CERITA SEX GAY,,,,,,,,
Budi adalah anak yang baik, seperti yang sering kita pelajari sewaktu SD kelas 1. Kedua orangtuanya baru saja memesan kasur tapi harus segera keluar untuk menjenguk teman mereka yang sakit. Maka Budi ditinggal menjaga rumah seorang diri. Budi senang sekali ditinggal pergi seorang diri; bebas melakukan apapun. Umurnya sudah hampir 20th; tegap berisi; tampan; putih mulus; Chinese; straight. Buru-buru, dia menelanjangi dirinya dan segera menyetel film porno kesukaannya. Begitu adegan seks dimulai, Budi langsung mengocok kontolnya.
“Aahh.. Oohh.. Aahh.. Yyeaahh..” Duduk bermalasan di depan TV, mata Budi seakan melekat dengan adegan erotis yang sedang ditayangkan. Air liurnya hampir menetes keluar saat dia membayangkan betapa nikmatnya jika dia ikut bermain dalam film porno itu. Kontolnya yang sudah menegang mulai meneteskan precum. Cairan itu mengalir menuruni batang kontolnya.
“Oohh.. Aahh..” Tak pernah terpikir olehnya kalau hidupnya akan berubah sebentar lagi.
“Ding dong!” bunyi bel pintu.
Budi teringat dengan kasur pesanan orangtuanya. Maka bersungut-sungutlah dia sambil menyambar sehelai handuk untuk menutupi kontolnya. Film porno heteroseksual yang sedang diputar di dalam kamarnya dibiarkan menyala. Karena terburu-buru, dia lupa menutup pintu kamarnya. Dasar ceroboh! Kecerobohannya itu akan dibayarnya dengan sangat mahal!
Dua orang pria berdiri di depan pintu rumah Budi, memegangi sebuah kasur baru berplastik. Budi langsung mempersilahkan mereka masuk. Tanpa disadarinya, kedua pria pribumi itu terus-menerus menatap tonjolan kontolnya di balik handuk. Salah satu di antara mereka, Hadi, malah menjilati bibirnya; membayangkan nikmatnya menelan kontol itu.
“Kasurnya mau ditaruh di mana, Bos?” tanya Hadi, tersenyum mesum pada Budi.
Budi menunjukkan letak kamar orangtuanya lalu bergegas ke dapur karena Toni, teman Hadi, minta diambilkan segelas air putih. Maka Hadi dan Toni pun melaksanakan tugas mereka. Setelah kasur baru itu sudah terpasang, mereka berdua pun meninggalkan kamar orangtua Hadi. Kebetulan, mereka melewati kamar Budi. Penasaran mendengar suara desahan orang yang sedang ngeseks, mereka mengintip dan melihat video porno heteroseksual yang sedang diputar. Kontan keduanya ngaceng berat. Bukan karena cewek bugil dalam video, tapi karena kedua pria bejat itu sibuk membayangkan Budi sedang coli sambil nonton film itu. Hadi dan Toni saling menukar senyum. Mereka mempunyai satu pikiran sama: menghomoi Budi.
Hadi dan Toni memang sering homoan. Hadi selalu mengambil peran top sedangkan Toni lebih fleksibel, bisa top dan juga bottom. Ke mana Hadi pergi, di situ ada Toni. Di tempat kerja mereka, Hadi dikenal sebagai sang pengentot yang tak terkalahkan. Dia sanggup mengentot selama berjam-jam. Semua pegawai di sana sudah merasakan kehebatan kontolnya. Sebagai seorang petualang homoseksual, Hadi selalu berusaha mencari korban baru untuk dingentot. Toni hanya kedapatan sisanya saja setelah Hadi puas mengentot korbannya. Biasanya, korban-korban baru didapatnya di jalanan. Tapi kali ini, korban barunya adalah Budi. Dan kebetulan sekali, Budi akan menjadi cowok Chinese pertama yang dingentot Hadi dan Toni.
“Bagaimana kasurnya? Sudah selesai dipasang?” tanya Budi, kelihatan gelisah menutupi kontolnya.
Dia hanya berdiri di pojok ruang tamu sambil memperhatikan Hadi dan Toni duduk menikmati air putih. Hadi duduk di sofa yang menghadap ke arah Budi, sementara Toni duduk di sofa yang membelakangi Budi.
“Sudah, Bos,” sahut Hadi, kembali tersenyum mesum.
Dengan nakal, dia mengerdipkan sebelah matanya pada Budi. Tentu saja Budi terkejut. Baru pertama kali itu, seorang pria bermain mata dengannya! Secara naluriah, Budi takut. Tapi dia meyakinkan dirinya bahwa mungkin dia hanya salah lihat.
“Aahh.. Panas sekali di sini,” keluh Toni, pura-pura mencari alasan. Dengan cueknya, pria itu melepas kemejanya.
Budi keheranan melihat kemeja Toni yang masih 100% kering. Toni sendiri sama sekali tak terlihat sedang kepanasan. Budi langsung mencium gelagat tak baik dari mereka berdua. Berhubung sofa yang diduduki Toni itu membelakangi Budi, Budi tak dapat melihat tangan Toni yang sibuk mengurut-ngurut tonjolan kontolnya.
Tiba-tiba Hadi bangkit dan berjalan ke arah Budi. Toni yang sudah bertelanjang dada mengikutinya. Budi tentu saja panik tapi dia berusaha tenang. Kini mereka bertiga berdiri berhadap-hadapan, terpisah beberapa sentimeter satu sama lain. Jantung Budi berdetak kencang, tak tahu harus berbuat apa. Tatapan mereka berdua sangat mengganggu Budi, kelihatan sekali bahwa mereka berdua bukan orang baik-baik. Mereka pemerkosa homoseksual!!
“Kalian mau apa?” tanya Budi, agak ketakutan; dia terpojok.
Tanpa diduga-duga, Hadi dan Toni langsung menerjang pemuda Chinese itu. Budi tak berdaya, diserang dua pria bertubuh tegap. Dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap..
“Ayo, bantu gue seret dia ke kamarnya. Kita ngentotin dia,” usul Hadi sambil menyeret tubuh Budi. Toni tentu saja langsung membantu dengan senang hati. Di tengah jalan, handuk Budi tersingkap dan terlepas. Hadi dan Toni makin bernafsu melihat kontol Budi yang tak bersunat dalam keadaan setengah tegang. Kulupnya setengah menutupi kepala kontolnya. Nampak jelas, cairan precum menghiasi kepala kontol Budi yang kemerahan.
“Hadi, cowok Cina ini seksi sekali yach? Kulitnya putih mulus dan wajahnya sangat Asia. Gue paling suka ama cowok Cina. Gak nyangka, kesampean juga keinginan gue buat merkosa cowok Cina,” komentar Toni. Kontol Toni mulai terasa sesak di dalam celana panjangnya, menuntut untuk dikeluarkan.
“Betul, Toni. Cowok Cina memang yang terbaik. Lihat saja kulitnya, kayak porcelin. Tapi badannya lumayan berisi. Gue pasti bakal ketagihan ama ini cowok,” tambah Hadi, kembali menjlati bibirnya. Terbayang bagaimana nikmatnya menyodomi anus Budi yang masih ketat itu.
“Hhoohh..” desah Hadi, tertawa mesum.
Maka sampailah mereka di dalam kamar Budi. Film bf straight yang diputar Budi tadi sudah selesai masa putarnya. Budi yang kini sudah telanjang bulat dinaikkan ke atas ranjang dalam keadaan telungkup. Sementara Hadi menelanjangi dirinya, Toni mempersiapkan Budi. Beberapa bantal ditaruh di perut Budi sehingga pemuda ganteng itu nugging, mempersembahkan pantat perjakanya. Toni juga tak lupa mengikat tangan dan kaki Budi dengan tali yang Toni ambil di mobil kerja mereka. Tak tahan melihat pemandangan yang indah itu, Toni segera melepas celana panjangnya dan berbugil ria.
“Ton, sedot kontol gue dulu. Gue pengen ngentotin anak itu segera,” perintah Hadi, menunjuk kontolnya yang ngaceng.
Toni tak menolak. Dari dulu, dia memang suka nyedotin kontol temannya itu. Bersimpuh di depan Hadi, Toni segera mengeluarkan jurus-jurus ampuhnya. Lidahnya menari-nari dengan lincah di kontol Hadi, menyapu setiap centi permukaan kontol itu. Kontol Hadi sendiri lumayan besar, bersunat. Yang paling seksi adalah lubang kontolnya. Lubang itu selalu saja menganga sedikit, seakan menggoda untuk disedot. Bernafsu, Toni memainkan lubang kontol Hadi dengan lidahnya. Hadi hanya merem-melek sambil meracau betapa nikmatnya lidah Toni “menyiksa” lubang kontolnya itu. Bagi yang tidak biasa, lubang kontol akan terasa amat menyakitkan jika dimainkan. Tapi Hadi sudah terbiasa dan malah dia amat menyukainya.
SLURP! SLURP! Begitu bunyi lidah Toni yang tak henti-hentinya menjilati kontol Hadi. Puas menjilat, Toni kini siap menyedot kontol yang lezat itu. Seperti vacum cleaner, Toni menyedot isi kontol Hadi. SLURP! SLURP! Hadi hanya bisa..
“Aarrgghh.. Oohh.. Aahh.. Oohh..” Sambil memegangi kepala temannya itu, Hadi menyodok-nyodokkan kontolnya ke dalam mulut Toni sedalam-dalamnya.
“Aarrgghh.. Oohh yeaah.. Sedot kontol gue, Ton.. Aahh.. Yyaa.. Jilatin kontol gue.. Aahh.. Loe suka kan? Aahh..” Tiba-tiba Hadi mendorong Toni seraya berkata,” Udahan dulu. Kalo diterusin, gue bisa game over duluan.”
Toni lalu berdiri di tepi ranjang Budi seraya sibuk mengocok kontolnya sendiri. Dia memang tak berharap Hadi mau membalas sedotannya. Hadi itu 100% top alias pria gay yang hanya suka diservis, tapi tak mau menyervis orang. Melihat Hadi sudah mengambil ancang-ancang untuk mengentotin Budi, Toni makin bergairah. Precum sudah menetes-netes keluar dari lubang kontolnya, jatuh ke atas ranjang.
“Aahh..” erangnya saat dia mengocok-ngocok kontolnya, melumuri kepala kontolnya dengan precum. Agar lebih terangsang, Toni membelai-belai wajah dan punngung Budi.
“Oohh.. Oohh..” desah Toni, membayangkan enaknya mengentotin Budi. Toni memang selalu suka dengan cowok Chinese yang putih mulus tapi berbadan seksi.
“Aahh.. Loe milik gue sekarang,” celoteh Hadi, penuh kemenangan saat mensejajarkan kepala kontolnya dengan lubang anus Budi. Lalu lubang itu ditekannya kuat-kuat dengan kontolnya sampai amblas.
“Aarrgghh!!” jerit Hadi, kesakitan.
Maklum, mengentotin lubang perjaka jauh lebih susah karena lubang itu begitu sempit. Selama beberapa menit, Hadi berjuang untuk mendorong kontolnya masuk sedikit demi sedikit. Rasa sakit bercampur nikmat tergambar jelas di wajahnya yang tampan. PLOP! Masuk juga akhirnya. Budi tak bersuara sedikit pun, masih pingsan. Hadi memejamkan matanya, menikmati hangatnya liang anus Budi.
“Oohh.. Enak banget.. Lobang pantat perjaka.. Aahh.. Cowok Cina lagi.. Aduh enaknya..”
Dengan tubuh yang mulai bersimbah keringat, Hadi menggenjot badan Budi. Pemuda Chinese yang tak berdaya itu sama sekali tak sadar bahwa dirinya sedang dipakai oleh pria lain.
“Aarrgghh.. Aarrgghh.. Enak banget.. Oohh.. Sempit sekali lobangnya.. Aargghh.. Aahh..”
Hadi mengentotin Budi dengan penuh semangat seperti pejuang ’45. Ritme ngentotnya cepat dan bertenaga sehingga tubuh Budi terguncang-guncang. Dari semua cowok yang pernah dingentotin Hadi, Budi-lah yang paling memuaskan.
Toni yang hanya kebagian menonton saja ingin berperan lebih aktif. Maka dia pun ikut naik ke atas ranjang dan menggerayangi badan Budi yang bugil dan telentang itu.
“Aahh..” desah Toni saat pemuda itu menjilat-jilat punggung Budi yang keras berotot itu.
Semakin lama Toni berpesta di atas tubuh Budi, semakin liar Toni jadinya. Tanpa malu, Toni menjilati, menghisap, dan menggigit punggung Budi. Toni paling suka tubuh atletis seperti milik Budi; terkesan jantan dan macho. Dada Toni sendiri lumayan, mengingat dia sering melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan banyak tenaga. Akibat sikap liar Toni, tanda-tanda kemerahan bermunculan di badan Budi; biasa disebut cupang. Hadi tidak peduli apa yang dilakukan temannya itu; dia terus saja sibuk menyodomi Budi.
Meskipun sedang pingsan, Budi terlihat seperti orang yang sedang bermimpi. Mungkin kesadarannya mulai kembali, hanya saja belum sepenuhnya. Budi mulai menggerak-gerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan sambil mengerang pelan. Samar-samar, Budi dapat merasakan rasa sakit bercampur nikmat, tapi dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kontol Budi yang tak bersunat ngaceng dengan sendirinya akibat desakan kontol hadi yang menghajar prostat Budi terus-menerus.
Terjepit di atas ranjang, kontol itu mengembang dan memanjang; kepala kontol merekah keluar dari kulupnya. Sebutir cairan precum yang berkilauan muncul dari lubang kencing Budi. Seiring dengan sodokan kontol Hadi, Budi semakin banyak mengalirkan precum.
Secara biologis dan fisiologis, prostat pria adalah G-spot atau titik kenikmatan. Biarpun pria itu straight atau gay, kontolnya pasti akan terangsang dan mengalirkan precum jika prostatnya dirangsang. Hal yang sama terjadi pada Budi. Pelan-pelan, Budi mulai sadar. Guncangan-guncangan keras membuat kepalanya pusing dan berputar-putar. Rasa sakit di bibir anusnya menambah kebingungannya. Saat dia akan menggerakkan tubuhnya, dia kaget karena tangan dan kakinya terikat.
“Lepaskan saya!” teriaknya panik ketika sadar bahwa dia sedang dingentotin oleh sesama pria. Sekuat tenaga, Budi meronta-ronta tapi percuma.
“Aargghh.. Aargghh!! Sakit, Bang.. Aarrgghh.. Ampun.. Aarrgghh..” tangis Budi, bercampur keputus-asaan.
“Aarrgghh.. Tidak.. Jangan, Bang.. Aahh.. Ampun..”
“Tenangkan diri loe,” kata Toni, mempermainkan wajah Budi yang nampak ketakutan itu.
“Memang sakit tapi enak, kan? Jangan dilawan. Biarkan temanku menyodomi pantat loe dan memberi loe kepuasan. Biarkan kontolnya mengisi pantat loe dengan cairan kejantanannya.” Toni berusaha membujuk Budi untuk menurut dan pasrah. Sesekali, pemuda itu membelai-belai tubuh Budi, menenangkan perasaannya yang kacau-balau.
Sebagai pria straight yang macho, Budi merasa sangat terhina. Di ranjangnya sendiri, dia diperkosa secara homoseksual oleh pengantar kasur Habis sudah harga dirinya sebagai seorang pria sejati. Air mata kekalahan berlinang turun membasahi wajahnya. Isak tangisnya sedikit mengganggu Toni maka dia pun langsung mendaratkan sebuah ciuman maut pada bibir Budi. Dicium secara tiba-tiba, Budi tentu saja kaget. Nalurinya menyuruhnya untuk melepaskan diri dari ciuman yang najis itu namun apa daya sebab tenaga Toni jauh lebih besar. Lidah Toni menyeruak masuk dan air liurnya tumpah ke dalam mulut Budi. Budi bisa saja menutup bibirnya rapat-rapat tapi rasa sakit akibat disodomi Hadi memaksanya untuk terus mengerang.
Sadar bahwa dirinya terjebak di antara dua pria homoseksual, Budi kemudian memasrahkan diri. Cowok ganteng itu pun berhenti berontak dan memaksa dirinya untuk menikmati apa yang sedang dia rasakan. Semula, hal itu terasa maha berat sebab Budi tak mempunyai nafsu homoseksual sedikit pun di dalam dirinya. Namun sodokan kontol Hadi yang terus mengenai prostatnya mulai membuatnya terlena dan terbius. Dia pun akhirnya larut ke dalam kenikmatan hubungan sejenis. Belum pernah Budi merasakan nikmatnya disodomi. Dan ternyata dia suka! Saat Toni melepaskan ciumannya, Toni tersentak mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Budi yang bergetar.
“Aarrgghh.. Fuck me! Oohh.. Ngentot yang kencang.. Aarrgghh.. Gue mau kontol loe.. Aargghh.. Ayo, ngentot yang dalam.. Aarrggh.. Tunjukkan kejantanan loe.. Aarrgghh..”
Hadi yang belum bosan bersetubuh dengan Budi juga tercengang keheranan.
“Hhohh.. Aarrgghh.. Gile, nih.. Aarrgghh.. Cowok ini doyan kontol juga.. Aarrgghh.. Oke deh.. Gue bakal ngentotin loe.. Uugghh.. Sampe loe menjerit minta ampun.. Aarrgghh..” Dengan itu, pria bejat itu pun makin keras menggenjot Budi. Keringat sudah membasahi sekujur tubuh Hadi yang atletis dan membuatnya mengkilap. Suasana panas yang erotis begitu terasa di dalam kamar Budi itu. Aroma keringat lelaki, bau kontol, dan precum menyengat dari tubuh mereka bertiga.
“Aahh.. Fuck you! Oohh.. Ngentot! Aahh.. Rasakan kontol gue.. Oohh.. Mampus loe! Aarrggh..” Kontol Hadi dengan brutal mengenai prostat milik Budi. Tak terelakkan, kontol Budi mengeluarkan precum terus-menerus. Pemuda Chinese itu mengerang dan mendesah.
Toni tak mau ditinggal sendirian; dia pun mau larut dalam kesenangan itu. Maka dia pun mendekat dan berlutut di samping Budi, kemudian kontolnya didekatkan ke mulut pemuda Chinese itu.
“Isepin donk. Udah horny berat, nih,” minta Toni, membelai-belai rambut Budi.
Awalnya Budi menolak, tapi dia penasaran juga. Meskipun menelan kontol nampak menjijikan, tapi dia ingin merasakannya dulu. Maka dengan patuh, Budi membuka mulutnya lebar-lebar.
“Anak pintar,” puji Toni seraya mendorong kontolnya masuk ke dalam.
Begitu kontol Toni yang belepotan precum itu menyentuh lidah Budi, Budi merasa mual dan ingin muntah. Tapi kedua tangannya terikat dan dia tak berdaya untuk mengeluarkan kontol itu dari mulutnya. Toni terus saja mendorong-dorong kontolnya dalam gerakan ngentot. Budi, mau tak mau, harus menerimanya. Cairan precum kembali bocor dari lubang kontol Toni, meluncur turun ke lidah Budi. Rasanya agak asin dan terasa licin di lidah. Pelan tapi pasti, Budi mulai terbiasa dengan rasa precum. Dan malah sekarang dia ketagihan.
Satu-satunya cara agar precum bisa mengalir keluar adalah saat kontol terangsang. Oleh karena itu, Budi berusaha sekuatnya untuk merangsang kontol Toni. Dengan berbagai cara, Budi menjilati seluruh bagian dari kontol itu. Untuk menambah sensasi nikmat, Budi juga tak lupa menyedot kepala kontol itu agar pejuh bisa tersedot keluar.
SLURP! SLURP! SLURP!
“Aahh.. Oohh.. Sedot terus, aahh..” desah Toni sambil memilin-milin putingnya sendiri.
Precum pun kembali mengalir dan Budi dengan rakus langsung menjilati habis. Mm.. Dijilat bersih tak bersisa. Bosan dengan posisi itu, Toni ingin berganti posisi. Kali ini, dia ingin berperan aktif sedangkan Budi bisa berdiam diri. Toni segera mengambil posisi doggy style dan memposisikan kontolnya yang ngaceng tepat di atas mulut Budi. Dengan menurunkan tubuhnya sedikit, kontol itu pun masuk ke dalam mulut Budi.
“Oohh.. Enaknya..” desah Toni, memejamkan matanya, saat mulut Budi kembali menyelimuti kontolnya.
Menganggap mulut Budi sebagai pantat, Toni mulai memompa dengan penuh semangat. Budi seringkali tersedak saat kontol Toni meluncur terlalu dalam. Namun, rasa nikmat disodomi Hadi dapat mengalihkan pikirannya. Hadi yang dari tadi masih merem-melek karena terhanyut kenikmatan menyodomi pantat perjaka tiba-tiba mulai meracau.
“Oohh.. Aahh.. Gue mau muncrat.. Oohh..” erang Hadi, tubuhnya basah dengan keringat.
Budi memandang dengan penuh nafsu saat tubuh Hadi yang agak atletis itu mulai mengejang-ngejang. Kontol Hadi yang bersarang di dalam anus Budi terasa menggembung dan kemudian dengan cepat memuntahkan lahar putih panas.
“Aarrgghh!!” teriak Hadi, sambil menghujamkan kontolnya dalam-dalam. Budi pun ikut berteriak karena prostatnya tertekan keras sekali. Siraman pejuh hangat Hadi terasa menyelimuti prostat Budi.
Ccrroot!! Ccrroot!! Ccrroott!! Tukang antar kasur itu terus-menerus melenguh sementara badannya terguncang hebat.
“Aarrggh!! Oohh!! Uuggh!! Aarrggh!! Oohh!!” Ketika tak ada lagi pejuh yang dapat disemprotkan, kontol Hadi pun melemas. Dengan desahan panjang, Hadi menarik kontolnya keluar.
“Aahh.. Enak banget.. Oohh..” racau Toni, makin antusias mengentot mulut Budi.
Sesekali kepala kontol Toni bersentuhan dengan gigi Budi, tapi Toni terus saja mengentot. Kontolnya bergerak keluar masuk dengan irama cepat. Budi hanya bisa mengerang tapi erangannya tertahan sodokan kontol Toni. Sementara kontolnya sendiri ngaceng berat, precum meleleh menuruni batang kontolnya. Namun, dengan tangan terikat, Budi tak dapat mencoli kontolnya.
“Aarggh!!”
Suara erangan Toni bertambah keras. Kurang dari sedetik kemudian, kepala kontol Toni membesar dan langsung menembakkan isinya. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Tubuh Toni juga bergetar hebat, kejang-kejang. Dari mulutnya keluar erangan-erangan nikmat.
“Aarggh!! Aarggh!! Oohh!! Uuggh!! Aargghh!!”
Budi tak mempunyai pilihan lain kecuali menelan semua pejuh yang tersemprot. Mm.. Nikmat sekali, mirip minum susu kental manis saja. Usai ngecret, Toni merobohkan tubuhnya di samping Budi. Napasnya terengah-engah, puas dengan orgasmenya.
“Enak kan?” tanya Hadi pada Toni, “Cowok Cina emang enak buat dingentotin.”
Pria itu masih saja mengurut-ngurut kontolnya, padahal dia sudah ngecret. Kontolnya yang masih belepotan pejuh perlahan mengeras kembali. Mata Budi terbelalak melihatnya, tak percaya akan kejantanan kontol Hadi.
“Mau gak ngentot bareng? Kita bisa ngentot pantatnya bersamaan.”
“Mau banget, Hadi,” jawab Toni, antusias. Seperti halnya Hadi, Toni juga mengurut kontolnya dan berusaha membuatnya bangkit kembali.
Tak kurang dari semenit, kedua pengantar kasur sudah siap bertempur kembali. Budi hanya bisa mendesah dengan penuh nafsu. Sensasi yang diberikan kontol Hadi tadi telah membuat Budi ketagihan. Membayangkan dua kontol menyodominya sekaligus malah membuat Budi makin terangsang. Merasa bahwa Budi takkan kabur, Hadi melepaskan tali pengikat tangan pemuda itu.
Pengantar kasur itu kemudian berbaring di atas ranjang Budi, sementara itu Budi disuruh untuk menduduki kontol Hadi. Budi yang sudah terangsang sekali sama sekali tak keberatan. Dia malah semakin bergairah karena merasa seolah-olah sedang bermain dalam sebuah film porno homoseksual. Pelan-pelan, pemuda Chinese itu memasukan kontol Hadi ke dalam pantatnya yang masih agak sedikit nyeri.
“Aahh..” desah Budi saat kepala kontol Hadi yang besar kembali membuka anusnya dan masuk ke dalam. Perut Budi kembali terasa penuh dan hangat. Kemudian, Toni mulai memasukkan kontolnya dari belakang. Budi membungkukkan badannya agar lubang anusnya terekspos.
“Masukin aja, Ton,” desak Hadi, yang sudah tak sabar lagi.
Kontol Toni mulai memaksa masuk. Mengambil posisi tepat di atas kontol Hadi, Toni mulai mendorong kontolnya. Pelan-pelan, anus Budi terbuka. Kesempatan itu segera dipakai Toni untuk menyelipkan kepala kontolnya. Memang tidak mudah, namun Toni pantang menyerah.
“Aarrgghh..” erang Budi, kesakitan bercampur nikmat. Anusnya terasa seakan sobek saat kepala kontol Toni masuk ke dalam duburnya.
“Oohh sakit, Bang.. Aargghh..” rintihnya, hampir menyerah. Keringat Budi yang sebesar biji jagung jatuh ke atas dada Hadi yang bidang. Namun akhirnya kontol Toni masuk sleuruhnya. Budi pun mendesah dengan lega.
“Hhoohh.. Hhoohh.. Oohh..”
“Gimana? Enak?” tanya Hadi, terlihat mesum. Sesekali wajahnya meringis, menahan nikmat yang dirasakan kontolnya. Tangan Hadi merajarela di atas tubuh Budi, meremas-remas dada, perut, dan punggungnya.
Budi hanya bisa mengangguk. Rasa sakit jelas tergambar di wajahnya yang tampan itu. Namun rasa sakit itu adalah rasa sakit yang nikmat karena ditimbulkan oleh dua kontol. Saat kedua pria itu mulai menggenjot pantat Budi, rasa sakit mulai berkobar. Budi meringis-ringis, menahan perih pada bibir anusnya. Meksipun kontol Hadi dan Toni belepotan pejuh, namun pejuh mereka tak cukup untuk melumasi pantat Budi.
“Aahh.. Aarrgghh.. Skait.. Oohh.. Uugghh..” Budi ingin melepaskan diri, tak tahan lagi, tapi badannya dipegangi Hadi. Pria itu tak memperbolehkan Budi untuk kabur.
“Tahan donk.. Oohh.. Enak kok nanti.. Aahh..” Rasa nikmat menguasai pikiran Hadi. Yang ada di benaknya sekarang hanyalah ngentot, ngentot, dan ngentot.
“Aarrgghh..” Sensasi yang timbul dari pergesekkan kontolnya dengan dinding usus Budi dan dengan kontol Toni melambungkan Hadi ke langit ketujuh. Nikmat sekali. Selain itu, lubang anus Budi pun terasa makin sempit karena disesakkan oleh kontol Toni. Pengantar kasur yang bejat itu melenguh-lenguh, penuh kenikmatan.
“Oohh.. Hhohh.. Uuhh..”
Toni pun merasakan hal yang sama. Posisinya memang agak sulit karena dia harus berdiri di tepi ranjang sambil mempertahankan posisi kontolnya di dalam pantat Budi. Tapi sensasi nikmat pada kontolnya membuatnya terlena.
“Aahh.. Aarrgghh.. Oohh..” Tangannya berpegangan pada pundak Budi, menahannya di tempat.
“Aahh.. Enak banget.. Oohh.. Ngentot loe! Aarrgghh.. Oohh..”
Kedua kontol itu mendesak-desak di dalam dubur Budi. Prostatnya pun, tak ayal lagi, menjadi bulan-bulanan. Rasa nikmat yang tersebar akibat terangsangnya prostat itu sanggup menutupi rasa sakit yang sedang dirasakan Budi. Pemuda yang doyan seks itu pun mulai tenang dan menikmati permainan liar itu. Rasa nikmat yang dirasakannya itu begitu besar sehingga dia tak mau hal itu berakhir. Sengaja, Budi menekan-nekankan tubuhnya ke bawah, ke arah kontol Hadi, agar kontol Hadi bisa masuk lebih dalam.
“Aarrgghh.. Fuck me! Oohh.. Fuck! Aahh.. Lebih kuat, Bang.. Oohh.. Yyeeaahh.. Ngentotin pantat gue.. Aahh.. Pake aja badan gue.. Oohh.. Yyeess.. Aarrgghh..”
Acara ngentot itu pun berlangsung dengan penuh nafsu dan gairah. Kamar Budi mulai terasa panas, panas dengan nafsu mereka bertiga. Keringat bercucuran dari badan mereka, membasahi ranjang. Namun mereka terus mengentot, tanpa berhenti. Anus Budi mulai terasa longgar, dilebarkan oleh kontol Hadi dan Toni. Precum yang dihasilkan kedua kontol itu sesekali meluncur keluar dari celah anus Budi. Budi tak kuasa menahan kenikmatan sodokan kontol kedua pria itu. Orgasme semakin meningkat sampai akhirnya Budi mencapai klimaksnya.
“Aarrgghh!!” Tanpa menyentuh kontolnya, Budi ngecret! Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Pejuh kental keputihan menyembur keluar dan tersemprot ke depan. Hadi yang terbaring di bawah Budi terkena semprotan pejuh Budi. Wajahnya yang tampan penuh dengan bercak-bercak sperma. Begitu pula dengan dada bidangnya, basah dengan keringatnya dan juga pejuh Budi. Ccrroott!! Ccrroott!! “uuggh!! Oohh!! Aahh!! Aarrgghh!!” Budi terus mengerang dan melenguh sementara tubuhnya yang bermandikan keringat itu terguncang-guncang.
Seperti efek domino, guncangan tubuh Budi dan orgasmenya telah memicu orgasme Hadi dan Toni, Kedua pengantar kasur itu pun mulai merem-melek, saat orgasme datang menghampiri mereka.
“Aargghh!! Gue ngecret!!” teriak Hadi. Dan.. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Pejuh Hadi tersembur keluar dari lubang kontolnya.
“Oohh!! Ffuucckk!! Aargghh!! Oohh!! NGENTOT! Aarggh!!” Tubuh Hadi mengejang-ngejang, tapi Budi menahannya dengan berat badannya. Pejuh Hadi segera mengalir ke dalam perut Budi, bercampur dengan lelehan pejuhnya yang sebelumnya sempat disemprotkan Hadi tadi.
“Aargghh!! Oohh!!” erang Toni, tubuhnya bergetar. Orgasme Hadi memicu orgasme Toni. Pria itu mulai kelojotan dan kontolnya pun menyemprotkan pejuh dalam jumlah banyak. Ccrrott! Ccrroot!! Ccrroott!! “aarrggh!! Oohh!! Aarrggh!! Uuggh!!” Erangan nikmat Toni bergema di dalam kamar itu. Sekujur tubuhnya mengejang seolah kesetrum listrik. Tanpa ampun, kontol Toni membanjiri isi perut Budi. Ccroott!! Ccrroott!!
“Oohh..” desah Budi, mencium bibir Hadi. Di luar dugaan, Hadi menyambutnya. Toni agak keheranan sebab Hadi tak pernah mau bermesraan dengan pria lain; dia hanya mau berhomoseks saja.
“Terima kasih, Abang sekalian. Saya puas sekali. Ternyata homoseks asyik juga yach,” kata Budi, tanpa malu. Kontolnya yang sudah kempis dimain-mainkan sebentar sambil memandangi wajah Hadi yang tampan. Saat Toni mencabut kontolnya keluar, lelehan pejuh mengalir keluar dari anus Budi. Begitu pula saat Budi berdiri dan melepaskan dirinya dari kontol Hadi, lebih banyak pejuh yang bocor. Tetesan-tetesan pejuh itu menodai ranjang dan lantai.
“Pantat loe enak,” kata Hadi, bangkit berdiri. Pria itu kemudian memeluk Budi dan menciuminya. Toni sampai terbengong-bengong melihatnya. Baru kali ini dia menyaksikan sisi romantis dari Hadi.
“Kapan-kapan gue mau ngentot ama loe lagi.” Hadi meninggalkan kartu namanya di meja tulis Budi.
“Kalo loe lagi gatal dan pengen dingentot, datang aja ke tempat kerja gue. Pasti gue layani.” Dengan berat hati, Budi melepas kepergian mereka. Tapi setidaknya, dia kini mengetahui sebuah dunia baru yang sangat menyenangkan. Dunia homoseksual!
Sekarang, Budi adalah seorang pria homoseksual, dan kebutuhannya yang paling mendasar adalah dingentotin. Berkat internet, Budi bertemu dengan sejumlah pria-pria yang juga menyukai sesama jenis. Tiap kali orangtua Budi keluar, Budi selalu mengundang teman-teman homoseksualnya untuk datang ke rumahnya. Budi bertingkah seolah dia adalah seorang pria murahan, suka sekali disodomi. Berbagai jenis kontol, mulai dari yang besar, kecil, bersunat, tak bersunat, bengkok, lurus, gelap, terang, sudah pernah dicicipinya. Tapi tak ada satu pun yang dapat menandingi kontol Hadi dan Toni. Tak jarang Budi berharap dapat bertemu dengan kedua pengantar kasur itu lagi. Dia yakin, suatu saat, mereka berdua pasti akan mengunjunginya. Dan jika hal itu terjadi, Budi akan meminta mereka untuk mengentotnya semalaman sampai pagi menjelang.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,