kumpulan cerseks

Posted on

Atasanku Jinak Terkena Rudalku

Cersex Master, Cerita Dewasa, Cerita Panas – Kehidupan itu memang ada pasang surutnya. Namaku Tono, Aku bekerja di sebuah perusahaan periklanan. Sebagai pemula aku memiliki banyak klien. Dengan ketekunan dan kerajinan, perusahaan mengalami perkembangan yang lumayan. Kemudian bencana datang. Perusahaan tersebut bangkrut karena terjadi korupsi dibagian keuangan dan kesalahan manajemen.

Ditengah-tengah kemalangan, aku mendapat tawaran dari Lusi, juniorku yang telah pindah ke perusahaan lain di bidang yang sama. Aku dikenalkan kepada Ibu Vini, pemilik dari perusahaannya bekerja. Ibu Vini berusia sekitar 50 tahun, memiliki badan yang terawat, dan kulitnya masih kencang.

Sekian bulan bekerja di sana, performaku masih bagus seperti di sana. Dengan prestasi yang cukup baik ini, aku, Ibu Vini, dan tim lain sering merayakan dengan makan malam kecil di kantor. Namun di suatu malam, acara makan malam ini berubah menjadi yang tidak pernah kubayangkan.

Malam itu kami sudah selesai makan. Semua teman-teman yang lain sudah pulang. Aku dan Ibu Vini memang belum pulang karena ada sedikit masalah pekerjaan yang mau dibicarakan. Kupaparkan masalah perjanjian iklan dengan salah satu perusahaan besar di ibu kota. Ditengah pembahasan tiba-tiba Bu Vini tehentak. “Loh, punggungku kok gatal ya, Dik.” Dia mengusap dan menggaruk punggungnya beberapa saat. Aku berusaha membantu, tapi takut dianggap kurang ajar.

Sekian lama digaruknya tidak berhenti juga. “Tolong Dik Tono bisa garuki punggung Ibu?”
Dengan canggung kuangguk dan mendekat. Kuusap secara pelan punggungnya. Kubuang pikiran kotor jauh-jauh.
“Agak kuat sedikit, Dik. Masih gatel nih. Sebentar saya buka blazer saya.”

Kini nampak blouse putih transparannya. Pikiranku jadi berkecamuk. Rambut hitam lembut tergerai di tengkuknya.

Kulanjutkan kembali menggaruk punggungnya dengan pikiran yang mulai terangsang. Kuusap seluruh bagian punggungnya dengan perlahan. Ku usap kebagian atas, bawah dan ke bagian samping dibawah ketiaknya. Kuselipkan jemariku dari sisa lengan blousenya yang longgar. Pura-pura aku tidak sengaja menyentuh sisi payudaranya. Tidak ada respon. Kuberanikan lagi dengan bukan hanya menyentuh, tapi sedikit mengusap sisi payudaranya. Kepalanya menengadah dan sedikit mendesah, “UUhhh..”.

Mendengar desahannya membuat penisku langsung tegak. Nafsuku langsung menggebu. Mimpi apa aku semalam bisa menyentuh tubuh bosku.

Karena aku berdiri membelekanginya, sembari mengusap kutempelkan rudalku di punggungnya. Kugesek-gesekkan secara lembut. “UUHHHhhh,” erangnya kembali.

Tangannya membimbing tangaku mengusap seluruh dadanya. Sambil kuremas, kuciumi tengkuknya. Kembali dia menengadah ke atas.

Sekian lama bemain dengan payudara, dengan pelahan kubalikkan dia kearahku. Kuangkat dia berdiri dihadapanku. Dadanya menempel ke dadaku. Kurasakan kekenyalan dari payudaranya. Tanganku kudekapkan kepinggangnya, kuusap-usap dengan semakin lama semakin turun ke pantatnya. Kuremas dengan halus bokong indahnya. Dia menatapku memelas. Langsung kulumat bibirnya dengan halus.

Dia membalas ciumanku dengan permainan lidahnya. Dekapannya semakin kencang. Kunikmati betul sensasi ini. Kuarahkan ciumanku ke lehernya. Matanya terpejam menikmati, nafasnya kian memburu. “uuuhhhh”

Kepalaku menurun, mulai menciumi bagian dadanya. Kancing blousenya kubuka satu persatu. Nampak BH hitam dengan renda menyangga dua gunung nan indah. Kuciumi dengan sepenuh hati. Punggungnya melengkung kebelakang, jemarinya meremas rambutku.

Kulepaskan blousenya. Kini nampak secara jelas lekukan tubuhnya. Sinar lampu kekuningan menambah suasana romantis di malam itu.

Kuraba punggung Bu Vini berusaha membuka Bra nya. Dengan sekali jentikan, kini termpang jelas 2 buah susu gantungnya. Kuciumi payudaranya, kukulum pentilnya. “AHHhhh.”

Kini kugeser ciumanku ke seputar perutnya yang datar. Aroma parfumnya sungguh menggoda. Bu Vini menggelinjang kegelian.

Kurebahkan dia di atas meja. Kulucuti rok sempitnya sekaligus dengan celana dalamnya. Bu Vini sekarang tanpa sehelai benang pun. Betisnya dan pahanya sangat menggiurkan. Bentuk lengan dan bahunya yang berisi menambah birahiku.

Tanganku menyentuh pahanya menuju kemaluannya. Kakinya mengembang terbuka. Kusentuh klitorisnya dengan ujung jariku. “Uuuhhhh, Dik,,, aku gaaak tahannn.”

Kulepas seluruh pakaianku. Matanya penuh nafsu melihat rudal yang sudah mengacung. Kugesekkan kebibir kemaluannya. Kuarahkan dan kumasukkan dengan pelan. Belum masuk setengah, kucabut lagi. Ku lakukan berulang-ulang untuk memancing nafsunya. “Diiiikkkk, jangan ditahannn”

Langsung kutancapkan dengan dalam. “ahhhhhh”.
Kini ku genjot dengan tempo yang lebih cepat. Genjotan berirama membuatnya mengerang. “Uuuhhhhh, enakkk, dikk. Aku mauu keluaarrr.”

Kurasakan aku juga mau keluar, kupercepat pergerakan pantatku. “Ahhhhhh aku keluarr , Dikkk.” Kurasakan cairannya menyembur. Bersamaan dengan itu aku merasakan pejuku juga mau keluarr. “Aahhhhhhh”. Tumpah spermaku di dalam vaginanya.

Kami berdua terkulai lemas dengan nafas kecapaian. “Makasih ya, Dik.”
Sungguh puas diriku malam ini. Jam menunjukkan pukul 22.00. Kami berdua masuk ke kamar mandi membersihkan diri. Seusai itu kami masing-masing bergerak pulang. Kusempatkan menciumnya. Didepan kantor dia melambai genit kepadaku.

Hal ini masih terulang. Kami masih sering melakukannya. Di pagi hari dia atasanku, tetapi di malam hari aku atasan yang menguasai dirinya.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,