mulut kami. Lidah kami, seperti ular, saling menjulur masuk, dan terkadang saling bergulat. Air liur kami bercampur menjadi satu. Bagi orang lain, hal ini mungkin dianggap jorok, tapi tidak bagi kami yang sedang dilanda nafsu birahi.
“Hhhohh.. Hhhoohh.. Hhhohh..” desah Adi, meremas-remas pantatku.
“Ooohh.. Mas Adi.. Hhhoohh.. Enak sekali,” desahku.
“Mas merangsang.. Uuugghh.. Kontol saya.. Hhohsshh.. Saya ingin bercinta.. Hhhoosshh..” desahku seperti seorang pelacur.
“.. Entotin saya Mas.. Hhhoohh.. Tolong Mas..”
“Nanti dulu sayang.. Hhhohh.. Mas Adi minta disepong dulu.. Hhhoohh.. Ayo donk.. Sepong kontol Mas Adi dulu yah? Hhhohh.. Lalu Mas bakal mengobok-ngobok.. Aaahh.. Lubangmu dengan.. Hhhohh kontol Mas Adi.. Hhhoohh..” bisik Adi seraya meremas-remas dadaku. Aaahh.. Nikmat sekali remasan tangannya itu.. Hangat.. Keras.. Dan bertenaga.
“Ayo.. Sedot kontol Mas Adi donk..” desaknya.
Bagaimana saya dapat menolak permintaan montir tampan itu? Meskipun saya sama sekali belum pernah mencicipi kontol, saya bersedia mencobanya. Apalagi kontol Adi sungguh indah dan enak dipandang. Kontolnya disunat dengan rapi, tak terlihat bekas jahitan, seolah-olah dia terlahir tanpa kulup. Kepala kontolnya seperti helm baja, mengkilat-kilat, dan berwarna kemerahan. Denyutan-denyutan kontol itu membuatnya seperti hidup.
Sesekali, setetes precum keluar dari lubang kontolnya. Dengan patuh, saya berlutut di hadapannya. Tak ada keraguan sedikit pun dalam diriku ketika saya memegang bantang kontolnya itu. Nampak Adi tersenyum dan mendukungku untuk memulai oral servis. Kagum akan kontolnya itu, saya menciumi kepala kontolnya terlebih dahulu dan menjilati habis cairan precumnya itu. Mmm.. Asin-asin tapi lezat.. Saya ketagihan precum Adi dan ingin lebih banyak lagi. Kontol itu kukocok-kocok dan kuremas-remas. Beberapa tetes precum mengalir keluar dan langsung kusedot habis.
Namun itu belum cukup sama sekali. Maka saya pun memasukkan kontol Adi ke dalam mulutku dan mulai menghisap. Hisapanku mmemang agak sedikit canggung, tapi saya berusaha untuk menyenangkannya. Saya menganggap kontolnya seperti sebatang sedotan besar yang harus kusedot agar cairan itu masuk ke mulutku. Dan lama-kelamaan, nampaknya Adi sangat menikmati sedotanku itu. Dia mulai mengerang-ngerang dan meremas-remas bahuku.
Saya hanya dapat mengeluarkan suara SLURP! SLURP! SLURP! Karena keasyikkan menyedot kontol itu. Selama itu, celana dalam putihku masih kupakai dan kontolku terasa sesak sekali di dalamnya. Tentu saja precum-ku sudah membanjir keluar. Tepat di bagian tengah di depan celana dalamku, nampak noda cairan precum yang mulai melebar. Adi melarangku untuk melepasnya. Katanya lebih seksi. Saya hanya menurut saja, meskipun saya ingin sekali telanjang bulat agar saya dapat segera mencoli kontolku itu.
Tak jauh dari tempatku, Parjo sedang bersimpuh di depan Rudi sambil menghisap kontolnya. Kontol Parjo sendiri ngaceng berat dan sibuk dikocok-kocok olehnya.
“Hhhoohh.. Hhhoohh.. Hhhoohh..” Rudi terus mendesah-desah sambil mencubiti putingnya sendiri.
Sementara Parjo tak dapat berkata apa-apa. Hanya suara lidah dan sedotannya saja yang terdengar SLURP! SLURP! SLURP! Nafsu birahiku semakin memuncak menyaksikan tingkah bejat mereka. Dalam benakku, saya membayangkan ketiga monntir tampan itu pasti sering berpesta seks sejenis di bengkel mesum itu. Untuk sesaat, saya berharap bahwa saya pun seorang montir seperti mereka, agar saya dapat mencicipi tubuh mereka setiap hari kerja.
Tiba-tiba, Adi mulai menyodokkan kontolnya. Tentu saja saya agak kaget sebab saya belum siap. Telingaku dijadikan pegangan dan Adi mengentotin mulutku dengan penuh smemangat. Pada saat itu, saya berhenti menghisap dan hanya membuka mulutku saja, membiarkannya menyodomi mulutku. Kontolnya dengan membabi-buta menyerang dinding dalam mulutku dan bahkan menghajar anak tekakku. Alhasil, saya hampir muntah, tapi tidak jadi. Dikuasai nafsu, Adi terus menyodomi mulutku. Sodokan kontolnya terasa begitu keras sampai-sampai kepalaku selalu terdorong ke belakang.
“Hhhooh.. Aaahh.. Ooohh.. Aaahh.. Hhhoosshh.. ”
Wajah Adi nampak serius sekali, keringat membasahinya. Dadanya yang kekar tampak bergoyang-goyang sedikit. Kedua putingnya melambai-lambai ke arahku. Ah.. Sungguh pemandangan yang merangsang kontol. Tiba-tiba, Adi menjerit.
“AARRGGHH..!!”
Kontolnya disodokkan sedalam-dalamnya dan sekuat-kuatnya lalu dibiarkan di sana. Kontol itu langsung melar, berdenyut-denyut, dan meledak. CCRROTT!! CCRROOT!! CCRROOTT!!
Pancaran pejuhnya memenuhi mulutku dan langsung kutelan. Sungguh lezat sekali, belum pernah saya mencicipi minuman seenak itu.
“UUGGHH!! AAHH!! OOHH!!” Adi memegangi kepalaku kuat-kuat sementara tubuhnya terguncang orgasme. Saat semuanya usai, Adi yang tampan itu nampak letih sekali, namun kontolnya masih ngaceng.
Sementara itu erangan-eranagn keras juga terdengar dari pasangan bejat Rudi dan Parjo. Nampak Rudi menengadahkan kepalanya ke belakang, membuka mulutnya lebar-lebar, mata terpejam, tubuhnya menggeliat-geliat, dan kontolnya menyemprot tak karuan di dalam mulut Parjo. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!!
“AARRGGHH!! AARRGGHH!! AARARRGHH!!” erang Rudi saat dia sibuk menghabiskan persediaan pejuhnya. Saya menjilati bibirku, berharap saya juga dapat mencicipi pejuh milik Rudi.
Adi menciumiku dan meremas-remas kontolku. Saya sedikit frustrasi, kenapa dia tak membiarkanku melepas celana dalamku saja? Sambil menepuk pantatku yang padat, Adi berkata, “Tunggingin pantatmu.”
Saya bingung tapi menurut saja. Saya yakin mereka takkan menyakitiku. Mereka itu hanya ingin ngentot denganku saja. Lalu saya merasakan benda tajam menggores celana dalamku, tepat di bagian pantat. SRET! Angin dingin berhembus masuk, menggeletik anusku. Rupanya, Adi sengaja melubangi celana dalamku agar dia bisa ngentotin saya tanpa melepas celana dalamku. Saya kecewa sekali karena saya masih juga tak diizinkan untuk bertelanjang bulat.
“Kamu akan menjadi piala bergilir kami, sayang,” bisiknya sambil mencubit putingku. AARGGH!! Tumben, Adi tidak lagi mmemanggilku ‘Anda’.
Rudi cepat-cepat merentangkan sehelai selimut usang di atas lantai yang kotor dan buru-buru berbaring dia atasnya. Kontolnya yang ngaceng sengaja dikocok-kocoknya agar ereksinya terjaga. Saya kemudian didorong ke arahnya. Saya mengerti bagaimana Rudi ingin mengentotinku. Maka saya merayap ke arahnya dan memposisikan lubang duburku tepat di atas kontolnya, wajahku menghadap wajahnya. Lalu pelan-pelan kontol itu pun amblas masuk.
“AARRGGHH!!” eran Rudi saat kepala kontolnya dicekik oleh otot anusku. Saya sendiri juga mengerang kesakitan saat kontol Rudi memaksa masuk.
“UUGGHH!!” Adi dan Parjo mengelilingi kami dan menyaksikan pertunjukkan kami sambil mengocok batang kontol mereka. Suara becek kocokan kontol mereka bergema dalam ruangan itu.
“AARRGGHH!!” erangku ketika kontol Rudi akhirnya PLOP! masuk. Baru kali ini anusku dientotin kontol. Tak pernah terpikir bahwa saya bakal merasakan nikmatnya dingentotin kontol.
“AARRGGHH..” erangku lagi, memutar-mutar kepalaku.
Rasa sakit mendera anusku, Rudi sementara itu mendorong-dorong kontolnya masuk, menginvasi anusku. Saya hanya meringis kesakitan sambil berusaha untuk mengangkat tubuhku sedikit. Namun terasa sulit sekali.
“AARRGGHH..!! UUGGHH!! Sakit, Mas.. AAHH..!!”
“.. Hhhooh.. Hhohh.. Tahan saja..” Erang Rudi.
“Nanti juga.. Hhhoohh enak kok.. Aaahh.. Uuugghh..” Rudi meraih dadaku dan meremas-remasnya.
“.. Hhhohh.. Saya paling suka.. Uuugghh.. Dada cowok.. Hhhososhh.. Putingnya kecil.. Hhhooh.. Merangsang sekali.. Hhhoosshh..”
Keringat mulai membasahi tubuh kami. Gaya negntot seperti itu sungguh menguras tenaga. Sambil sibuk mengentotin pantat perjakaku, Rudi menggenggam kontolku yang terbalut celana dalamku dan mulai mengocoknya dengan kasar. Berdua kami saling mengerang dan menggeliat-geliat.
“AARRGGHH..!!”
Saya membiarkan diriku dikuasai nafsu jahanam, nafsu antara sesama lelaki. Namun sungguh nikmat sekali rasanya, tenggelam dalam nafsu sejenis. Sayaa ingin Rudi menghabisi anusku, menghujamkan kontolnya sedalam mungkin.
“.. Hhhoohh.. Hhhoosshh.. Aaahh..”
“AARRGGHH..!!” erangku ketika tiba-tiba kontolku berkedut-kedut dan mulai berkontraksi.
Nafsuku yang kutahan sejak tadi akan meledak sekarang! Kepala kontolku membesar dan memuntahkan pejuh. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROTT!! Saya mengejang-ngejang dan menyebabkan kontol Rudi di dalam pantatku ikut mengejang.
“AARRGGHH!! UUGGH!! OOHH!! AAHH..!!” erangku sat orgasme menguasai seluruh inderaku.
Saya hanya merasakan kenikmatan yang luar biasa sementara kontol Rudi terus menyodomiku. Celana dalamku kontan basah semua dengan sperma. Terpicu orgasmeku, Rudi pun akhirnya keluar lagi, untuk yang kedua kalinya. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOT!! Tubuhnya terguncang-guncang dan sodokan kontolnya menghajar duburku tanpa ampun.
“AARRGGHH!! UUGGHH!! HHOOHH!! AAHH!!” Kami berdua benar-benar menikmati orgasme kami, sampai pada tetes terakhir.
“AARRGGhh.. ”
Dengan lemas, saya mencoba untuk bangkit berdiri. Kontolku mulai melemas dan bergelantungan, mengeluarkan sisa pejuh. Rudi berguling ke samping lalu bangkit, masih terengah-engah. Kukira semuanya telah selesai, namun tiba-tiba Parjo memelukku dari belakang, kontolnya yang ngaceng terasa sekali bergesekkan dengan pantatku.
“Gantian gue ngentotin loe,” serunya.
Tanpa membrikanku kesempatan untuk protes, Parjo langsung menancapkan kontolnya sedalam-dalamnya dalam lubang duburku. Saya hanya bisa berteriak, “AARRGGHH!!”
Bagaikan binatang buas, Parjo menguasai tubuhku. Gerakan ngentotnya mula-mula cepat, lalu lambat. Kemudian dia kembali mempercepat sodokannya, lalu melambat, begitu seterusnya. Saya hanya menjerit-jerit saat tiba pada ritme cepat, sedangkan ketika measuki ritme lambat, saya hanya mendesah saja. Parjo mmemang ahli mengendalikan ejakulasinya. Gaya ngentotnya yang unik terbukti ampuh untuk menahan laju orgasmenya. Dingentotin Parjo, membuat kontolku bangkit kembali.
“.. Hhhoohh.. Aaahh.. Hhhoosshh..” desahku ketika Parjo melingkarkan tangannya di sekitar batang kontolku dan mengocok-ngocoknya. Benar-benar nikmat sekali dikocok sambil dientotin.
Kata-kata kasar keluar dari mulutnya, “.. Aaahh.. Ooohh.. Bangsat! Ooohh fuck you! Hhohh.. Ngentot loe! Hhhohh.. Kontol! Aahh.. Pejuh! Aaahh.. Enak banget.. Hhhoohh.. Gue suka ngentotin.. Aaahh.. Cowok Cina kayak loe.. Hhhoohh.. Sudah putih, mulus lagi.. Hhohh.. Homo lagi.. Aahh..”
Selama bermenit-menit, dia terus meracau seperti itu. Suara yang hampir mirip suara tamparan dihasilkan dari tertumbuknya pantatku dengan tubuhnya, tiap kali Parjo menyodokkan kontolnya.
“AARRGGHH!!” teriaknya, dan tiba-tiba CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Pejuhnya muncrat tak terkendali, membasahi anusku. Rasanya di bagian dalam tubuhku sudah terlalu becek dengan pejuh Rudi dan Parjo. Pejuh mereka saling bercampur di dalam sana.
“AARRGGHH..!! UUGGHH!! OOHH!! AARRGGHH!!” Parjo terus menggenjot pantatku hingga kontolnya berhenti muncrat.
Sementara itu, tangannya tak henti-hentinya mengocok dan meremas kontolku dari balik celana dalamku yang basah itu. Meskipun saya baru saja ‘keluar’, nampaknya pejuhku akan kembali dimuncratkan.
“AARRGGHH!!” erangku sambil mencengkeram pinggangnya.
CCRROOT!! CCRROOTT!! CRROOTT!! Saat pejuhku tertumpah, tubuhku kejang-kejang dan bertumpu pada tubuh Parjo di belakangku. Dialah yang dengan sabar memegangiku dan menahan gejolak orgasmeku.
“AAHH.. UUHH.. OOHH.. HHOOSSHH.. AAHH..” CRROTT! Dan usailah semuanya.
Celana dalamku berbau tajam dengan sperma, dan tentunya lebih basah lagi. Begitu Parjo mencabut kontolnya, pejuhnya mengalir keluar dan turun ke pahaku. Saya masih tersengal-sengal dan bahkan tak mampu berbicara.
Tiba-tiba Adi mendekatiku dan mulai menciumiku dari belakang. Saya tahu apa yang diinginkannya. Dia pun ingin menyodomiku. Meksipun agak ogah berhubung saya sudah dua kali ngecret, namun saya kasihan juga padanya sebab sorot matanya nampak memohon sekali. Mau tak mau, saya biarkan Adi menyisipkan kontolnya masuk ke dalam anusku yang becek. Mudah sekali baginya untuk masuk. Dan terus terang, saya hampir tak merasakan rasa sakit apa-apa. Mungkin karena anusku sudah terbiasa, dan mungkin juga karena banyaknya pejuh yang melumasi lubangku.
Kembali, saya mendaki sebuah perjalanan menuju puncak orgasme. Adi pun ingin mengocok kontolku. Dia memaksa kontolku yang lemas itu untuk bangun sekali lagi. Saya hanya memejamkan mataku sambil menggeliat-geliat. Rasanya nikmat sekali merasakan tangannya meremas-remas kontolku. Kembali saya memasrahkan diriku dan membiarkan Adi mempermainkan kontolku. Sementara itu, pinggulnya sibuk bergerak-gerak seperti piston kereta api, memompa kontol ke dalam tubuhku. Kontol Adi merupakan kontol yang terbesar di antara mereka semua. Berhubung pantatku sudah banjir pejuh, Adi merasa hangat dan basah sekali menusukkan kontolnya di dalam tubuhku.
“.. Hhhoohh.. Aaahh.. Aaahh.. Hhhoosshh..”
Waktu terus berlalu sampai akhirnya saya merasakan gejala ejakulasi Adi. Tanpa dapat dicegah, Adi menggeram seperti hewan buas dan kepala kontolnya mengembang. Sedetik kemudian CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!!
“AARRGGHH!! UUHH!! HHOOSSHH!! AARRGGHH..!!” Adi menumpahkan seluruh pejuh yang dimilikinya, napasnya berat dan terengah-engah. Kurasakan lubang anusku kaku dan menganga. Aliran pejuh masih terus saja mengalir keluar. Tiba-tiba, tiba giliranku untuk ngecret. Astaga, mereka benar-benar ingin menguras persediaan spermaku.
“AAGGHH!!”
Dan seperti biasa pejuh tersembur keluar dari lubang kontolku, meskipun tidak sebanyak yang tadi. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOT!! Namun orgasme yang kurasakan tetap nikmat.
“AAHH!! OOHH1!! UUHH!!” celana dalamku sudah tak sanggup lagi menampung spermaku. Sperma itu pun akhirnya menyerap keluar dan jatuh ke atas lantai, menciptakan genangan pejuh di sana-sini.
Setelah itu, tubuhku melemas dan Adi harus memapahku. Tak terkatakan betapa letihnya saya. Anusku menganga lebar, dan menumpahkan semua pejuh yang tersimpan di dalamnya. Tak ayal lagi, lantai bengkel itu hampir banjir dengan sperma. Bau seks begitu terasa dan menusuk. Kami semua berbaring di atas handuk saling berpelukkan. Saya menjadi pusat perhatian dan berbaring diapit di antara Adi dan Parjo.
Adi nampaknya suka sekali padaku. Tak henti-hentinya dia menciumiku dan meraba-raba sekujur tubuhku. Selama itu, celana dalamku masih juga belum dilepaskan padahal celana dalam itu sudah basah sekali berlumuran sperma. Tanpa perlu dijelaskan, kalian pasti sudah tahu bahwa tubuh kami semua masih dipenuhi keringat dan pejuh. Namun, kami tak peduli dna tetap saling berpelukkan. Adi menciumiku dan berbisik,
“Tahu enggak, sebenarnya Papamulah yang mengatur semua ini. ”
“Apa?” tanyaku tak percaya. Namun saya masih lemas sekali.
“Benar. Papamu itu langganan setia kami dan kami sering berhomoseks bareng-bareng. Dia hanya ingin kamu pun merasakannya agar kalain berdua nanti bisa saling negntot,” jelas Adi, tetap memelukku mesra.
Ternyata Papaku cabul sekali. Dia bahkan tega meminta 3montir seksi ini untuk mengambil keperjakaanku. Tapi tak apa. Saya sendiri kini sudah yakin akan homoseksualitasku. Nanti, setibanya saya di rumah, Papaku akan merasakan akibatnya. Saya akan mengentotin pantatnya sampai dia minta ampun. Aaahh.. Tunggu saja, Pa,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,