Cerita Sesama Lelaki – cemburu

Posted on

CERITA SEX GAY,,,,,,,,
Namaku ALEXANDER, umurku 23 TAHUN. Saat awal Masuk kuliah di PTN di SURABAYA sampai duduk di
semester 5, aku terpaksa hidup sendirian di kota Surabaya, tapi
beberapa bulan yang lalu kebetulan
ada Saudara/Famili jauh Papa yang
pindah ke surabaya untuk bekerja
disini, dia biasa kupangil OOM AWANG
dan umurnya cuma beda 5 TAHUN
LEBIH TUA dari aku. Walau dia
saudara-jauh tapi waktu di kampung
dulu kami cukup akrab dan sering
ketemu dan terus terang!, sejak dulu
aku memang mengagumi Oom Awang
yang menurut pendapatku ganteng,
dewasa dan bertubuh atletis dengan
kulit yang halus. Jangan salah
mengerti!, rasanya dulu sih aku
NORMAL NORMAL, tapi pada waktu
baru baru mulai kuliah di surabaya ini
ada beberapa teman mahasiswa gay
yang sengaja merayu rayu aku.
Mungkin karena masih darah muda
dan penasaran, aku mau meladeni keinginan mereka dan menganggap itu
sebagai suatu selingan seks yang
menggetarkan. Ternyata aku
menikmati hubungan seks dengan
sesama jenisku tapi biar begitu, aku
tetap seorang laki laki maskulin yang
cukup macho, lagipula diatas ranjang,
aku lebih menyukai POSISI sebagai
SEORANG TOP atau pihak dominan
sebagai lelaki yang menyetubuhi
pasanganku . Karena merasa masih
bersaudara, aku dan Oom Awang jadi makin sering ketemu dan makin akrab.
Oom Awang jadinya seperti salah satu teman dan sahabat yang paling dekat
denganku dari pada teman yang lain,
Dia baik dan sangat perhatian kepadaku, bahkan tidak jarang ia
mengantar jemput aku ke kampus
atau membelikan keperluan kuliah.
Semakin lama ia semakin baik padaku
hingga aku sulit untuk menghindarinya.
Ia seringkali mampir ke tempat kostku
mulai pulang kuliah sampai malam hanya untuk ngobrol, bergurau, dan
saling curhat. Setiap kali aku punya
masalah kuceritakan padanya, ia selalu
memberikan jalan keluar yang
bijaksana. Kemana-mana aku selalu
jalan bareng dengannya. Jika liburan
atau malam minggu kami
menyempatkan keliling kota, ke toko
buku, ke mall, ke tempat rekreasi, ke
warnet dan ke tempat kost teman-
teman. Sampai-sampai teman-temanku
mengatakan kalo kami serasi banget,
kayak adik dan kakak, karena umur
dia 29 tahun dan aku 23 tahun. Terus
terang, aku sebenarnya MENDUGA
Oom Awang punya kecenderungan
GAY yang menyukai sejenis, akan
tetapi dia sama sekali belum pernah
menyalurkan hasratnya terhadap
sesama lelaki sehingga hasrat itu
akhirnya terpendam dan menghilang
ke alam bawah sadar dia. Tapi aku
sama sekali tak pernah menyinggung
masalah itu karena takut dugaanku
salah. Hampir setiap malam minggu
Awang nginap di tempat kostku, pada
akhir pekan jarang sekali ia tidur di
tempat kost-nya sendiri. Tak ada
satupun teman kost yang bertanya
tanya kenapa Awang lebih suka
bermalam minggu bersama aku.
Bahkan sampai akhirnya dia juga
mumutuskan akan pindah ke tempat
kostku habis semester ini. Akupun
menyambut dengan hati gembira.
Entah kenapa aku merasa teduh ada di
sampingnya, seakan keberadaannya
menghapus semua keresahanku,
kebosananku, dan rinduku pada
keluargaku. Setiap kali ia tidur
disampingku suasananya biasa-biasa
saja meski terkadang ada getaran lain
yang menyelinap dalam hatiku apalagi
kalau ia tanpa maksud apa2,
merangkulkan kaki dan tangannya ke
atas tubuhku, aku hanya membalasnya
dengan pelukan ringan, hanya sekedar
menyalurkan kasih sayang, aku
berusaha untuk menepis getaran-
getaran itu. Jika banar-benar tak tahan
aku hanya berani menatap wajahnya
yang ganteng sempurna sambil
mendekap tubuhnya yang atletis.
Melihat sikapku seperti itu, ia hanya
senyum dan merangkul erat tubuhku,
sampai bangunpun kadang posisi kami
tetap seperti itu. Sungguh ia benar-
benar kakak yang aku harapkan,kakak
yang mampu menaungiku dengan
kasih sayang. Saat itu aku memang
ada semacam saling ketergantungan
dan saling membutuhkan antara
Awang dan aku,sebagai teman,
sahabat dan saudara, tapi entah
bagaimana awalnya, lama lama timbul
keinginan ganjil untuk memiliki Awang
hanya untuk diriku sendiri. Aku jadi
posesif. (—– garis pembatas —–)
Suatu hari ia bercerita kepadaku
bahwa ia jadian dengan seorang
CEWEK bernama RENNY. Mendengar
cerita itu hatiku hancur tak karuan,
seakan ada yang mengoyak
perasaanku. Aku tak tahu mengapa
seperti ini, aku bingung apa
sebenarnya yang ada dalam
perasaanku. Apakah ini karena aku
khawatir ia tidak perhatian lagi
padaku? Atau.. ini karena aku merasa
memilikinya? Atau, karena aku
cemburu?. Pertanyaan senada dengan
itu mulai memenuhi otakku yang lagi
galau. Ia tampak asyik dengan
ceritanya, aku hanya menanggapi
dengan sikap yang biasa meski
perasaanku pedih seakan tersayat
pisau. Sepulang Awang dari tempat
kostku, aku mengunci pintu kamar,
kuputar album Padi yang kedua,
kurebahkan tubuhku diatas kasur. Aku
memikirkan Awang, tak kusadari aku
melamun terus sepanjang hari dengan
perasaan yang galau sampai tak terasa
darahku mulai mendidih dan
perasaanku tak rela kalau harus
berpisah dengan dia. Aku merasa
CEMBURU dan marah karena merasa
harapanku telah dikhianati Awang.
Tubuhku terasa lemas, pikiranku tidak
stabil.. (—– garis pembatas —–) Esok
harinya pikiranku kacau balau tak
karuan sehingga setelah pulang kuliah
aku langsung pulang dan sampai
dirumah sekitar pukul 20 malam. “Lex!
Alex!” Suara dari luar pintu kamarku,
ternyata Awang. Cepat-cepat aku
berpura pura bersikap biasa, aku
bingung apa yang harus aku lakukan,
tapi akhirnya Awang menyadari
perubahanansikapku yang tidak
biasanya. “Lex! kenapa kamu?” Tanya
Awang Aku diam tak menjawab
pertanyaan Awang “Lex kenapa sih?
Ayo dong bilang sama Oom!, Alex sakit
ya?”.
“Ayo ceritakan kenapa?” Awang mulai
membujukku untuk mengutarakan
masalahku. Akhirnya aku NEKAD untuk
berterus terang kepada Awang,
apapun resikonya!.
“OOM!, SELAMA INI OOM AWANG
MENGANGGAPKU SEPERTI APA SIH?”
tanyaku ketus. “Lho, memangnya
kenapa? Kita kan bersaudara?, dan
selama ini Oom menganggap Alex
sebagai keponakan yang aku sayangi,
bukan teman, makanya Oom nggak
rela kalau ada orang yang
mengganggu Alex, dan..apapun Oom
lakukan untuk Alex” Jawabnya yang
membuatku tegar kembali. “Benar
Oom?”. “Benar, Sungguh.” Ia menatap
wajahku penuh kesungguhan.
“Memangnya kenapa? Apa Alex tidak
percaya sama Oom Awang?” “Enggak!
aku hanya khawatir Oom Awang tidak
lagi memperhatikanku, tidak
menyayangiku dan meninggalkanku
begitu saja, sebab sekarang Oom
sudah punya kekasih Renny.” Jawabku
pelan yang menutupi apa yang
sebenarnya berkecamuk di hatiku.
Degh…!, sedetik, terlihat wajah Awang
dipenuhi tanda tanya mendengar kata
kata “kecemburuanku”, tapi cepat
cepat dia bersikap biasa. “Oo.. jadi itu
yang Alex takutkan?” Aku hanya
mengangguk. “Aku nggak seperti itu
kok, aku dan Alex tetap seperti ini, kalo
soal Renny jangan khawatir, tidak
akan mengurangi kasih sayangku
sama Alex!” Ujar Awang. Entah setan
apa yang merasuki jiwaku tapi
mendengar bujukan Awang, aku
nekad mulai merangkul Awang yang
berbaring di sampingku, ia membalas
rangkulanku dengan rangkulan pula,
pelukan biasa antara seorang kakak
terhadap keponakannya yang manja.
Tapi aku beringsut makin merapatkan
tubuhku dan menyusupkan tanganku
kebalik bajunya sambil meraba
tubuhnya yang hangat dan kekar.
”EEEHHH…EEEHHH…!, APA APAAN
NIH….??“ tanya Awang dengan penuh
keheranan tapi sama sekali tanpa nada
marah. Aku tidak menjawab tapi
hanya berbaring di lidungan dadanya
yang bidang sambil menyusupkan
wajahku kedalam ketiaknya. Aroma
keringat di ketiak Awang yang berbau
pekat khas laki laki jantan tercium
menyengat hidungku dan amat
memabukkan, membuat
gairahkumendadak terangsang hebat
sehingga otomatis dia tahu bahwa
kemaluanku ngaceng makin keras dari
balik celanaku. Merasakan tekanan
batang kemaluanku yang tegang,
Awang mulai merasa kalau sikapku
terhadap dirinya selama ini sebenarnya
bukankarena tali persaudaraan, tapi
karena aku menyukai dirinya sebagai
seorang laki laki. Awang teringat
bagaimana aku selalu bersikap manja
terhadap dirinya, memandangi
wajahnya atau membelai rambutnya;
dan diapun beberapa kali memergoki
pandangan mataku yang sedang
menatap dirinya saat dia sedang
bertelanjang sehabis mandi. AKU
NEKAD!.
“Aku sebenarnya tidak hanya
menyayangi Oom, tapi, aku juga
MENCINTAI Oom Awang, Seperti Reny
mencintai Oom, aku bukan cuma
khawatir ditinggal Oom Awang, tapi
aku cemburu berat” Aku berterus
terang. “Jadi?”. “Ya aku seorang GAY,
yang tertarik pada sesama jenis, dan
Oom Awang lah yang aku cintai”.
Jawabku yang berlanjut dengan ragu
ragu. Awang kini juga bingung dan
serba salah setelah dia tahu siapa
sebenarnya aku.
“LEX BENARKAH ITU?” tanyanya dengan
perasaanbingung. Aku mengangguk.
“Maafkan saya, Lex! Oom sungguh
tidak tahu, Oom merasa Alex seperti
adik Oom sendiri, Oom menyayangi
Alex tulus seperti seorang Paman yang
menyayangi keponakannya” “Ya Oom
saya tahu Oom Awang adalah lelaki
normal yang hanya bisa mencintai dan
dicintai wanita, inilah kenyataannya
Oom, Alex merasa bahagia jika ada di
samping Oom, Entahlah Oom…., dalam
hatiku cuma ada Oom.” “Alex nggak
pernah pacaran sama cewek?”. Tanya
Awang “Pernah, cuman Alex putuskan
karena Alex merasa tidak ada
sedikitpun getaran cinta seperti Alex
mencintai Oom Awang” Jawabku.
„Tapi…. tapi…, Alex sama sekali tidak
kelihatan seperti Gay…?, Alex gagah
dan macho…“ tanyanya kebingungan.
“Apakah Alex tidak ingin menjadi lelaki
sempurna seperti Oom?.” “Entah lah
Oom.. sebenarnya sih pingin, cuma
buat apa?.” Hati Awang BIMBANG
menghadapi diriku saat itu. Sebagai
seorang laki laki sejati yang normal,
Awang sama sekali TIDAK
TERTARIKmelayani hasrat sesama
jenisnya. Tapi sebagai laki laki yang
sudah berpengalaman menghadapi
kaum wanita diatas ranjang, Awang
bisa melihat bahwa pandangan
mataku yang sayu dan gelagat sikapku
merupakan pertanda bahwa aku
sedang kasamaran dan jatuh
cinta.AWANG TAK TEGA melihat
keponakan yang dia kasihi sedang
mendambakan dirinya sehingga diluar
logika dan akal sehat sebagai lakilaki
yang normal, Awang bertekad untuk
memberikan kejantanan tubuhnya
untuk membahagiakan aku. Aku
kembali berbaring di samping Awang
sambil memeluk tubuhnya yang atletis.
Cuaca malam yang sejuk tidak mampu
mendinginkan nafsuku yang sedang
membara. Berduaan dengan orang
yang kusayangi dan pengaruh film
yang baru aku saksikan membuat
nafsuku meluap minta dilepaskan.

Aku sudah biasa bermanja manja dengan
Dia, sebagai Paman dan Keponakan.
Tapi kali ini aku nekad untuk
memulaibiarpun aku tahu kalau kali ini
aku menginginkan dia sebagai laki
laki!. Lima menit berlalu sia-sia sebelum
ku beranikan diri memeluk Awang
dengan sebelah tanganku dan
meletakkan kakiku melingkar di atas
kakinya. Kurasakan detak jantungnya
berdegup kencang ketika jariku
merayap di dadanya. Semakin erat aku
memeluk Awang yang diam tanpa
reaksi. Kubelai rambut dan wajah cute
didekapanku. Lalu tanganku merayap
masuk kedalam kaus yang di pakainya
dan dia mengelinjang pelan saat
kupermainkan kedua putingnya.
Tanganku menelusuri tiap jengkal
dadanya. Kulitnya terasa begitu licin
dan lembut membuatku ingin cepat-
cepat menelanjanginya.Kuciumi
rambutnya, turun ke pipinya, lehernya,
dan terakhir kupermainkan telinganya
dengan gigitan lembut. Awang
bereaksi perlahan tiap kali merasakan
nikmat dari perlakuanku dan aku tidak
tahu apakah dia benar benar
menyukainya atau sekedar pura pura
untuk menyenangkan aku saja. “OOM
AWANG!” Bisikku pelan dengan suara
parau menahan nafsu, sambil kuciumi
pipinya. Awang hanya menjawab
dengan mendesah tanpa membuka
mata. Kutarik kakiku keatas pahanya
dan pahaku merasakan sesuatu benda
yangmenonjol di balik celana panjang
Dia. Sejenak ku mainkan pahaku di
tempat itu dan kurasakan penisnya
yang masih lemas karena belum
terangsang.. Kemudian ku lepaskan
kaus yang dipakai Awang. Dia hanya
MENURUT saja dan tanpa membuang
waktu lagi kuciumi permukaan
dadanya, dari lehernya lalu ku hisap
putingnya kiri-kanan sambil tanganku
mendekap badannya. Harum tubuhnya
menyeruak hidungku, kugigit lehernya
dan kusedot dengan hati-hati karena
takut berbekas merah. Awang meronta
kegelian, tangannya memegang
pundakku dan tangan sebelah lagi
mencengkeram rambutku. Dia
mendesah dan desahannyamembuatku
semakin terangsang. “Oom Awang,
nggak pa-pa?” Tanyaku yang hanya di
jawab dengan gelengan kepala
olehnya. “Oom Awang! aku sayang
sekali sama Oom.” “Iyaaa, Aku
mengerti Lex.” Jawabnya sambil
membiarkan aku meraba-raba
punggungnya dengan lembut. Kutindih
tubuhnya, kurasakan penisnya yang
mulai keras di perutku. Kuhujani
perutnya dengan kelincahan lidahku.
Ku jelajahi dengan jilatanku sambil
sesekali ku hisap. Dia berkelojotan
seperti cacing kepanasan. Saat itu aku
betul-betul berkuasa atasnya. Kini
tangan kananku mulai beraksi atas
gundukan di dalam celananya.
Kuremas-remas dan kupijit penisnya
yang mulai membengkak. Kulakukan
gerakan menekan sambil memutar
pada buah zakarnya. Lalu perlahan aku
berusaha membuka paha Awang
SEDETIK AWANG MENAHAN
TANGANKU DAN MENOLAK. TAPI AKU
TERUS MEMAKSA : “Boleh ya Oom….?“
tanyaku. Aku tidak tahan lagi. Segera
ku tanggalkan celananya dan ku tarik
lepas. Kini tinggal CD hitam saja yang
menutupi benda sasaranku. Tampak
sekali CD ketat itu hampir tak muat
menahan penis Awang yang
sebenarnya belum sepenuhnya eraksi.
Tanpa membuang waktu langsung
kuciumi dan ku gigit lembut benda di
balik CD itu. Dia mengerang. Ku remas-
remas kedua pantatnya. Kemudian
kuarahkan jilatanku di kedua pangkal
pahanya. Kuhirup aroma maskulin dari
selangkang laki laki yang Masih
innoncent dalam dunia sejenis ini.
Awang makin kuat mengerang.
menggelinjang sambil mengangkat
pantatnya. Kuarahkan seranganku ke
pahanya. Kuangkat sebelah kakinya
dan ku ciumi dari lututnya kemudian
naik terus sampai pangkal pahanya
dan ketika sampai di tonjolan yang
mengeras aku gigit sambil ku hisap
sampai CD itu basah oleh air liurku, lalu
kubuka sampai dia telanjang bulat..
Kuperhatikan juga wajah tampan
Awang yang Masih mengandung
keraguan dan kegugupan saat dirinya
dicumbu oleh KEPONAKAN sendiri yang
sama sama berjenis kelamin lelaki.
Tapi aku tak memberinya kesempatan
berfikir. Ku mainkan lidahku menyapu
kulit bawah penisnya, terus keatas dan
ketika sampai diujungnya kukulum topi
baja yang merah mengkilat itu.
Kuhisap sambil lidahku memilin kulit
yang tersisa dari sunat. Tak kuhiraukan
lenguhannya dan goncangan tubuhnya
yang menahan kenikmatan yang
belum pernah dia rasa sebelumnya.
Awang mencengkeram kuat rambutku
saat penisnya kubenamkan dalam
mulutku setelah puas kulumat dan
kuhisap sampai urat-uratnya mulai
bermunculan. Kubenamkan sampai
mulutku mentok di perutnya. Kutahan
nafasku agar tidak tersedak. Lalu ku
lakukan gerakan menelan sembari
menghisap. Dia merintih pelan,
tubuhnya mengejang. Aku tersenyum
diam diam karena cumbuanku ternyata
berhasil membangkitkan nafsu birahi
sejenis dari alam bawah sadar Awang.
Dan aku bertekad akan meneruskan
usahaku sampai dia benar benar jadi
milikku. Tak sampai dua menit berlalu
kurasakan penisnya berdenyut dan
makin mengeras. Semakin ku percepat
aksiku. Kedua tanganku pun kini
berada di pantatnya untuk membantu
gerakan keluar-Masuk. Tangan Awang
pun secara reflek menaik-turunkan
kepalaku. Dan aaaaaaaghhhhhh….!,
akhirnya Awang mengejang sembari
melenguh panjang saat cairan yang
tertahan itu muncrat keluar: “Crettt..!,
crettt…!, cretttt…!, cretttt…!”. Kurasakan
tembakan cairan panas di
tenggorokanku. Terus melimpah deras
seperti banjir. Kucoba untuk menelan
habis tapi karena banyaknya, sperma
itu berceceran di bulu jembutnya.
Seperti orang kehausan, kujilati sperma
itu sampai habis tak bersisa. BEGITU
GURIH TERASA CAIRAN KELELAKIAN
LELAKI TAMPAN INI. Kulihat Awang
terbaring lemas. Banyaknya cairan
sperma yang telah terkuras pasti
membuat habis tenaganya. Dia
memejamkan mata dan nafasnya
mulai terdengar teratur kembali.
Kembali tidak henti-hentinya ku cium
dan kubelai laki laki ini. Tapi bukan lagi
dengan nafsu, meski hasratku belum
tersalurkan. Tetapi dengan kasih
sayangku yang tulus. Aku ingin
menjadi seseorang yang dapat
memberi arti baginya. Bukan hanya
teman untuk mencari kenikmatan
semata.

www.ceritagay.uiwap.com
Sekitar 15 menit aku berbaring memeluk Awang sambil tetap meraba
raba dan menjamah tubuhnya, ketika
kurasakan batang kemaluan dia mulai
membesar lagi semakin keras!. Aku tak
menduga bahwa setelah PENGALAMAN
PERTAMA dia tadi gairah Awang
ternyata terbakarlagi sampai berkobar
kobar tak terkendali sehingga Awang
tidak mampu mengendalikan nafsu
birahinya dan mulai MELUPAKAN
bahwa aku sebenarnya keponakan dia
sendiri dan masih sama sama berjenis
kelamin lelaki. ASTAGA!, aku tidak tahu
setan apa yang meracuni pikiran
Awang sampai dia bisa begitu bernafsu
terhadapku Mendadak dia menaiki
tubuhku yang terlentang tak berdaya
dibawah tindihan tubuhnya dan
menggesek gesek batang
kemaluannya diatas perutku.. Aku tahu
persis apa yang Awang inginkan saat
itu. Dia ingin melampiaskan gairahnya
sampai tuntas tapi sebagai laki laki
normalyang sama sekali TIDAK
berpengalaman melakukan percintaan
sejenis, Awang BELUM TAHU persis apa
yang harus dia lakukan terhadapku.
Gerakannya terlihat CANGGUNG dan
serampangan sehingga aku segera
mengambil inisiatif dan membimbing
Awang untuk melakukan tugasnya
sebagai laki laki Top. Aku rela DIA
berperan sebagai PIHAK TOP, karena
aku memang menghendari dirinya dan
aku teramat mencintai dia. Aku rela!,
apapun akan kulakukan untuk dirinya.
Aku merebahkan tubuhku sampai
terlentang dan mengangkat kedua
kakiku sampai terbuka lebar lalu aku
meraih tubuh Awang supaya
menindihku. Dia merangkul tubuhku
dengan cara yang kikuk tapi aku
segera menggenggam batang
kemaluannya dan mengarahkan
kelubangduburku sehingga dia
langsung mengerti dan mulai
mendorong.. “Oom, pelan pelan Oom.
pelaaaaan…!“. Tapi Oom Awang sudah
terlalu dikuasai oleh nafsu. Ia dengan
terburu buru menjulurkan penisnya
yang sudah tegang ke depan pintu
anusku lalu dengan cara serampangan
mulai mendorong pantatnya untuk
memasukkan batang kejantannnya.
Walau awalnya aku berusaha
menahan rasa sakit, tapi cara dia yang
tak berpengalaman dan terburu buru
menyebabkan tikaman batang
kontolnya menimbulkan rasa sakit
yang tak mampu kutahan sehingga
aku berontak melepaskan diri sampai
batang kontolnya terlepas. Sekali lagi
aku berusaha membantu dia dan
membuka pintuku selebar lebarnya
sehingga dengan agak kesulitan dan
Ahh.. Uhh… Ohhh… yang agak panjang,
akhirnya Awang sukses, memasukkan
batang kontolnya sampai melesak
seluruhnya kedalam tubuhku.!.
Kemudian Awang mulai menarik dan
memompa kontolnya yang
membuatku merasa sangat mulas
sekali hingga tanpa dapat kukendali
aku mulai menegang-negangkan otot
duburku. “Enak.., lobangmu benar-
benar enaaaaak “. Sambil berucap
Awang mulai memajumundurkan
pantatnya lagi. Rupanya dia langsung
dapat merasakan kenikmatan yang dia
reguk dari dalam tubuhku. Dari untung,
rasa sakit yang kuderita dan mulas
lama kelamaan mulai menimbulkan
sensasi nikmat yang makin
menghebat. “Teruss.. Oooom.. Enak..
Ohh.. umph.. akh..”, lepas kontrol aku
mulai mengeluarkan suara lenguhan
dan desahan nikmat yang membuat
goyangan Awang makin hebat. Makin
lama lobang pantatku makin terasa
nikmat-nikmat pedas. Tubuh Awang
juga mulai menegang dengan entotan
yang makin cepat dan.. Gerakan ritmis
penisnya membuat aku keenakan.
Kutoleh Oom Awang yang berlutut di
belakangku, ia tampak asyik dan ngos-
ngosan. “Lex.. Enakk.. Lex.. kukeluarkan
di dalam ya?” Suaranya pelan.
“Aaah..”, Awang mendesah sambil
mendongakkan kepalanya seraya
menembak di dalam anusku. Batang
bulat panjang berdenyut-denyut di
dalam anusku, Kurasakan cairan
maninya yang mendatangkan sensasi
hangat panas pedas nikmat di dalam
pantatku. Ya dia sudah orgasme. Ia
cabut penisnya dan langsung telungkup
di sampingku. Sebenarnya aku ingin
juga merojok rojok lubang dubur
Awang yang masih perawan. Tapi dia
menolak aku mentah mentah sehingga
karena aku ingin menuntaskan gairah,
akupun terpaksa mengocok ngocok
penisku sendiri dengan keras sampai
aku pada puncak kenikmatan. “Cruot..
cruot.. cruot” Spermaku tumpah ruah di
atas perutku. Sekarang kami saling
merangkul dengan wajah berhadapan
dan hidung saling menempel. Posisiku
ada di bawah sehingga dengan
mudahkuelus-elus punggung dan
pantatnya sampai ia tidur di atasku.
Aku membayangkan kenikmatan yang
baru kami raih. (—— garis pembatas
———) Pagi harinya aku terbangun
dan astaga!, wajah Awang terlihat
keruh dan penuh PENYESALAN…!. Aku
bingung kenapa ia bersedih seperti itu?
Padahal barusan dia seperti menikmati
perbuatannya. “Oom, Oom Awang
kenapa?.” Tanyaku. Ia tak menjawab.
“OOM AWANG MENYESAL???” Suaraku
pelan. Dia mengangguk.
“Kenapa Oom menyesal?”. “AKU TELAH
MENGHIANATI CINTAKU PADA RENNY
PACARKU, LEX!”. DEGGHHH…!, kini aku
benar-benar bingung, sedih dan ada
sedikit rasa penyesalan karena telah
membuat Oom Awang yang selalu
tertawa jadi bersedih. Meski
sebenarnya ada sebersit kemarahan
dan ketersinggungan di hatiku. “Aku
salah Lex, seharusnya aku tidak
membiarkan Alex melakukan hal itu
tadi malam, tapi entahlah aku tidak
bisa berfikir sehatsemalam.” “Aku
menyayangi Oom Awang dengan tulus
sebagai seorang Alex menyayangi
Pamannya, dan kejadian semalam
karena Aku menginginkan.” bujukku
“Maafkan Oom ya, Lex!, kehadiran
Oom semakin memperparah
kepribadian Alex, tapi Oom Awang
harap Alex mau berusaha, cobalah
untuk mencintai seorang gadis. Kalau
Alex Masih ingin jadi keponakanku,
maka tidak ada alasan lagi bagi Alex
untuk tidak berusaha dan mencobanya,
Oom yakin banyak gadis yang suka
sama Alex, Alex khan ganteng” Urai
Awang berusaha untuk bijaksana
”Sebaiknya kita tidak mengulangi hal
itu lagi“ tambah Awang lagi “Oom
saying Alex, dan Alex boleh memiliki
hatiku, tapi tidak tubuhku!. Maaf Lex,
aku laki laki normal” DEGGGHH…!, AKU
TERSINGGUNG tersinggung dengan
kalimat kalimat Awang. Kalau tadinya
aku dipenuhi oleh perasaan cinta kasih
dan rela mau membahagiakan dirinya,
tapi aku tak terima saat Awang bilang
bahwa dia tidak ingin meneruskan
hubungannya denganku. AKU TIDAK
RELA!, aku harus melakukan apa saja
untuk mengusai dia!. Mendadak setan
mempengaruhi jalan pikiranku dengan
kemarahan. Aku kecewa karena
Awang tetap memilih RENNY, pacar
CEWEKNYA. AKU MENCARI SIASAT…!,
lalu membujuk:
“Baik Oom, aku tidak akan
mengganggu Oom Awang lagi, tapi
TERAKHIR KALINYA, aku inginbercinta
dengan Oom Awang sebagai KENANG
KENANGAN yang akan kubawa seumur
hidupku” rayuku untuk MENJEBAK dia.
Aku terus merayu, merajuk dan
membujuk sambil terus meraba dan
mencumbu Awang. Kuciumi mulutnya
yang tipis dan merah merekah,
hidungnya yang mancung, pipinya
yang mulus, dan bagian bawah hidung
yang kasar bekas cukuran kumis, aku
sangat terangsang dengan permainan
ini. Oooooh! sungguh nikmat
Kuperhatikan wajahnya yang cakep
dari bawah, ia tampak memejamkan
mata dan sesekali menelan ludah.
Mulutku melahap habis bibirnya yang
kenyal. Lama sekali kami dengan posisi
seperti ini. Aku pandangi sosok itu
lekat-lekat sampai beberapa kali aku
menelan ludah. Sekarang dengan
jelasnya kupandangi paha putih dan
kokoh yang ditumbuhi bulu-bulu halus
yang membuat aku semakin tak kuasa
menahan nafsu. Tubuh kekar dan
mulus kini ada dibawah tindihanku dan
siap kuberi kehangatan dan
kenikmatan yang tiada tara.
Rangsangan kenikmatan yang Awang
rasakan dari kelihaian cumbuanku
ternyata mampu membakar gairah dia
sampai berkobar kobar takterkendali
sehingga Dia tidak mampu
mengendalikan nafsu birahinya dan
mulai melupakan bahwa AKU ADALAH
KEPONAKAN DIA dan masih sama
sama berjenis kelamin lelaki. TERUS
TERANG!, walau pada usia 23 TAHUN,
aku berumur JAUH LEBIH MUDA dari
Awang yang berumur 29 TAHUN, tapi
soal permainan seks sejenis diatas
ranjang, aku sebenarnya LEBIH
BERPENGALAMAN dari Awang. Lagi
pula aku sebenarnya lagi kepingin
menyetubuhi Awang dengan cara
mensodomi dia lewat lubang duburnya,
Dan Awang sudah terlalu dikuasai oleh
nafsu. Sepasang pahaku yang yang
kukuh menggeser kedua kakiku
sampai terbuka lebar. Aku mulai
menjulurkan penisku yang sudah
tegang ke depan pintu anus dia.
Dengan pelan-pelan aku mulai
mendorong batang kelaminku untuk
kumasukkan kedalam lubang
duburnya. Awang mungin tak tega
melihat aku juga begitu dikuasai oleh
nafsu birahi, atau mungkin dia mulai
terangsang oleh kelihaian cumbuanku
yang sudah terlatih, sehingga lama
lama kurasakan pertahanan Dia jadi
melemah dan semakin jinak. Ketika
aku melihat Awang berbaring pasrah
dan membiarkan aku mendominasi
dirinya yang sedang bersemangat
merangsang gairahnya,dengan hati hati
aku berbisik ditelingannya: “Oom
Awang, aku menginginkan Oom
Awang sekali ini saja…., boleh ya
Oom?” tanyaku. Awalnya dia masih
ragu ragu, maka dia bersusaha
menolak aku:
”LEEXX, JANGAN LEEEXXX.
JANGAAAAAAANN…!. Tapi karena aku
terus memaksa, akhirnya dia cuma
diam tanda kepasrahan dia.
Tanpa membuang buang kesempatan
yang diberikan Awang aku segera
menindih dia dan segera aku tusukkan
penisku ke dalam lubang duburnya,
Mungkin entah tusukan penisku terlalu
cepat atau karena Awang lelaki
perawan yang tidak pernah disetubuhi
sesama lelaki, langsung saja dia
berteriak kecil, “Aduuuh…, Leeex…,
pelan-pelan…, Oom agak sakit niiih”,
katanya dengan wajah yang meringis
mungkin menahan rasa kesakitan.
Kuhentikan tusukan penisku di lubang
duburnya, “Maaf Oooom…, saya sudah
menyakiti Oom Awang…, maaf ya
Oom”. Wajah Awang terlihat pucat
pasi, “Tidak apa-apa Leeex…, Oom
cuma sakit sedikit saja kok, Oom rela
Leeex..”, sambil merangkulkan kedua
tangannya di pungungku.

www.ceritagay.uiwap.com
Terus terang!, aku sebenarnya merasa
bersalah telah menggiring Awang
sejauh itu untuk mencoba melakukan
proses persenggamaan sejati antara
sesama lelaki dengan cara mensodomi
dia. Tapi kepalang tanggung!, aku
sudah bertekad untuk mendapatkan
dirinya menjadi milikku!. “Oooom…,
saya mau Masukkan lagi yaa dan
tolong Oom bilang yaa…, kalau Oom
Awang merasa sakit”, sahutku. Tanpa
menunggu jawaban Dia segera saja
kutusukkan kembali penisku tetapi
sekarang kulakukan dengan lebih
pelan. Ketika kepala penisku sudah
menancap di lubang liang anusnya,
kulihat Dia sedikit meringis tetapi tidak
mengeluarkan keluhan, “Oooom…,
sakit.., yaa?”. Awang hanya
menggelengkan kepalanya sambil
kurasakan kedua tangan Awang
menekan punggungku. Aku segera
kembali menekan penisku di lubang
liang anusnya dan sedikit terasa kepala
penisku sudah bisa membuka lubang
lubang duburnya, tetapi kembali kulihat
wajah Awang meringis menahan sakit.
Karena Dia tidak mengeluh maka aku
teruskan saja tusukan penisku dan,
“Oooooommm…”. Penisku mulai
membongkar masuk ke liang lubang
duburnya diikuti dengan teriakan kecil,
“ADDUUUUHHH…, LEEXXXXX”, sambil
menengkeramkan kedua tangannya di
punggungku dan tentu saja gerakan
penisku Masuk ke dalam liang anusnya
segera kutahan agar tidakmenambah
sakit bagi Awang. “Oooom…, sakit
yaa..? maaf ya Oooom”. Awang hanya
menggelengkan kepalanya. “Enggak
kok…, Oom Awang hanya kaget sedikit
saja”, lalu mencium wajahku sambil
berucap kembali, “Leeex…, besar betul
punyamu itu”. Mataku bersinar dan aku
menggumam didalam hati: “TUNGGU
SAMPAI OOM MERASAKAN ENAKNYA
DITUSUK KONTOL YANG GEDE…., OOM
BAKALANKETAGIHAN…!!!” Perasaanku
saat itu campur aduk antara nafsu
birahi yang bergolak butuh
pelampiasan, tapi juga ada rasa
penasaran hebat ingin membuat Oom
Awang kecanduan oleh percintaan
sejenis dan kelihaian permainan
kontolku. Tekadku sudah bulat!, aku
harus membuat Oom Awang bertekuk
lutut kepadaku. Pelan-pelan kunaik-
turunkan pantatku sehingga penisku
yang terjepit di dalam liang anusnya
keluar masuk dan Awangpun
berdesah,”Ssshh…, oooh…, oooh…,…,
Leeex…, sakiiiiit…, Leeex”, erangnya tapi
dia tidak menyuruhku berhenti. Akupun
sudah mulai merasakan enaknya
lubang duburnya Awang dan kusahut
desahannya dan mulai memangil dia
“MAMA” untuk MENEGASKAN POSISIKU
SEBAGAI PIHAK LAKI-LAKI, DAN DIA
SEBAGAI PIHAK WANITA.
“MAMAAAA……, AAAHHH…, LOBANG
MAMA NIKMAAAT, MAAMAAAA”, sambil
kuciumi pipinya. Makin lama gerakanku
semakin cepat dan diapun semakin
sering mendesah, “Aah…, Leeex…,
ooh…,…, Leeex”.
Ketika sedangnikmat-enaknya
menggerakkan penisku keluar Masuk
lubang duburnya, Awang menjerit
kesakitan. Aku tersentak kaget,
“Mamaaaaa……, kenapa? apa Mama
capeeek?”, Awang hanya
menggelengkan kepalanya saja, sambil
mencium leherku, dia berucap, “Leeex…,
coba hentikan gerakanmu itu
sebentar”. “Ada apa Maaaa…”, sahutku
sambil menghentikan goyangan
pantatku naik turun. ”Aku sakit Lex,
periiiiih rasanyaaa……“ erangnya
kesakitan. Setelah memberi waktu
berisitirahat 1-2 menit, aku mulai
bergerak lagi. Tanpa bertanya, lalu
badan Awang kumiringkan ke
hadapanku dan kaki kirinya kuangkat
serta kuletakkan di pundakku,
sedangkan Dia hanya mengikuti saja
apa yang kulakukan itu. Dengan posisi
seperti ini, segera saja kutusukkan
kembali penisku masuk ke dalam
lubang dubur Dia tanpa kesulitan.
Ketika seluruh batang penisku sudak
Masuk semua ke dalam liang anusnya,
segera saja kutekan badanku kuat-
kuat ke badan Awang sehingga dia
mulai berteriak kecil, “Leeex…,
aduuuh…, punyamu masuk terlalu
dalam sekali…, Leeex…, aduuuh…,
teruuus sayaang…, aah”,
dan aku meneruskan gerakan keluar
masuk penisku dengan kuat. Setiap
kali penisku kutekan dengan kuat ke
dalam liang anus Awang, dia terus saja
mengerang, “Ooohh…, aahh…, Leeex…,
sakiiiit…, , sakiiit Leeex jangan terlalu
kuaat “. Tapi tidak kuduga tiba-tiba
terasa penisku seperti tersedot dan
terhisap di dalam liang anus Awang,
sehingga tanpa sadar aku mengatakan,
“Maaah…….., aduuuh…, enaak…,
Maaah…….., teruus Maaah, oooh…,
nikmat Maaah…..”, dan tanpa sadar,
aku kembali menggerakkan penisku
keluar Masuk dengan cepat dan
astaga!, seperti tak sadar, Awangpun
ternyata mulai menggoyangkan
pantatnya. Dalam keadaan terbakar
oleh nafsu birahi, Awang tak sadar
mulai menggeliat geliat kenikmatan
“Ooooh…, aah…, Alex……,enaak
Leeexx…”, dan nafasnya semakin cepat
dan tidak terkontrol lagi. Nah!, rupanya
Awang MULAI MERASAKAN ENAKNYA
batang kontol sesama lelaki yang
menggaruk garuk ke PROSTAR didalam
lubang duburnya. Rasain tuh…!
Mengetahui nafas Awang serta
goyangan pantat Dia sudah tidak
terkontrol lagi, aku tidak ingin Awang
cepat-cepat mencapai klimaks, lalu
segera saja kuhentikan gerakan
pantatku dan kucabut penisku dari
dalam liang anusnya yang
menyebabkan Awang protes,
“Kenapa…, Leeexx……, kok berhenti?”,
tapi protes Dia tidak kutanggapi dan
aku segera melepaskan diri dari
pelukannya lalu bangun. Kulihat Awang
hanya diam saja tanpa protes lagi dan
lalu kukatakan pada Awang,
“Maaah…….., coba Mama Awang
tengkurap dan nungging”, kataku
sambil kubantu membalikkan badan
dan mengatur kaki Awang sewaktu
nungging, “Aduuh…, Alex……, kamu kok
macem-macem sih”, komentar Dia.
Aku tidak menanggapi komentarnya
dan tanpa kuberi aba-aba penisku
kutusukkan langsung Masuk ke dalam
lubang dubur Awang serta kutekan
kuat-kuat dengan memegang
pinggangnya sehingga dia berteriak,
“Aduuuh Leeexx…, oooh”,. Tapi tanpa
kupedulikan teriakan Awang, langsung
saja kukocok penisku keluar Masuk
liang anusnya dengan cepat dan kuat
hingga membuat badan Dia tergetar
ketika sodokanku menyentuh
tubuhnya dan setiap kali kudengar
Awang berteriak, “Ooooh…, oooh…,
Leeexx…”, dan tidak lama kemudian dia
mengeluh lagi, “Aleeexx……, Aku capek
Leeexx……, sudaah Leeexx……, Akuuu
capeeek”, dan tanpa kuduga Awang
lalu menjatuhkan dirinya tertidur
tengkurap dengan nafasnya yang
terengah-engah, sehingga mau tak
mau penisku jadi keluar dari liang
anusnya. Tanpa mempedulikan kata-
katanya, segera saja kubalik lagi
badan Awang yang jatuh tengkurap.
Aku tidak mau melepaskan mangsaku
saat ini…!. Sekarang dia sudah tidur
telentang lagi, kuangkat kedua kakinya
lalu kuletakkan di atas kedua bahuku.
Dia yang kulihat sudah tidak bertenaga
itu hanya mengikuti saja apa yang
kuperbuat. Segera saja kumasukkan
penisku dengan mudah ke dalam
lubang dubur Awang yang memang
sudah jebol akibat kebengisan tikaman
kontolku, kutekan dan kutarik kuat
sehingga nafasnya terdengar sangat
cepat, “Alex……, jangaan…, kuat-kuat
Leeexx……, badan Aku sakit semua”,
sambil memegang kedua tanganku
yang kuletakkan di samping badannya
untuk menahan badanku. Mendengar
kata-kata Awang, aku menjadi
tersadar dan teringat kalau tubuh yang
sedang kugarap ini adalah Pamanku
sendiri dan segera saja kehentikan
gerakan penisku keluar Masuk liang
anusnya serta kuturunkan kedua kaki
dia dari bahuku dan langsung saja
kupeluk badan Dia serta kuucapkan,
“Maaf…, Maaah…….., kalau saya
menyakiti Mama, saya akan mencoba
untuk pelan-pelan”. Tapi dia segera
saja berucap, “Alex… nggak apa-apa
Pah, tapi Aku rela kok, aku relaaaaa,
ayoo…, Alex… mainkan lagi punyamu
agar aku bisa merasa puaas”. “Iyaa…,
Maaah…….., saya akan coba lagi”,
sahutku sambil kembali kunaik-
turunkan pantatku sehingga penisku
keluar masuk liang anus Awang dan
kali ini aku lakukan dengan hati-hati
agar tidak menyakiti badan dia, dan
Awangpun sekarang sudah mulai
menggoyangkan pantatnya serta
sesekali mempermainkan otot-otot di
liang anusnya, sehingga kadang-
kadang terasa penisku terasa tertahan
sewaktu memasuki liang lubang
duburnya. Ketika aku menjilat dan
menggigiti puting tetek di dada bidang
Awang yang sudah mengeras itu, Dia
semakin mempercepat
goyanganpinggulnya dan terdengar
desahannya yang agak keras diantara
nafasnya yang sudah mulai memburu,
“Oooohh…, aahh…, Leeexx……, teruuus…,
oooh”, seraya meremas-remas
rambutku lebih keras. Akupun ikut
mempercepat keluar Masuknya
penisku di dalam lubang duburnya.
Sepanjang malam itu aku terus
menyetubuhi Awang untuk
melampiaskan nafsu birahiku dan
untuk membahagiakan Awang dalam
permainan cinta sejenis yang belum
pernah dia rasakan seumur hidupnya.
Goyangan pinggul Awangpun semakin
cepat dan sepertinya sudah tidak bisa
mengontrol dirinya lagi. Disertai
nafasnya yang semakin terengah-
engah dan kedua tangannya
dirangkulkan ke punggungku kuat-
kuat, Awang mengatakan dengan
terbata-bata, “Paaah……, aduuuh…,
Akuuuu…, sudaah…, oooh…, mauuu
kelluaar”. EHHH…, Dalam keadaan
terbakar oleh nafsu birahi, Awang
ternyata tak sadar mulai memanggilku
dengan sebutan “PAPA “. Tidak
mungkin seorang laki laki normal yang
sedang disodomi, akan memanggil aku
sebagai “PAPA” kalau dia tidak
menikmati permainan cintaku. Kurasa
Awang sudah merasakan enaknya
disetubuhi oleh aku dan bisa
menikmati entotan kontol sesama
lelaki!!. Aku sulit bernafas karena
punggungku dipeluk dan
dicengkeramnya dengan kuat dan
kemudian air mani Awang memancar
deras keluar membasahi dada dan
perutnya sampai basah semua. Lalu dia
menjadi terdiam, hanya nafasnya saja
yang kudengar terengah-engah dengan
keras dan genjotan penisku keluar
Masuk liang anusnya. Untuk sementara
aku hentikan untuk memberikan
kesempatan pada Awang menikmati
klimaks kepuasan sambil kuciumi
wajahnya, “BAGAIMANA…,
MAAAAHH…..?, MUDAH MUDAHAN
MAMA CUKUP PUAS”. Awang tetap
Masih menutup matanya dan tidak
segera menjawab pertanyaanku, yang
pasti nafas dia masih memburu tetapi
sudah mulai berkurang dibanding
sebelumnya. Karena Dia Masih diam,
aku menjadi sangat kasihan dan
kusambung pertanyaanku tadi di dekat
telinganya, “Maaah…….., saya tahu
Mama pasti capek sekali, lebih baik
Mama istirahat dulu saja.., yaa?”,
seraya aku mulai mengangkat
pantatku agar penisku bisa keluar dari
liang anus Dia. Tetapi baru saja
pantatku ingin kuangkat, ternyata
Awang cepat-cepat mencengkeram
pinggulku dengan kedua tangannya
dan sambil membuka matanya,
memandang ke wajahku, “Jangaan
Papa……, jangan dilepas punyamu itu,
diam saja karena ingin melepaskan
lelah sambil menikmati punya Papa
yang besar itu mengganjal di tempat
akuuuu, jangaan dicabut dulu…, yaa…,
sayaang”, terus dia kembali menutup
matanya. Mendengar permintaan
Awang itu, aku tidak jadi mencabut
penisku dari dalam liang anus dia dan
kembali kujatuhkan badanku pelan-
pelan di atas badan Dia yang nafasnya
sekarang sudah kelihatan mulai agak
teratur, sambil kukatakan, “Tidaak…,
Maaah…….., saya tidak akan
mencabutnya, saya juga Masih
kepingin terus seperti ini”, sambil
kurangkul leher Awang dengan tangan
kananku. Dia hanya diam saja dengan
pernyataanku itu, tetapi Oom Awang
mungkin kasihan juga karena aku
belum mencapai klimaks kepuasan
sehingga, tiba-tiba!, aaaakkkkhhhh….
penisku yang sejak tadi kudiamkan di
dalam lubang duburnya terasa seperti
dijepit dan tersedot lubang dubur
Awang, dan tanpa sadar aku
mengaduh, “Aduuuh…, oooh…,
Maaah…..”. “Kenapa…, sayaang…, enaak
yaa?”, sahut Awang sambil mencium
bibirku dengan lembut. Dan sambil
kucium hidungnya kukatakan,
“Maaah…….., enaak sekaliii”, dan seperti
tadi, sewaktu Dia mula-mula menjepit
dan menyedot penisku dengan liang
anusnya, secara tidak sengaja aku
mulai menggerakkan lagi penisku
keluar Masuk liang anusnya dan
Awangpun kembali mendesah,
“Ooooh…, aah…, Papa……, teruuus…,
Paaah……, aduuuh…, enaak sekali”.
Semakin lama gerakan pinggul Awang
semakin cepat dan kembali kudengar
nafasnya semakin lama semakin
memburu. Gerakan pinggul Dia
kuimbangi dengan mempercepat
kocokan penisku keluar Masuk liang
anusnya. Setelah belasan menit
menggempur, aku sepertinya sudah
tidak kuat untuk menahan agar air
maniku tetap tidak keluar, “Maaah……..,
sebentar lagi…, sayaa…, sudaah…, mau
keluaar”, sambil kupercepat penisku
keluar masuk lubang duburnya dan
mungkin karena mendengar aku sudah
mendekati klimaks, Awangpun
semakin mempercepat gerakan
pinggulnya serta mempererat
cengkeraman tangannya di
punggungku seraya berkata,
“Papa……, teruuuss…, Paaah……,
Akuuuu…, jugaa…, sudah dekat,
ooohh…, ayooo Paaah……, semprooot
Akuu dengan airmuu…,sekaraang”.
“Iyaa…, Maaah…….., tahaan”, sambil
kutekan pantatku kuat-kuat dan
“Jebrott..!, jebrott..!, jebrott…!” air
maniku muntah berhamburan
membanjiri saluran anus dia lalu
kutekan penisku dalam-dalam ke liang
anus dia untuk memastikan bahwa
benih benih keturunanku tertanam
jauh kedalam tubuh Pamanku. .
Setelah nafas kami berdua agak
teratur, lalu kucabut penisku dari dalam
lubang dubur Awang dan kujatuhkan
badanku serta kutarik kepala Dia dan
kuletakkan di dadaku.Setelah nafasku
mulai teratur kembali dan kuperhatikan
nafas Awangpun begitu, lalu kami
tertidur pulas berdua dengan perasaan
puas dan Masih dalam keadaaan
telanjang bulat. 1 jam lebih aku
menggiring Awang dalam samudra
percintaan sejenis yang panas dan liar,
yang baru pertama kali dia rasakan
seumur hidupnya. Diam diam aku
berharap ukuran batang kontolku dan
kejantanan permainanku berhasil
membangkitkan naluri gay didalamdiri
Awang. (—– garis pembatas —–) Esok
paginya aku terbangung dan
mendapati Awang tidak ada
disampingku karena dia sudah
terbangun lebih dahulu dan saat itu
diasedang mandi. Perasaanku
bercampur aduk antara bahagia dan
menyesal. Bahagia karena aku berhasil
menaklukkan seorang laki laki straight
seperti Awang dan mereguk
kenikmatan dari tubuhnya. Tapi aku
juga menyesal karena telah merengut
keperawanan Pamanku dan
mencemari kesucian dirinya dengan
noda noda air mani yang kutanamkan
kedalam tubuhnya. Aku tidak tahu
apakah Awang menyesal atau
membenci aku gara gara perbuatanku.
Dan ketika Dia keluar dari kamar
mandi, kulihat matanya yang sayu
seperti penuh kesedihan. Aku siap
menghadapi resiko apapun seandainya
Awang marah dan membenciku
karena kelancangan perbuatanku, tapi
astaga!, tanpa kuduga dia langsung
mendekatiku di tempat tidur, lalu dia
berbaring disampingku dan berlindung
diatas dada bidangku dan berbisik..
“PAPA SAYANG……“, lalu dia
menyusupkan wajahnya kedalam
ketiakku. HHMMMM…, aku tersenyum
kecil penuh kemenangan melihat
Awang yang begitu tak berdaya dan
pasrah karena melihat gelagat
sikapnya aku tahu persis bahwa dia
sudah menyerah!. Setelah satu kali
merasakan keperkasaan batang kontol
yang kumiliki dan tahu enaknya
disetubuhi oleh sesama lelaki,
Pamanku rupanya langsung takluk
sampai bertekuk lutut. Aku tak takut
lagi kalau Oom Awang mau
meneruskan hubungannya dengan
RENNY pacarnya…., tokh, aku tahu
Oom Awang sekarang sudah jadi
MILIKKU!. Sekarang aku bukan cuman
memiliki hati Awang, tapi aku juga
sudah mengusai tubuh dan raganya
sekaligus!, Ooh sayangku Awang…!.
TAMAT,,,,,,,,,,,,,,,